![]() |
Ilustrasi. https://lineup.toei-anim.co.jp/ |
Kalian sudah nonton film Jumbo?Kalau saya sih, belum. Mungkin akan nonton tapi kalau sudah tidak di bioskop. Saya belum tertarik untuk nonton ke bioskop dengan alasan belum ada waktu untuk ke sana. Jadwal kegiatan saya sudah sangat payah dan melelahkan. Jadi, saya belum berkeinginan untuk menonton film tersebut.
Nah, meski belum menonton, saya tertarik untuk membahas masalah takhayul, yakno soal arwah orang yang sudah meninggal. Masalah ini menjadi masalah perdebatan, terutama di kalangan orang tua yang baru saja mengajak anak-anak mereka untuk menonton. Banyak orang tua ternyata kecewa dengan film ini karena munculnya arwah dan berbagai takhayul lain.
Mereka menganggap bahwa kisah takhayul tidak cocok untuk anak mereka, tidak sesuai dengan akidah atau ajaran agama, serta beberapa alasan lain. Ada salah satu orang tua bahkan secara terang-terangan menganggap bahwa film ini penuh takhayul dan tidak layak tonton.
Saya sih, paham apa yang mereka khawatirkan. Meski begitu, sebagai orang tua, bagaimana kita pandai dalam memberikan penjelasan mengenai apa yang sudah mereka lihat. Menjawab dengan tepat dan sesuai kapasitas dari pertanyaan mereka. Tidak serta merta antipati dan malah membuat film ini menjadi titik hitam bagi dunia perfilman tanah air. Padahal, film ini sudah menarik banyak penonton hingga jutaan orang.
Sebelum membahas lebih lanjut, sebagai orang tua, yang sebagian besar hidup pada era 90an atau 2000an awal, tentu kita tak bisa lepas dari tayangan yang penuh takhayul. Dari kartun, film, sampai sinetron. Untuk kartun, sebut saja Doraemon, Sailormoon, Mojaco, Dragon Ball, dan sebagainya. Bahkan, saya masih ingat serial Dragon Ball yang memvisualisasikan tokoh yang sudah meninggal dengan cincin di kepalanya.Ada juga serial Ge-Ge No Kitaro, serial para hantu baik yang melawan hantu jahat.
Untuk sinetron, kita sudah kenal baik dengan Tuyul dan Mbak Yul, Jin dan Jun, atau Jinny oh Jinny. Ada juga beberapa film hantu seperti Suzzana yang saat melihatnya, saya harus menutup kelambu. Semuanya kita tonton tanpa banyak polemik.
Saat menonton aneka tayangan tersebut, sebagai anak kecil, pemikiran saya waktu adalah berbagai keajaiban yang ada merupakan hal yang mustahil ada di kehidupan nyata. Lantaran saya mengaji, maka guru ngaji saya kadang bercerita soal beberapa serial TV yang sedang tayang. Beliau mengatakan, tak ada salahnya melihat film tersebut, tetapi jangan sampai dipercaya mentah-mentah. Artinya, ya hanya sebagai hiburan.
Kadang, pikiran anak kecil memang belum sampai pada hal takhayul. Saya masih ingat, dulu ada serial TV Mody Juragan Kos. Serial ini jadul banget kalau tak salah tahun 1995, saat saya masih TK. Inti dari cerita ini adalah adanya hantu juragan kos bernama Mody yang suka mengganggu penghuni kos wanita. Saking seringnya saya menonton serial ini, saat main di depan kos-kosan karyawati dekat rumah saya, dengan isengnya saya manggil-manggil Om Mody agar keluar.
Serial takhayul yang paling memorable yang saya ingat adalah Mumun si Pocong. Asli, sampai sekarang visualisasi dari pocong Mumun ini terus tergambar jelas. Serial itu menceritakan bahwa ketika jenazah lupa dibuka talinya, maka hantu pocongnya akan bergentayangan. Persepsi ini juga sempat saya terima hingga akhirnya saya mendapat pelajaran praktik mengubur jenazah bahwa membuka tali jenazah hukumnya sunnah. Bukan agar tidak bangkit lagi karena tidak mungkin orang yang sudah meninggal bisa hidup lagi.
Dari sini, saya belajar bahwa sebenarnya hal-hal takhayul yang menjadi tontonan anak tak begitu masalah. Asal, kita harus bisa memberi batas kepada mereka mana yang memang hanya menjadi khayalan saja dan mana pelajaran yang bisa kita jadikan pelajaran.
Pada kisah Doraemon misalnya. Kita bisa belajar bahwa dengan adanya keajaiban tersebut, sebenarnya maksudnya adalah kemudahan yang didapatkan oleh anak akan membuat bumerang bagi dirinya. Anak menjadi malas, penakut, dan sebagainya. Jadi, hal-hal ajaib yang dipaparkan sebenarnya adalah kemudahan yang didapatkan anak saat ini. Teknologi AI misalnya.
Sementara itu, meski belum melihat, saya membaca sekilas ada cerita tentang penngusuran makan pada film Jumbo. Penggusuran ini lalu menimbulkan adanya roh orang yang sudah meninggal. Padahal, kisah ini sebenarnya bagus sesuai dengan kenyataan sekarang bahwa penggusuran makam atau lahan bisa terjadi di mana saja di republik ini.
Tak hanya itu, anak bisa diajarkan bahwa makam adalah tempat yang penting dan harus dijaga. Di sana, ada jasad orang yang sudah meninggal yang menunggu hari kiamat tiba. Makanya, keberadaan makam tidak boleh digusur karena melanggar ajaran agama.
Akhirnya, semua kembali pada diri kita masing-masing. Masih mau memperdebatkan hal-hal tak penting atau maju ke depan. Apalagi, film Jumbo ini terus memecahkan rekor sebagai film animasi terlaris se-ASEAN.
Tags
Hiburan
Susah juga ya mas, soalnya takhayul dan mistis itu sudah melekat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia.
ReplyDeleteMemang anak kecil kadang nonton film itu hanya sebagai hiburan, jadi kalo soal takhayul tidak terlalu masuk pikiran.