Sudah Berkonsep Baru dan Berganti Nama Jadi Fairway Nine, Lenmarc Mall Surabaya Tetap Saja Sepi

Fairway Nine Surabaya

Lenmarc Mall adalah salah satu mall yang berdiri di Surabaya Barat.

Mall ini menjadi salah satu mall yang bisa dikatakan susah untuk bersaing dengan mall lain di kota pahlawan. Dibuka untuk umum sejak 2010, pada 2022 lalu mall ini mengalami pembangunan ulang dan melakukan rebranding sehingga namanya menjadi Fairway Nine (F9). Dengan konsep baru, mall ini mencoba untuk bertahan sekuat tenaga agar tetap eksis dan bisa menjadi jujugan para warga terkhusus di Surabaya Barat.

Pada tahun 2017, saya pertama kali ke mall ini dan sempat mengulas mengenai sepinya mall yang berlokasi di Jalan Yono Soewoyo tersebut. Saat itu, saya hampir bisa mendengar dan merasakan nafas saya sendiri yang beradu dengan suara mesin eskalator. Saking sepinya, saya sampai bisa mendengar suara orang berbicara dengan cukup jelas yang berada di dekat saya.

Beberapa kali, saya juga mendatangi mall tersebut. Ada satu rekan saya yang berolahraga fitnes di salah satu gym yang ada di sana. Kadang, saya juga ingin melihat dari dekat lapangan golf di kompleks Bukit Darmo yang berada tepat di belakang dari mall ini. Pendek kata, kalau saya tidak ingin bersentuhan dengan ramainya Pakuwon Mall/PTC, maka Lenmarc Mall ini menjadi pelampiasan saya.

Nah, setelah mall ini berganti nama menjadi F9 pada 2024 kemarin, saya belum sekalipun mendatanginya. Hanya melewatinya saat naik Trans Semanggi. Itu pun saya hanya penasaran dengan sorot cahaya yang luar biasa terangnya yang timbul dari pantulan kaca mall. Semburat warna-warni yang sangat terang begitu menyilaukan mata. Akibat pantulan sinar tersebut, saya sempat penasaran bagaimana konsep baru yang diberikan oleh manajemen mall. Apakah berupa pantulan cahaya aneka warna yang menyilaukan.

Proses upgrading


Berbekal rasa penasaran, saya pun mendatangi mall ini dengan naik Trans Semanggi. Saya disambut oleh security yang tersenyum melihat kedatangan saya. Barangkali, karena jarang orang yang datang, maka kehadiran saya pun menarik perhatiannya sampai-sampai saya disambut dengan cukup ramah.

Saya langsung masuk dan suasana sepi masih saya rasakan. Bahkan, saya merasa kali ini suasana semakin sepi, padahal saya datang saat Sabtu sore. Saat orang-orang menghabiskan waktu akhir pekan bersama keluarga atau rekan. Saya hanya melihat dua atau tiga orang pengunjung yang berjalan di atrium utama mall di lantai bawah.

Tanpa berbasa-basi, saya pun menuju eskalator untuk naik ke lantai atas. Saya cukup takjub dengan tampilan eskalator yang memantulkan berbagai cahaya yang cukup apik berpadu dengan gambar LED di tiang bangunan. Wah, memang mall ini sudah berkonsep futuristik. Bahkan, saya bisa memastikan belum ada konsep serupa di mall lain di Surabaya.

Ekskalator yang menyala


Lantai demi lantai pun saya jelajahi. Sama dengan suasana di lantai paling bawah, saya merasakan kesunyian pula di lantai 1 dan seterusnya. Hanya suara langkah para pekerja yang beradu dengan lantai terdengar sesekali. Ada pula suara teriakan dari para pengunjung gym di lantai atas yang sedang mengangkat beban dengan cukup berat.

Tak jauh dari sana, saya juga mendengar suara teriakan dari para pemain squash - olahraga raket dalam ruangan - yang sedang memantulkan bola ke dinding. Olahraga turunan dari tenis lapangan yang tidak terlalu populer ini memang butuh tempat khusus. Fairway Nine adalah jawaban dari tempat tersebut.

Sirkuit balap

Saya kembali beranjak dan menemukan sebuah sirkuit mini tempat balap mobil mini dengan remote control. Sirkuit ini cukup luas dengan aneka tikungan tajam yang diramaikan oleh beberapa pembalap. Rata-rata, mereka adalah orang dewasa. Yah namanya juga hobi mahal tentu harus disokong dengan dana melimpah.

Saya duduk di undakan tangga yang disusun seperti tribun stadion. Asyik juga sebenarnya konsep baru mall ini. Kita bisa makan dan minum sambil duduk melihat kegiatan di sirkuit tersebut. Tempat ini berada tak jauh dari bioskop yang juga cukup sepi.

Banyak tempat duduk ditata rapi

Puas melihat serunya balapan mobil mini, saya pun kembali beranjak untuk mencari musala. Di tengah perjalanan, saya mendengar teriakan kembali yang rupanya datang dari tempat biliar. Tempat ini tak jauh dari bioskop dan ramai dengan anak-anak muda yang sedang menyalurkan hobinya.

Adanya tempat billyard tersebut semakin meneguhkan persepsi saya akan mall ini yang memang khusus untuk penyuka hobi tertentu. Bukan untuk cuci mata atau shopping. Yah meski ada beberapa tenant baju dan barang rumah tangga seperti Azko, tetap saja mall ini tidak terekomendasi untuk cuci mata. Kalau tidak untuk makan di lantai bawah, nonton bioskop, ya melakukan hobi. Itu pun hobi yang bagi saya adalah hobi mahal untuk kalangan menengah ke atas.

Bekas coffe shop

Saya pun salat di musala yang memiliki view apik yakni lapangan golf. Lapangan ini merupakan bagian dari Bukit Darmo yang cukup luas. Dulu, saya sempat memberi ide kepada pengelola agar bisa menata ulang mall-nya sehingga pengunjung bisa melihat view padang golf. Semisal, ada semacam foodcourt yang berada dekat dengan area lapangan golf. Pengunjung pun bisa melihat lapangan golf ini sambil menikmati hidangan. Sayang, meski sudah ada tagline Integrated Mall With Golf View, tetap saja konsep tersebut belum dibangun.

View lapangan golf

Padahal, konsep ini bisa jadi kekuatan utama mall yang masih sepi tersebut. Jika banyak tenant makanan buka dengan view lapangan golf, saya yakin pengunjung akan mulai ramai. Paling tidak, ada pembeda dengan mall lain. Selain view lapangan golf, mall ini sebenarnya juga memiliki view Jalan Raya Yono Soewoyo dengan aneka gedung pencakar langit. Lagi-lagi, potensi besar ini kurang dimaksimalkan.
 
View Jalan Yono Soewoyo

Saya pun turun ke lantai paling bawah dan mencoba terowongan menuju parkiran luar yang berada di seberang mall ini. Jadi, saya sempat melihat sebuah video TikTok yang memperlihatkan ada lorong dari lantai paling bawah mall menuju parkiran luar di seberang mall. Lorong ini berada di bawah Jalan Raya Yono Soewoyo. Saat saya melintasi jalan ini, saya sering melihat kubah di median jalan. Ternyata, memang kubah ini sebagai penutup lorong penghubung dua sisi jalan.

Lorong bawah tanah

Barangkali, dulu pengelola mall menyiapkan lahan parkir di seberang mall sehingga jika ramai mereka bisa parkir di sana. Lalu, mereka bisa berjalan melalui lorong tersebut untuk sampai ke lantai bawah mall. Saat saya menuju lorong tersebut, ternyata ada pintu yang dikunci. Saya pun gagal menuju ke sisi seberang. Meski demikian, di lorong itu ada kamar mandi yang sangat bersih dan wangi. Hanya saja tidak ada satu orang pun selain saya sehingga suasana creepy kembali melanda.

Tidak ada satu pun orang

Entah bagaimana nasib mall ini. Saya sih berharap mall ini ramai karena sayang bangunan sebesar itu jika terbengkalai. Pekan lalu, saya sempat diajak untuk melihat anak dari saudara saya yang akan tanding wu shu di mall ini. Saya cukup optimis mall ini kembali bangkit dari aneka event yang diselenggarakan.

1 Comments

  1. btw keren juga tuh eskalatornya ya, nyala2 gitu. kayaknya di jakarta belum ada mall begitu deh, apa emang udah ada ya

    ReplyDelete
Sebelumnya Selanjutnya