![]() |
Peran kondektur sangat penting di dalam transportasi umum |
Sebagian besar BRT di Indonesia, terutama yang tidak tergabung dalam layanan Teman Bus, memiliki kondektur di dalam setiap armadanya.
Hanya beberapa BRT seperti sebagian rute Transjakarta saja tidak memiliki kondektur. Sepanjang pengalaman saya naik BRT di beberapa kota, hampir semuanya memiliki kondektur. Bahkan, ada BRT yang menugaskan lebih dari satu kondektur di dalam bus untuk mempermudah kegiatan naik dan turun penumpang.Nah, selain membantu pembayaran dan naik turun penumpang, ada salah satu tugas kondektur BRT yang tidak kalah penting. Tugas tersebut adalah menjawab pertanyaan dari penumpang seputar rute BRT dan transportasi umum yang dilayaninya. Tugas ini juga merupakan tugas pokok seorang kondektur dalam hal penyediaan informasi detail terkait transportasi umum. Mereka adalah kepanjangan tangan dari pengelola transportasi umum kepada masyarakat karena mereka bersinggungan langsung dengan penumpang.
Bagi penumpang, kondektur adalah orang yang “serba tahu” soal rute transportasi umum. Mereka akan mengikuti dan percaya instruksi dari kondektur ketika mereka tidak paham mengenai sebuah rute. Semisal, mereka harus oper di mana, rute mana saja yang dilewati, hingga berapa jauh mereka harus jalan kaki jika mereka pergi ke sebuah tempat.
![]() |
Kondektur Trans Semarang yang sedang bertugas |
Tak hanya itu, kondektur juga harus memastikan ketersediaan armada di waktu tertentu, semisal saat malam hari ketika penumpang bertanya mengenai jadwal perjalanan. Kondektur juga harus bisa menjelaskan secara gamblang berbagai pertanyaan seputar rute yang ditanyakan karena tumpuan penumpang ada pada mereka. Meski sudah ada peta di dalam aplikasi, tetapi tidak semua penumpang bisa memahaminya. Di sinilah, peran kondektur sebagai panduan informasi.
Berdasarkan pengalaman pribadi, beberapa kondektur BRT memiliki kemampuan yang cukup bagus. Kondektur Trans Jogja dan Trans Semarang adalah contohnya. Tidak hanya kondektur, petugas di halte pun juga memiliki kemampuan yang bagus. Mereka seakan hafal di luar kepala rute-rute yang ingin saya naiki. Mereka bisa menjawab dengan benar dan cepat saat saya bertanya harus naik bus rute mana, turun di mana, dan jika transit harus transit di halte mana.
![]() |
Kondektur Trans Jogja yang memiliki kemampuan menghafal rute dengan baik. |
Berbagai pertanyaan tersebut sering saya dapatkan jawabannya dengan baik sehingga saya bisa naik dan turun dengan nyaman. Tak hanya saya, banyak penumpang juga melakukan hal serupa. Bahkan, di halte Balaikota Semarang, ada beberapa petugas halte yang stand by untuk menjemput bola.
Mereka akan mendatangi penumpang yang terlihat kebingungan akan naik rute mana. Penumpang seperti ini berpotensi untuk mengganggu lalu lintas di dalam halte. Makanya, para petugas berinisiatif mendatangi mereka dan menanyakan tujuan mereka. Mereka akan langsung memandu penumpang tersebut agar menuju pintu keberangkatan sehingga tidak mondar-mandir di dalam halte.
Selain petugas yang stand by di dekat pintu keberangkatan, ada pula petugas yang stand by di dekat pintu masuk. Mereka akan menerima pembayaran dari penumpang serta siap menjawab pertanyaan dari penumpang. Dengan begini, aktivitas di dalam halte pun menjadi lancar.
![]() |
Petugas Trans Semarang yang stand by di Halte Stasiun Semarang Poncol siap untuk menjawab pertanyaan rute dari penumpang |
Sayangnya, saya tidak menemukan inisiatif semacam ini di BRT area Jawa Timur. Di Terminal Bungurasih misalnya, hampir tidak ada petugas yang benar-benar stand by untuk siap menjawab pertanyaan dari penumpang. Padahal, sebagian penumpang yang akan naik 3 macam BRT di sini - Trans Jatim, Suroboyo Bus, dan Trans Semanggi - adalah penumpang dari luar kota yang baru pertama kali naik.
Biasanya, hanya beberapa petugas yang entah apa tupoksinya yang ditanya oleh para penumpang. Itu pun kalau mereka sedang ada dan berpapasan. Kalau tidak, ya mereka bertanya kepada penumpang lain yang akan naik atau kepada awu-awu bahkan pada calo. Ujung-ujungnya, mereka bisa kena tipu untuk naik angkutan yang mahal dan tidak layak semisal ojek dengan harga tak wajar.
Padahal, pihak Terminal Bungurasih bisa membuat satu posko untuk berbagai macam BRT tersebut. Jadi, ketika ada penumpang yang kebingungan, mereka bisa langsung mendatangi posko tersebut dan petugas di sana bisa mengarahkan. Posko semacam ini sudah ada untuk bus antar kota, tetapi belum ada untuk BRT. Padahal, keberadaan posko semacam ini sangatlah penting.
Biasanya, hanya beberapa petugas yang entah apa tupoksinya yang ditanya oleh para penumpang. Itu pun kalau mereka sedang ada dan berpapasan. Kalau tidak, ya mereka bertanya kepada penumpang lain yang akan naik atau kepada awu-awu bahkan pada calo. Ujung-ujungnya, mereka bisa kena tipu untuk naik angkutan yang mahal dan tidak layak semisal ojek dengan harga tak wajar.
Padahal, pihak Terminal Bungurasih bisa membuat satu posko untuk berbagai macam BRT tersebut. Jadi, ketika ada penumpang yang kebingungan, mereka bisa langsung mendatangi posko tersebut dan petugas di sana bisa mengarahkan. Posko semacam ini sudah ada untuk bus antar kota, tetapi belum ada untuk BRT. Padahal, keberadaan posko semacam ini sangatlah penting.
![]() |
Seorang calon penumpang bertanya pada kondektur wira-wiri Suroboyo |
Di sisi lain, saya menemukan fenomena miris ketik naik BRT di Surabaya, baik Suroboyo Bus, Trans Semangggi, dan Wira-wiri. Kondektur di tiga BRT tersebut banyak yang tidak hafal rute. Jadi, ketika mereka ditanya penumpang mengenai rute dan halte transit, mereka cukup kebingungan. Sesekali, mereka malah bertanya pada sopir. Padahal, menjawab pertanyaan dari penumpang adalah tugas pokok mereka.
Pernah sekali, saat saya naik wira-wiri, ada penumpang lain yang malah menjelaskannya dengan lengkap. Kalau memang saya tahu dan kondektur benar-benar tidak bisa menjawab, maka saya juga akan menjawab semampu saya. Tentu, dengan melihat rute transportasi umum di aplikasi Mitra Darat.
![]() |
Sepasang pasutri membaca peta rute transportasi umum di Halte Bluaran Surabaya |
Melihat fenomena ini, saya jadi mempertanyakan apakah ada pelatihan khusus atau pembekalan rute sebelum para kondektur bertugas. Apalagi, dari informasi yang saya dapat, mereka sering dipindahtugaskan ke rute lain dalam jangka waktu tertentu. Nah, saat mereka berpindah tugas tersebut, terutama jika dua rute berjauhan, para kondektur tersebut akan kesulitan menjawab pertanyaan dari penumpang.
Saya belum tahu apakah kondektur Trans Jogja dan Trans Semarang mendapatkan pembekalan rute semacam ini. Padahal, rute kedua BRT ini sangat banyak dan cukup complicated. Semoga BRT di Jawa Timur bisa mencontoh kedua BRT ini agar penumpang tidak takut tersesat saat naik BRT.
Tags
Jalan-jalan