![]() |
Ilustrasi. |
Beberapa waktu yang lalu, saya melihat sebuah video mengenai cerita horor di channel RJL 5.Video tersebut berisi kisah seorang pria bersama rekannya yang mengalami peristiwa ghaib setelah melakukan ritual semedi dan puasa. Kejadian ini dialami oleh narasumber sekitar tahun 2005. Mulanya, saya menyimak dengan saksama kisah yang dituturkan.
Secara garis besar, kisah ini memuat kisah horor pengalaman naik bus ghaib. Narasumber dan rekan-rekannya mengalami hal aneh saat naik bus ke kampung halaman dari padepokan tempat ritual. Bus tersebut hanya berputar di garasi bus yang ternyata berisi bekas bus- bus yang sudah rusak.
Perhatian saya tidak kepada lanjutan cerita dari narasumber. Melainkan, komentar dari netizen yang memberi petunjuk PO bus yang dimaksud. Ternyata, PO bus tersebut pernah saya naiki saat masih SD dulu. PO bus itu kini sudah tak beroperasi alias bangkrut.
Cerita yang dituturkan oleh narasumber membuat saya mengenang kembali ramainya persaingan bus di rute Malang - Kediri PP. Dulu, beberapa PO berlomba-lomba mencari penumpang sebanyak-banyaknya. Bahkan, di beberapa titik pemberhentian bus selalu ramai oleh penumpang yang naik dan turun.
Beberapa titik yang menjadi pemberhentian ramai antara lain Terminal Batu, Pertigaan Sapi Coban Rondo, Pasar Pujon, Pasar Sayur Mantung, Pasar Ngantang, Slatri, dan tentunya Pertigaan Kandangan. Bus juga sering ramai penumpang ketika melewati beberapa wilayah di Kediri seperti Badas dan Pare.
Saking ramainya jalur ini, dulu sempat sering ada beberapa insiden saling rebut penumpang, terutama di titik tertentu. Saya yang pernah naik PO yang diceritakan oleh narasumber masih ingat betapa ngerinya bus melewati kelokan pegunungan yang terjal. Perut rasanya dikocok-kocok dan berasa mual saking cepatnya laju bus. Kondisi makin parah dengan belum adanya pendingin ruangan AC di dalam bus.
Namun, kenangan kejayaan PO bus di jalur ini kini sirna. Saat ini, jalur tersebut hanya menyisakan pemain tunggal, yakni satu PO bus saja. Itu pun jumlah bus yang beroperasi makin hari makin jarang. Saya melihat bus jurusan Kediri semakin sulit untuk dicari dari Terminal Landungsari. Padahal, saat masih ramai dulu, bus ini berangkat hampir setiap 30 menitan.
Perubahan drastis tersebut bisa jadi disebabkan oleh masifnya kendaraan pribadi. Orang yang akan menuju Kediri atau Malang lebih memilih naik kendaraan pribadi. Lebih cepat sampai dan tidak memutar. Lantaran, jika naik bus arah Kediri atau Malang, maka penumpang harus melewati daerah Ngoro, Jombang sebelum menuju Pare.
Padahal, jika naik kendaraan pribadi, penumpang bisa memilih lewat jalur Kepung. Perbedaan waktunya lumayan, bisa sejam lebih. Belum lagi, saat di Ngoro, Jombang, bus kadang ngetem sangat lama di sebuah pertigaan. Sampai-sampai, saya bisa keluar dari bus karena tak kuat menahan panas dan dahaga.
Praktis, perlahan tapi pasti, bus-bus di jalur ini mulai ditinggalkan. Banyak orang lebih memilih naik motor dan mobil. Saat mudik ke Kediri, saya terakhir naik bus sekitar tahun 2008an, saat masih SMA. Tahun berikutnya, ayah saya mengajak naik motor karena ingin mengajar saya belajar menyetir. Sementara, ibu dan adik masih naik bus.
Beberapa waktu kemudian, atas alasan kepraktisan, maka ayah dan ibu lebih memilih menyewa mobil untuk mudik. Tentu, konsekuensinya, kami tidak bisa lagi menginap karena sewa mobil hanya seharian. Namun, cara ini lebih efektif karena lebih cepat dan bisa membawa banyak barang. Hingga kini, kalau ke Kediri, ayah dan ibu saya masih menyewa mobil. Sementara saya naik bus dari arah Surabaya.
Untuk terakhir kali, saya naik bus jurusan Malang-Kediri PP ini sekitar tahun 2015. Saat itu nenek saya meninggal dan saya masih kerja. Ayah dan ibu berboncengan naik motor dan saya menyusul naik bus yang super lama. Sampai-sampai, saya tak sempat melihat proses penguburan jenazah nenek saya. Sejak saat itu, praktis saya tidak pernah lagi naik bus jurusan ini.
Tags
Jalan-jalan
Pilihan moda transportasi akhirnya menyesuaikan kebutuhan pemudik dan tingkat ekonomi ya mas
ReplyDelete