Mengapa Kejahatan Wercok Makin Mengerikan dan di Luar Nalar?

Gambar hanya ilustrasi, dilarang baper.


Di bulan puasa ini, rasanya saya tak bisa mengontrol emosi ketika melihat linimasa media sosial yang penuh dengan kelakukan busuk dari wercok.

Ya, wercok, para penegak hukum berseragam coklat dengan segala kebanggannya itu kini menjadi bulan-bulanan masyarakat. Mereka kini seakan menjadi kumpulan sampah yang harus dibuang jauh-jauh. Bagaimana tidak emosi, tentu berita tentang seorang mantan Kapolres Ngada, NTT yang tega melakukan tindakan asusila terhadap bocah berusia 6 tahun sudah diketahui banyak orang. Parahnya, video tindakan tersebut direkam dan disebarkan ke situs p*rno yang baru diketahui oleh polisi Australia.

Sehari saja istirahat kok ga bisa

Jujur, saya benar-benar tidak bisa berkata-kata lagi. Tidak lagi pada titik muak yang luar biasa, saya sudah benar-benar jijik pada mereka. Benar-benar tak ada harapan lagi pada mereka. Meski banyak yang mengatakan itu oknum, tetap saja kasus ini membuat saya dan banyak masyarakat antipati terhadap mereka.

Parahnya, pada hari bersamaan, saya menemukan lagi 5 kasus kriminal berbeda yang dilakukan oleh wercok. Kasus kedua adalah wercok di Kepulauan Riau (Kepri) yang memeras pengguna narkoba agar mendapatkan uang damai. Pemerasan ini dilakukan dengan cara memaksa mereka untuk melakukan pinjaman online sebesar 20 juta rupiah. Aduh, membaca berita ini saya semakin mual dan tidak nafsu untuk berbuka puasa.

Kasus ketiga adalah kasus yang dilakukan oleh wercok di Makassar. Ada korban pelecehan seksual yang melapor pada mereka. Bukannya diproses, wercok biad*b tersebut malah meminta uang 10 juta rupiah ke pelaku. Uang itu sedianya akan dibagi 2, antara korban dengan wercok agar kasusnya tidak dilanjutkan. Benar-benar keterlaluan.

Kasus keempat adalah penganiayaan yang menyebabkan kematian warga oleh wercok di Sulawesi Utara. Mereka menembaki warga yang protes atas tambang ilegal milik WNA China. Penembakan dan penganiayaan ini menyebabkan seorang warga meninggal dunia. Kasus ini menambah kasus kekerasan yang dilakukan oleh wercok selama setahun terakhir.

Kasus kelima adalah kasus penganiayaan seorang remaja oleh wercok di Asahan, Sumatera Utara. Penganiayaan ini berujung pada tewasnya korban yang diduga sebagai pelaku balap liar. Kasus ini mengingatkan saya pada pembunuhan Gamma di Semarang beberapa bulan lalu.

Hati-hati, jaga anak Anda!

Not but not least, beberapa hari sebelumnya ada wercok di Grobogan yang melakukan tindakan kekerasan pada seorang pencari bekocot. Ia menuduh pencari bekicot tersebut sebagai pencuri pompa air. Video penganiayaan tersebut tersebar luas di media sosial dan cukup miris. Ternyata, pencari bekicot tersebut tidak terbukti bersalah.

Berbagai tindakan buruk dari wercok tersebut yang berlangsung dalam waktu berdekatan membuat saya bertanya. Apa memang mereka bekerja atau memang berniat membuat warga takut dan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Belum lagi, saya melihat banyak wercok yang hidup hedon dengan aneka hobi mahalnya yang tentu membutuhkan biaya tak sedikit. Tentu, untuk melakukan kegiatan ini, mereka membutuhkan dana tak sedikit dan pasti akan berbuat apapun demi keuntungan pribadinya.

Tak hanya itu, saya melihat modus kejahatan yang dilakukan wercok sudah benar-benar di luar nalar. Contohnya kasus mantan Kapolres yang melakukan tindakan asusila terhadap anak di bawah umum dan merekam serta menyebarkan video tindakannya di situs dewasa. Kok ya kepikiran gitu. Kok ya tega dan tenang melakukannya. Apalagi dia menjabat Kapolres, sebuah jabatan yang bisa dibilang cukup sibuk. Kok ya sempat-sempatnya dan ah….sudahlah otak saya tidak sampai untuk menduga-duga saking absurdnya kelakuan wercok ini.

Di sisi lain, saya semakin waspada terhadap tindakan wercok di sekitar saya. Rasanya saya harus mulai awas jika berurusan dengan mereka, terutama di jalan. Saya selalu berdoa jangan sampai ada orang terdekat saya berurusan dengan mereka dalam kegiatan apapun, termasuk jual beli.

Meski kini banyak kantor wercok yang membangun citra baik, tetapi bagi saya semuanya adalah kesemuan belaka. Buat apa membagikan foto kegiatan membagikan ini itu kalau tupoksi mereka gagal dilakukan. Buat apa melambungkan nama wercok dengan kesan positif kalau masih banyak wercok biad*b berkeliaran dan bebas melakukan apapun. Bebas karena mereka merasa adalah “Tuhan Yang Maha Esa” yang tak akan bisa tersentuh oleh apapun.

Mungkin saya terlihat skeptis, tetapi ya bagaimana lagi memberi kesempatan pada mereka rasanya sia-sia. Saya sampai cut off beberapa teman wercok yang sebenarnya saya kenal baik karena memang cukup muak dengan tindakan rekan sejawat mereka. Semuanya saya lakukan demi kewarasan dan keamanan saya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya