5 Tipe Penumpang yang Saya Hindari saat Naik Transportasi Umum

Ilustrasi by AI


Sebagai pengguna transportasi umum, tentu kita akan bertemu dengan banyak orang secara acak.


Kita tidak bisa memilih siapa yang berada di dekat kita karena semuanya adalah takdir dari Yang Maha Kuasa. Mungkin kita tidak akan pernah menyangka bahwa orang yang duduk di dekat kita adalah artis, pejabat, atau orang penting. Kita juga tidak akan pernah menyangka bahwa orang yang duduk di dekat kita nantinya bisa menjadi jodoh kita. Semuanya begitu acak dan tidak bisa kita setting semau kita.

Saya sendiri, tidak terlalu memusingkan siapa yang duduk di dekat saya. Lantaran, kebanyakan saya sibuk dengan aktivitas yang saya lakukan. Bermain HP atau kadang ngonten jalan adalah kegiatan yang sering saya lakukan. Makanya, sebenarnya interaksi saya dengan penumpang di dekat saya sangat terbatas.

Meski begitu, namanya manusia, tentu saya juga ingin nyaman duduk di dekat penumpang lain. Saya juga ingin menghindari beberapa tipe penumpang yang cukup mengganggu saya. Meski saya tahu, saya tak bisa menghindar dan biasanya saya hanya bisa turun lebih awal dari tempat yang semestinya. Lantas, tipe penumpang seperti apa yang saya hindari?

Pertama, penumpang yang banyak bicara


Basa-basi dengan penumpang lain sebenarnya kegiatan yang saya sukai. Saya bisa bercerita dan mendengarkan cerita dari penumpang di sebelah saya. Waktu perjalanan menjadi tidak terasa dan hambar. Tentu, namanya percakapan haruslah dua arah dan tidak didominasi oleh satu orang saja. Saya sering mendapat penumpang di sebelah yang asyik saat mengobrol dan membuat perjalanan menyenangkan.

Walau demikian, beberapa kali saya juga mendapatkan penumpang yang banyak bicara dan mendominasi pembicaraan. Kebanyakan sih tipe too much of him/herself. Terlalu banyak menonjolkan diri atau keluarganya. Berbicara soal relasinya dengan pejabat atau orang penting. Asli, saya sangat tidak nyaman jika berada dekat dengan penumpang seperti ini.

Pada suatu ketika, saya pernah duduk dengan seorang bapak-bapak yang begitu membanggakan anak-anaknya yang berhasil jadi aparat. Ada yang jadi polisi, tentara, dan lain sebagainya. Apesnya saya perjalanan saat itu sedang macet dan bapak tadi berceloteh soal relasinya dengan jendral A, B, C, dan D. Saya hanya manggut-manggut sebagai tanda menyimak pembicaraannya meski sebenarnya jengah juga.

Sampai saya akan turun, ia masih bercerita banyak soal pangkat yang sudah diraih oleh anak-anaknya. Kebetulan ia memang pensiunan aparat. Wajarlah ia bercerita banyak seperti itu. Hingga akhirnya saya akan turun dan bapak tadi menanyakan pekerjaan saya, saya hanya menjawab bahwa saya hanya bekerja di bimbel biasa, tetapi yang penting pekerjaan membawa banyak manfaat dan tidak mengandalkan koneksi dari orang dalam. Asli, saya senang sekali melihat bapak tadi tersenyum kecut sebelum saya turun dari bus itu.


Kedua, penumpang yang meminta uang


Kejadian ini beberapa kali saya alami saat naik bus. Kebanyakan mereka mengeluh dulu soal kehidupan mereka yang cukup susah. Nah, tiba-tiba, tanpa rasa sungkan, mereka meminta uang karena ongkos mereka sudah habis.

Saya sih, antara percaya dan tidak dengan cerita mereka. Yang jelas, jika ada penumpang seperti ini, saya beri mereka uang 10 ribu rupiah. Saya bilang hanya bawa uang cash sedikit. Makanya hanya bisa memberi uang sejumlah itu.

Ada satu orang yang sering saya temui di beberapa halte dan melakukan modus meminta uang. Apesnya, ada banyak mbak-mbak yang kasihan yang akhirnya memberinya uang cukup banyak hingga 200 ribu rupiah. Penumpang tersebut sempat agak was-was ketika saya perhatikan agak lama karena mungkin masih ingat denagn saya.

Ketiga, penumpang yang bau badan

Saya cukup sensitif dengan bau badan seseorang terutama di tempat tertutup dengan banyak orang. Makanya, saya selalu sedia parfum semprot dan tisu basah tiap naik transportasi umum. Saya enggak begitu kuat jika berada dekat dengan orang yang bau badan.

Uniknya, kebanyakan pengalaman sebelahan dengan penumpang bau badan adalah dengan mas-mas. Saya tidak tahu ya apakah mas-mas ini sadar atau tidak mereka bau badan. Kalau mbak-mbak, ibu-ibu, atau bapak-bapak kebanyakan wangi saat di dekat saya.

Pernah sekali, saat naik bus dan cukup penuh, ada rombongan mas-mas baru saja berolahraga lari dan naik dari sebuah halte. Apesnya lagi saya berada di bagian belakang dan di sebelah saya kursinya kosong. Praktis, semuanya duduk di sebelah saya. Bisa dibayangkan dong bagaimana baunya?

Saya sampai menahan untuk tidak menyemprotkan parfum karena takut menyinggung mereka. Meski begitu, asli rasanya kepala ini pusing. Belum lagi, beberapa diantara mereka sepertinya baru menyemprotkan parfum saat masih berkeringat. Aduh, baunya sangat berkombinasi dan membuat saya mual. Makanya, saya selalu meminta rekan saya yang suka olahraga sebelum dekat-dekat dengan saya untuk menghilangkan keringatnya dulu dan tidak menyemprot parfum saat masih berkeringat.

Keempat, penumpang yang menelpon dengan suara keras


Sebenarnya, tidak ada larangan untuk menelepon di dalam transportasi umum kecuali di beberapa moda seperti MRT. Namun, kita juga butuh ketenangan, tentu jika ada penumpang sebelah yang menelepon dengan cukup keras rasanya terganggu juga.

Saya pernah menegur seorang mbak-mbak yang menelepon dengan keras saat naik bus dari Surabaya ke Malang. Betapa tidak, saat semua penumpang hening dan tertidur, ia malah menelepon sepanjang perjalanan sambil tertawa terbahak-bahak. Beberapa kali ia menyebabkan tidur saya yang cukup nyenyak berakhir dengan kekagetan.

Kelima, penumpang yang suka duduk di tempat tak semestinya


Pengalaman seperti ini sering saya alami saat naik kereta api. Dengan dalih ingin dekat dengan anggota keluarganya, mereka dengan enak menduduki kursi yang bukan miliknya. Kadang, mereka cekcok dengan penumpang lain karena ulah mereka.

Saya sekali mendapat perlakuan tidak mengenakkan. Jadi, saat saya pergi ke kamar mandi, tiba-tiba tempat saya diduduki oleh orang. Ia mengatakan mau dekat dengan anaknya. Tempat yang ia punya cukup jauh dengan tempat saya. Saya enggak terima dong karena tas saya masih di atas dan ada laptopnya. Saya tidak bisa mengawasi barang bawaan saya.

Tanpa banyak kata, saya mengirim pesan WA ke kondektur dan orang tersebut diminta pindah. Ia sempat menyerocos panjang dan mengatai saya tapi saya tak peduli dan langsung tidur. Anaknya yang di samping saya juga marah-marah. Lah saya salah apa?

Itulah beberapa tipe penumpang yang saya hindari saat transportasi umum. Kalau Anda sendiri pernahkah bertemu dengan penumpang yang menyebalkan?

1 Comments

  1. Paling males memang ketemu penumpang yang ceriwis. Secara saya ini paling males ngobrol. Jadi biasanya saya gak terlalu menggubris haha

    ReplyDelete
Sebelumnya Selanjutnya