![]() |
Kemacetan di sekitar Pasar Babat Lamongan |
Libur lebaran kemarin, saya mengunjungi beberapa kota di Jawa Timur.Dalam kunjungan kenegaraan tersebut, seringkali saya melintas di beberapa titik kemacetan. Sebagian titik tersebut adalah tempat wisata hits kekinian yang mulai ramai pengunjung di musim libur panjang kali ini. Sebagian lain adalah persimpangan antar kota yang kerap macet, tak hanya di musim liburan.
Persimpangan ini biasanya terletak di suatu kecamatan yang bukan merupakan ibukota kabupaten. Jarang sekali saya menemukan persimpangan ini berada di pusat kabupaten. Rata-rata, persimpangan ini terletak di dekat pusat kota kecamatan atau bahkan di sebuah desa yang memiliki jaringan jalan kereta api aktif.
Jika persimpangan itu memiliki jalur kereta api, maka bisa dipastikan kemacetan akan siap terjadi selama hampir 24 jam. Ini terjadi lantaran kepadatan arus lalu lintas tidak hanya terjadi akibat penumpukan volume kendaraan, tetapi juga karena kereta api yang akan lewat.
Salah satu persimpangan yang cukup horor kemacetannya adalah Pertigaan Braan Purwoasri. Pertigaan ini menghubungkan tiga kabupaten, yakni Kediri, Jombang, dan Nganjuk - termasuk Kertosono. Kendaraan dari arah Surabaya, Mojokerto, dan sekitarnya akan datang dari arah timur yang masuk bagian Kabupaten Jombang.
![]() |
Pantauan kemacetan parah di pertigaan Braan lewat pantauan Google Map |
Kendaraan dari arah selatan seperti Kediri, Blitar, Tulungagung, dan Malang akan datang dari daerah Purwoasri, Kediri. Sementara, kendaraan dari arah barat seperti Jakarta, Jogja, Bandung, Madiun, dan sekitarnya akan datang dari sisi Kertosono. Bisa dibayangkan jika musim lebaran kali ini, maka pertigaan tersebut akan tumplek blek jadi satu.
Belum lagi, di pertigaan ini ada persimpangan jalur kereta api dari arah Kediri dan dari arah Surabaya menuju ke Kertosono. Otomatis, interval kereta api yang lewat di pertigaan ini jauh lebih banyak dibandingkan jalur biasanya. Palang perlintasan kereta api akan lebih sering terbuka dan tertutup. Pengguna jalan harus ekstra sabar untuk menunggu kereta api yang akan lewat.
Saya sendiri merasakan lamanya menunggu kemacetan di sini saat naik bus ATB Bagong dari Surabaya. Hampir satu jam lamanya saya menunggu macet di pertigaan ini. Sampai-sampai, kue lebaran yang saya bawa hampir habis saya makan sembari menunggu. Bahkan, ada satu momen pintu perlintasan menutup sangat lama eh ternyata yang lewat hanya Kereta Api 03-92 CSM yang bertugas untuk membetulkan rel.
Seluruh penumpang di dalam bus pun berteriak cukup kecewa. Meski harus kecewa, tetapi yah bagaimana lagi. Namanya pengguna jalan maka harus mendahulukan siapa saja yang melintas di perlintasan kereta api. Padahal, ekspektasi penumpang satu bus ada kereta api panjang yang lewat.
Selain Braan, salah satu persimpangan jalan yang cukup macet adalah wilayah Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan. Daerah ini juga menjadi titik temu empat wilayah. Pertama, dari arah selatan seperti Jombang, Nganjuk, dan Kediri. Kedua, dari arah barat seperti Semarang, Bojonegoro, dan Jakarta. Ketiga, dari arah timur seperti Surabaya, Lamongan, dan Gresik. Terakhir, dari arah utara seperti Tuban, Rembang, dan beberapa daerah lain di Jawa Tengah.
Keempat arah tersebut bertemu tepat di jantung ibukota kecamatan Babat. Tepatnya, di sekitar Pasar Babat dan Stasiun Babat. Bisa dibayangkan dong macetnya seperti apa? Saya harus ekstra sabar datang dari arah selatan menuju utara karena mau silaturahmi ke rumah om dan tante yang berada di daerah Plumpang, Tuban.
Untungnya, kemacetan di sini tidak separah di Braan. Alasannya, tidak terdapat persimpangan jalur kereta api. Hanya ada satu jalur dari Surabaya ke Semarang. Intensitas kereta api yang lewat tidak sebanyak di wilayah Braan. Tak hanya itu, jumlah bus AKDP dan AKAP yang lewat juga tidak sebanyak di Braan. Di sana, hampir semua bus berbagai jurusan lewat dan rata-rata ngetem di dekat persimpangan jalan yang membuat kemacetan semakin parah.
Untuk mengatasi hal ini, pihak Polres Lamongan sudah memberi banyak rambu jalan alternatif menuju ke Bojonegoro. Pengguna jalan bisa menggunakan jalur tersebut agar tidak terkena macet. Meski, tentu jalur yang dilalui akan semakin jauh.
![]() |
Memilih memutar lewat Nganjuk agar tidak terkena macet |
Saya sendiri juga memilih memutar lewat Nganjuk dari Kediri untuk menuju Babat. Saya tidak melewati Braan karena pasti akan macet lagi. Sudah kapok terkena macet saat berangkat dari Surabaya. Saat lewat Nganjuk, jalanan cukup sepi sehingga perjalanan lebih cepat walau harus memutar. Nah, dari sini saya menyadari pentingnya membaca map sebelum melakukan perjalanan. Mencari jalur memutar tak salah tetapi harus diingat, jika kita menggunakan mobil, maka sebaiknya kita mengatur dulu peta untuk mobil, bukan untuk moor agar tidak melalui jalanan kecil.
Tags
Jalan-jalan
jika persimpangan beberapa kota ada dalam suatu kota bisa dipastikan kemacetannya akan seperti apa ya
ReplyDeletekalau penyebabnya misalnya karena kecelakaan atau mungkin penyempitan jalan masih oke. terkadang tuh bingung kalau macet pas sudah sampai ke titik ujungnya itu tidak ada apa-apa
ReplyDelete