Tren mengubah foto menjadi ala-ala Studio Ghibli menjadi tren Lebaran 2025.
Semua orang berlomba-lomba untuk mendapatkan hasil terbaik agar foto diri dan keluarga mereka menjadi khas gambar studio kartun asal Jepang tersebut. Pro dan kontra mengenai tren ini pun mencuat. Banyak yang kontra akan tren ini karena menganggap bahwa penggunaan AI untuk mengubah gambar menjadi ala-ala Studio Ghilbi melanggar hak cipta.Mereka mengatakan bahwa pencipta gambar di Studio Ghilbi sudah susah payah membuat gambar seapik mungkin. Namun, jerih payah mereka harus sia-sia karena hanya dengan perintah kalimat tertentu, seseorang yang tidak punya kemampuan menggambar bisa menghasilkan gambar luar biasa.
Di sisi lain, banyak orang juga menganggap bahwa tren ini tidaklah salah. Toh banyak kesalahan yang bisa dilakukan oleh AI yang membuat gambar hasil ciptaan kecerdasan buatan tersebut tidaklah sebagus jika digambar dengan tangan manusia. Ada anggapan bahwa tren ini hanya sesaat saja, sama seperti tren mengubah foto menjadi gambar ala-ala Disney.
Nah, saya tidak mau memperdebatkan masalah pro dan kontra ini. Saya hanya mencoba melihat bagaimana AI bisa bekerja dan apa kelebihan dan kekurangan dari gambar yang dihasilkan. Saya mencoba untuk mengubah beberapa foto transportasi umum menjadi ala-ala Ghibli. Secara sekilas, memang tampak kesamaan antara foto asli dan hasilnya. Namun, jika ditelisik lebih dalam, memang masih ada banyak kekurangan dari gambar yang dihasilkan.
Mula-mula, saya mencoba mengubah gambar foto Wira-wiri Suroboyo yang sedang terparkir di Terminal Joyoboyo. Di samping mobil wira-wiri, ada seorang bapak paruh baya yang membelakangi kamera sedang berdiri.
Saat saya ubah, memang secara sekilas tampak sesuai dengan aslinya. Warna baju bapak tersebut juga hampir sama. Topi yang dikenakan juga sama. Bagian banguna lain, speerti kursi, zebra cross, tiang, dan hidran air pun juga tergambar cukup jelas.
Sementara, saya ingin menganalisis bagian mobil wira-wiri. Secara bentuk hampir mirip hanya saja, bagian depan mobil terlihat lebih pepat. Berbeda dengan gambar aslinya yang merupakan mobil merk Grand Max. Warna merah pada bumper depan bawah mobil berubah menjadi putih. Warna merah justru terlihat di bagian samping mobil. Lampu mobil yang sebenarnya tidak menyala malah menjadi menyala pada hasil gambar AI.
Tulisan Wira-wiri Suroboyo berubah menjadi wira-wiri Surabaya. Sementara, tulisan pada running text yang sebenarnya FD 4A - Kota Lama berubah menjadi 440 MOI. Dari sini, saya menjadi yakin bahwa AI tidak terlalu cerdas dalam mengubah tulisan pada gambar sesuai aslinya. Apalagi, jika tulisan pada gambar asli tidak kelihatan jelas.
Foto kedua, saya ambil saat akan naik KA Airlangga di Stasiun Surabaya Pasar Turi. Pada gambar, ada prama - pelayan kereta api - yang sedang menyapa dengan kedua tangan tertutup ke seorang lansia dengan kopiah hitam, berbaju krem, berjaket biru, dengan koper kombinasi biru dan merah. Di belakang lansia itu, ada seorang mbak-mbak yang tidak terlalu jelas wajahnya. Di dekat pintu kereta, ada mas-mas memakai masker dan mbak-mbak yang memakai masker.
Nah, dari hasil foto AI, prama dan lansia tersebut tergambar hampir sempurna. Hanya saja posisi prama sedikit condong ke depan menghadap lansia. Sementara, ada beberapa kejanggalan pada foto lansia yang dihasilkan. Pertama, warna jaket lansia tersebut yang menjadi kecoklatan. Kedua, lansia tersebut tiba-tiba saja berubah membawa tongkat. Perbedaan ekstrem ini bagi saya cukup menipu dan sebagai pengguna AI memang harus hati-hati.
Tidak hanya itu, mbak-mbak di belakang lansia tersebut menghilang. Sementara, mbak-mbak di belakang mas-mas yang bermasker berubah menjadi lelaki. Saya juga mengubah gambar lain di Stasiun Malang. Hasilnya, muncul penampakan mbak-mbak di tempat kosong yang sebenarnya tidak ada orang.
Tak hanya tulisan, AI juga gagal dalam mengubah logo di badang bus. Saat mengubah gambar Trans Semanggi K3 di Halte ITS, saya menemukan keanehan dalam logo sura dan buaya yang dihasilkan. Logo tersebut berubah menjadi logo api yang keluar dari bus. Sopir di dalam bus juga menghilang menyisakan seorang calon penumpang yang akan naik.
Namun, kadang AI juga cukup lumayan dalam mengubah logo jika logo yang dibaca tidak terlalu sulit. Contohnya, saat saya mengubah foto Trans jatim Luxury di Terminal Porong, logo Trans Jatim yang dihasilkan juga cukup jelas. Tulisan Trans Jatim Luxury dan Halte Teriminal Porong juga masih sesuai. Artinya, AI bekerja sudah cukup bagus walau rambu dilarang berhenti tergambar cukup aneh.
Memang, sebagai manusia, kita harus lebih bijak dalam menggunakan AI ini. Jangan sampai, dengan kemudahan yang diberikan, kita malah seenaknya menggunakan AI sesuka hati. Makanya, saya kurang suka dengan orang yang meperjualbelikan foto AI mereka untuk tujuan komersial. Rasanya sangat membuat seniman asli tidak dihargai.
Bagaimana menurut Anda?
Tags
Hiburan