Nemu Benda Aneh di Dalam Makanan yang Kita Beli; Apa yang Harus Kita Lakukan?

Ilustrasi

Jagad dunia maya beberapa waktu ini diramaikan oleh kemunculan sebangsa anak kecoa di dalam sebuah bika ambon.

Apesnya, kecoa tersebut muncul dari bika ambon buatan Ci Mehong, salah satu pengusaha kuliner yang terkenal dengan kontroversinya. Tak pelak, video penemuan kecoa tersebut viral dan menjadi bahan pembicaraan netizen. Banyak yang menghujat Ci Mehong tapi tak sedikit pula yang membelanya.

Mereka yang menghujat mengatakan bahwa dapur Ci Mehong jorok dan tidak menerapkan standar kebersihan. Mereka pun membandingkannya dengan dapur Mami Toko - milik ibunda Bam’s Samson - yang terlihat sangat bersih dan higienis.

Mereka yang membela Ci Mehong beralasan bahwa ha; tersebut adalah lumrah dan hanya sebuah kecelakaan kecil. Mereka berpendapat sebaiknya TikToker yang mengunggah video adanya kecoa tersebut menghubungi Ci Mehong untuk melakukan klarifikasi. Bukan langsung mengunggahnya di media sosial.

Melihat kehebohan dan keriuhan tersebut, saya jadi ikut terbawa arus. Di satu sisi, saya juga kesal jika saya di posisi TikToker tadi. Bagaimana tidak kesal. Harga bika ambon yang dibeli tidak murah. Harganya 200 ribu untuk ukuran 10 cm x 10 cm. Uang sebanyak itu jika dibelikan nasi padang maka akan mendapatkan beberapa bungkus. Bisa untuk makan 2 hari.

Namun, saya yang termasuk kaum mendang-mending tidak akan mempermasalahkan harga. Kalau ada uang ya apa salahnya untuk membeli kue tersebut. Masalahnya adalah, mengapa dengan harga semahal itu tidak ada penjaminan kualitas yang dilakukan. Harga 200 ribu bisa dibilang harga premium yang seharusnya pembeli mendapatkan jaminan kualitas.

Di sisi lain, saya juga kesal sama TikToker yang langsung memviralkan pengalaman ini. Berkaca pada kasus yang saya alami saat naik wira-wiri kemarin, saya menahan untuk tidak memviralkan dulu. Barangkali ada titik temu penyelesaian. Semisal, jika ia menghubungi pihak PIK Baking House selaku produsen, maka siapa tahu ia mendapatkan ganti yang sesuai.

Nasi sudah menjadi bubur. Dengan video yang viral tersebut, maka banyak TikToker yang Youtuber yang seakan-akan mencari kesalahan dari produk buatan Ci Mehong. Mendapatkan reaksi yang negatif, Ci Mehong makin meradang. Hampir setiap hari ia membuat video dengan melempar puluhan kaleng butter wisman. Entah kegiatan tersebut hanya gimmick semata atau memang ia marah, yang jelas saya tak terlalu nyaman dengan tindakan tersebut. Apalagi, dalam video tersebut disisipkan lagu rohani beserta sumpah serapah kepada mereka yang memviralkan produk buatannya. Seakan sebuah kontradiksi.

Dalam perjalanan kita sebagai konsumen makanan, tentu ada kalanya kita mendapatkan pelayanan tidak maksimal. Saya sendiri beberapa kali mendapat produk yang tidak sesuai. Kebanyakan sih saya menemukan rambut di dalam makanan. Kalau saya membeli produl tersebut di tempat yang jauh, maka saya tinggal membuang bagian yang terkena rambut. Namun, jika dekat, maka saya akan memberi tahu kepada produsen bahwa ada rambut yang menempel di produk yang merek jual.

Biasanya sih mereka menerima dan meminta maaf serta berjanji kejadian tersebut tidak akan terulang. Selain rambut, saya juga sempat menemukan jamur kecil pada produk roti yang saya akan saya. Untung saja saya belum sempat membelinya dan langsung memperlihatkan produk tersebut pada penjual. Mereka segera mengganti produk yang mereka jual dengan produk yang baru.

Nah, kerusakan produk makanan beberapa kali saya alami saat membeli salad di jastip. Namanya jastip, maka produk makanan yang dijual tidak fresh. Produk tersebut harus menempuh jarak ratusan kilometer sebelum sampai ke tangan saya. Makanya, ada beberapa produk yang basi dan tidak layak makan. Saya biasanya langsung DM kepada jastip tersebut dan mereka biasanya langsung mengganti keesokan harinya atau jika berjualan di dekat tempat saya.

Intinya adalah komunikasi antara penjual dan pembeli. Pembeli harus jujur menceritakan kondisi makanan yang mereka beli. Alangkah lebih baik jika disertakan foto atau video. Penjual juga harus cepat tanggap meminta maaf dan mengganti barang yang sudah dibeli. Dengan manajemen krisis semacam ini, maka kepercayaan antara pembeli dan penjual bisa tetap terjaga.

Respon yang apik sering saya lihat pada brand besar yang bahkan mengirim satu kardus produk pengganti meski pembeli hanya komplain satu buah saja. Nama baik dan besar mereka dipertaruhkan sehingga mereka melakukan hal tersebut. Mereka tidak mau hanya karena satu kesalahan kecil bisa merusak reputasi mereka.

Saya sepakat dengan perkataan Mami Toko yang mengatakan meski dapurnya kelihatan bersih dan ia sangat menjaga kualitas produknya, bisa tidak mungkin ada kesalahan yang terjadi pada produknya. Namanya juga manusia pasti ada kekurangan. Ia mengatakan bahwa jika ada konsumen yang komplain, ia akan meminta maaf, mengganti barang tersebut, dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahan tersebut.

Jadi, marah-marah dengan melempar kaleng wisman bukanlah solusi. Sekali lagi, pembeli adalah raja jadi harus diperlakukan sebaik-baiknya.

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya