Pemandangan dari atas JPO di Surabaya |
Sebagai pengguna transportasi umum, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) adalah salah satu fasilitas yang sangat saya butuhkan.JPO ini menjadi tumpuan bagi saya untuk menyeberang jalan ke halte atau ke tempat yang saya tuju. JPO juga menghubungkan saya dengan berbagai kepentingan dan kegiatan yang harus saya lakukan. Tanpa JPO, rasanya saya akan susah melakukan berbagai aktivitas, terutama yang berkaikatan erat dengan menyeberang jalan.
Lantaran merupakan penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing), JPO setidaknya harus memiliki beberapa faktor yang harus dipenuhi agar mampu digunakan oleh pejalan kaki dengan layak. Beberapa hal tersebut antara lain keselamatan (safety), keamanan (security), kemudahan (convenience), kelancaran (continuity), kenyamanan (comfort), keterpaduan sistem (system coherence), dan daya tarik (attractiveness).
Ketujuh hal tersebut harus dipenuhi dan saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya. Jika ada yang tidak terpenuhi, maka akan mengganggu pengguna jalan sehingga aktivitas mereka dalam menggunakan JPO akan terganggu.
Harus diakui, sudah banyak JPO di Surabaya yang telah memenuhi faktor tersebut sehingga keberadaannya menjadi tumpuan bagi warga Surabaya. Namun, masih banyak pula JPO yang belum memenuhi faktor tersebut sehingga pengguna jalan harus merasakan kesusahan saat menyeberang jalan.
Contoh paling utama adalah JPO di dekat kampus UINSA A Yani. JPO ini mulanya terputus pada sisi sebelah barat atau yang dekat dengan Polda Jatim. Jadi, pengguna jalan harus menyeberang menggunakan zebra cross agar bisa sampai ke sisi seberang. Saya sendiri beberapa kali mencoba menyeberang di JPO ini. Jika tidak ada teman menyeberang, rasanya hati ini dag dig dug tidak karuan. Alasannya, pengendara kendaraan bermotor yang lewat Jalan A Yani melaju dengan cukup kencang.
JPO di UINSA yang akhirnya tersambung dengan Polda Jawa Timur |
Untung saja, saat tulisan ini ditulis, Pemkot Surabaya sedang membangun JPO ini di sisi barat yang belum tersambung, Jika JPO ini rampung, maka nantinya pengguna jalan bisa menyeberang dengan mudah tanpa takut untuk terserempet atau tertabrak kendaraan bermotor.
Meski begitu, ada beberapa spot JPO yang sebaiknya harus segera dibangun oleh Pemkot Surabaya. Urgensi pembangunan ini berkaca pada tingginya mobilitas warga yang menyeberang di area tersebut. Tidak hanya itu, ramainya lalu lalang kendaraan dan adanya blind spot yang menghalangi pengguna jalan untuk menyeberang membuat area tersebut memang sangat membutuhkan JPO. Lantas, daerah mana saja yang sangat perlu dibangun JPO di Surabaya?
Pertama, JPO Penghubung Royal Plaza dan RSAL dr. Ramelan
Semua pejalan kaki di Surabaya pasti setuju jika diantara Royal Plaza dan RSAL dr. Ramelan sudah saatnya dibangun JPO. Pejalan kaki sangat kesulitan jika menyeberang jalan dari Royal Plaza dan RSAL. Selain jaraknya yang cukup jauh, mereka harus berjibaku melewati rel kereta api yang tentunya sangat berbahaya.
Tak hanya itu, medan jalan yang harus mereka lalui juga dekat dengan flyover Mayangkara yang menghubungkan Jalan A Yani dengan Wonokromo. Tentu, kendaraan yang akan menuju atau baru saja melewati jembatan ini dipacu dengan kecepatan luar biasa. Makanya, tak heran jika ada pejalan kaki yang tertabrak oleh kendaraan.
Saya yang memiliki agyrophobia atau ketakutan dalam menyeberang jalan sampai sekarang tidak berani untuk menyeberang jalan di sini. Lebih baik saya naik Suroboyo Bus menuju tempat yang memiliki JPO untuk menuju Royal Plaza atau pulang dari Royal Plaza. Kadang juga saya mengorder ojek online agar bisa menuju sisi seberang agar bisa aman menyeberang jalan.
Makanya, JPO antara dua tempat ini juga seharusnya menjadi prioritas utama pembangunan di Surabaya. Meski tidak berada tepat di depan Royal Plaza, mungkin keberadaan JPO bisa ditempatkan di sebelah selatan dari mall ini. Yang penting, JPO tersebut bisa diakses dengan mudah oleh warga yang akan menyeberang jalan.
Kedua, JPO antara Pakuwon Mall/PTC dengan Spazio
Warga Surabaya Barat tentu tak asing dengan keberadaan dua tempat ini karena menjadi tongkrongan banyak orang. Suasana di wilayah ini juga sangat futuristik. Layaknya di kota-kota besar negeri maju.Sayang, keberadaannya terusik dengan tidak adanya penghubung diantara keduanya. Keduanya yang terpisah oleh Jalan Mayjend Yono Soewojo ini menjadi beban tersendiri bagi pengguna jalan. Mereka harus berjibaku melewati jalan tersebut yang juga ramai oleh kendaraan bermotor yang dipacu dengan cukup kencang. Apalagi, tidak ada fasilitas zebra cross diantara keduanya.
Tidak ada fasilitas penyeberangan di tempat ini |
Alhasil, pengguna jalan yang akan menyeberang harus berjibaku layaknya mengikuti perlombaan Benteng Takeshi. Bagaimana tidak, mereka harus bersusah payah menunggu jalan agak sepi agar bisa menyeberang jalan dengan aman. Tidak hanya itu, kondisi jalan yang berbelok terutama di sekitar Bundaran PTC membuat pengguna jalan harus tetap awas sebelum memutuskan untuk menyeberang. Atas alasan ini, pembangunan JPO penghubung kedua tempat tersebut sangat diperlukan.
Ketiga, JPO antara UFO Kertajaya dengan Sharp Center
Wishlist selanjutnya adalah JPO diantara dua halte Trans Semanggi Surabaya di Kertajaya. JPO ini sangat penting untuk dibangun karena keberadaannya yang strategis. Bagi penumpang umum yang naik wira-wiri dari Stasiun Gubeng Baru biasanya melewati halte ini untuk berpindah ke Trans Semanggi arah Unesa/PTC. Meski bisa naik dari SMAN 4 Surabaya, tetapi cara ini tidak mengharuskan jalan kaki jauh.
Meski begitu, pengguna jalan harus melewati Jalan Kertajaya yang cukup horor. Walau tidak sepadat jalan lain, tetapi banyak pengendara jalan yang ngawur. Bisa jadi karena jalannya tidak padat sehingga mereka bisa seenaknya memacu kendaraan dengan sangat kencang. Alhasil, meski sudah ada pelican crossing, kadang ada saja oknum pengendara yang masih melesatkan kendaraannya.
Beberapa kali saya berbarengan menyeberang jalan di sini bersama pengguna jalan lain dan mendapatkan pengalaman tidak mengenakkan. Ada pengendara mobil yang masih melajukan kendaraannya meski lampu pelican crossing menyala merah untuk pengendara. Untung saja kami tidak tertabrak dan pengguna jalan yang berbarengan dengan saya refleks mengumpat dengan umpatan khas Surabaya. Jancok.
Nah, itulah beberapa whishlist JPO yang sebaiknya segera dibangun di Surabaya. Sebenarnya, masih banyak spot yang membutuhkan untuk dibangun JPO. Namun, lantaran saya mengerti pembangunan JPO buka prioriotas pembangunan Pemkot Surabaya dan uang APBD masih dibutuhkan untuk kegiatan lain, alangkah baiknya tiga JPO ini bisa diprioritaskan.
Tags
Catatanku