Hilangnya Tiket Peron dan Sensasi Menikmati Kereta Lewat di Masa Kini



Seorang anak melambaikan tangan ke arah kereta yang melintas dari atas Jembatan Klojen, dekat Stasiun Malangkotabaru


Sebuah foto seorang ayah dan anaknya yang duduk di sebuah motor di pinggir perlintasan kereta api mendadak menjadi perhatian grup Railfans Indonesia yang saya ikuti.


Foto tersebut menunjukkan betapa sang anak sangat berharap ada satu saja kereta api yang lewat sambil ditemani sang ayah yang berjaga di dekatnya. Dalam unggahan itu, rekan Railfans yang mengunggah gambar tersebut melontarkan sebuah pertanyaan. Apakah tak ada keinginan, entah dari PT KAI atau pemerintah daerah setempat untuk membangun sebuah tempat yang bisa digunakan untuk menikmati kereta api yang sedang melintas.

Saya mendadak tersadar. Iya juga ya. Dengan reformasi besar-besaran yang dilakukan oleh PT KAI selama beberapa tahun terakhir ini, ada sesuatu yang hilang dari penyelenggaraan transportasi massal ini. Tak ada lagi tiket peron yang dijual di stasiun sehingga hanya penumpang bertiket yang dapat memasuki peron stasiun. Artinya, jika seseorang ingin melihat kereta api dengan nyaman -- dengan duduk di kursi -- maka mau tak mau ia harus membeli tiket kereta api sekaligus melakukan perjalanan.

Dahulu, siapa saja boleh masuk ke dalam peron stasiun dengan membeli tiket peron. Pengalaman seperti ini sering saya alami sekitar tahun 2007-2008. Kebetulan, SMA tempat saya bersekolah tidak jauh dari Stasiun Malang Kotabaru. Hanya berjalan kaki sekitar 400 meter, saya sudah sampai di stasiun tersebut.

Dengan berbekal sisa uang jajan, tiket peron seharga 1.500 Rupiah pun bisa saya beli. Saya bisa masuk stasiun tersebut dan menyaksikan beberapa kereta api jarak jauh yang akan berangkat. Masih berseragam SMA lengkap, duduk manis sendirian melihat berbagai kegiatan yang dilakukan di sana adalah kenikmatan tiada tara. Maklum, sebagai anak sekolah dengan kehidupan ekonomi yang pas-pasan, jangankan bisa naik kereta api. Membayar SPP saja saya sering menunggak.

Makanya, dengan membeli tiket peron ini, saya seakan melepas dahaga untuk bisa menuntaskan keinginan saya yang ingin melihat perjalanan kereta api dari jarak dekat. Biasanya, saya menghabiskan waktu hingga satu jam untuk duduk manis di dalam stasiun tersebut.

Barangkali, apa yang saya alami juga dialami oleh anak-anak di masa sekarang. Banyak dari mereka yang jarang atau bahkan tidak pernah sama sekali merasakan bagaimana nyamannya naik kereta pada masa kini. Maka, momen untuk menunggu kereta lewat di perlintasan adalah salah satu kegiatan yang amat menyenangkan.

Keluarga penumpang melihat kereta dari luar peron Stasiun Kradenan. Saat ini, hanya penumpang bertiket yang diperbolehkan masuk peron

Ketika saya menaiki kereta, baik kereta lokal maupun kereta jarak jauh, hampir di perlintasan kereta, saya selalu menemukan para ayah atau ibu yang menemani anaknya menunggu kereta api lewat. Saat kereta yang saya naiki melewati mereka, ia seakan disambut layaknya Miss Universe. Kamera ponsel akan siap merekam dan lambaian tangan sering saya dapat.

Kadang, jika kereta berjalan lambat lantaran telah memasuki area stasiun, saya menyempatkan membalas lambaian tangan mereka. Melihat keceriaan yang mereka dapat rasanya menambah semangat saya untuk terus melakukan perjalanan dengan kereta api. Dibandingkan momen lain, membalas sapaan mereka adalah momen paling membahagiakan.

Tiket peron memang telah tiada. Namun, melihat minat masyarakat yang ingin melihat kereta api, rasanya sayang jika keinginan mereka harus ditebus dengan cara yang cukup berbahaya. Bukankah berdiri di dekat rel kereta api cukup riskan? Memang, pada beberapa perlintasan tentu ada petugas yang selalu mengimbau kepada pengguna jalan termasuk para penikmat kereta api untuk berhati-hati.


Beberapa anak tengah menunggu kereta lewat di PJL dekat Stasiun Surabaya Kota


Meski demikian, masih banyak spot yang tak ada petugas jaganya digunakan untuk melihat kereta yang sedang melintas. Biasanya, saya melihat anak-anak yang baru bermain bola di sebuah lapangan atau pun keluarga yang menunggu di dekat rumahnya dengan jarak antara rel kereta dengan mereka cukup dekat. Untuk itulah, edukasi mengenai jarak aman dengan rel kereta nampaknya masih perlu disosialisasikan.

Beberapa kota memang memiliki spot tersendiri untuk melihat kereta api. Malang, kota kelahiran saya memiliki spot terbaik untuk menikmati kereta api dari atas. Sebuah jembatan yang berdiri di dekat Pasar Klojen biasanya menjadi spot favorit para pencinta kereta api.

Di dua sisi jembatan ini, Pemkot Malang bahkan sudah memasang kursi taman dan lampu yang menambah kenikmatan untuk menghabiskan senja. Tempat ini pun selalu ramai oleh pengunjung terutama saat senja.

Peron panjang di Stasiun Maguwo yang jadi favorit saya hunting kereta


Para penikmat kereta api tak hanya menikmati suguhan pemandangan kereta yang akan masuk dan keluar dari Stasiun Malang Kotabaru. Mereka juga bisa melihat berbagai aktivitas kereta api lainnya seperti langsir. Kegiatan ini pun bisa menjadi salah satu bahan pembelajaran bagi anak-anak dan menumbuhkan kecintaan mereka terhadap transportasi massal ini.

Untuk di Kota Yogyakarta, para pecinta kereta api biasanya banyak yang menyaksikan kereta api lewat di sekitar PJL Geser. Perlintasan kereta api ini berada tak jauh dari Stasiun Yogyakarta. Biasanya, kereta api akan berjalan cukup lambat saat baru tiba atau menuju ke arah Stasiun Lempuyangan.

Momen kereta yang berjalan lambat inilah yang sering ditunggu. Terlebih, keunikan dari PJL geser ini adalah cara membuka dan menutup perlintasannya yang digeser seperti pagar rumah. Makanya, tempat ini sebenarnya juga bisa menjadi salah satu jujugan wisata saat berkunjung ke kota gudeg ini.

Anak-anak bersepeda tengah menunggu kereta lewat di PJL geser dekat Stasiun Yogyakarta


Momen menunggu kereta paling meriah yang saya lihat bisa jadi dipegang oleh mereka yang begitu antusias menunggu kereta api di sekitar Stasiun Alastua Semarang. Kereta Ambarawa Ekspres yang saya naiki dari Stasiun Surabaya Pasarturi selalu disambut dengan meriah dan gemuruh tepuk tangan dari mereka yang duduk manis di sebuah lapangan.

Saya meliihat ibu-ibu dan bapak-bapak yang menggiring putra-putrinya untuk melihat kereta api. Beberapa diantaranya sambil menyuapi anaknya yang bisa begitu lahap sambil ditemani suara desiran kereta yang berlalu-lalang.

Tiket peron kereta boleh tiada. Namun bukan berarti tak bisa menikmati kereta dari stasiunnya. Beberapa stasiun memiliki ruang tunggu yang memungkinkan untuk melihat kereta api dengan jelas tanpa harus memiliki tiket. Salah satunya adalah Stasiun Ngrombo.

Stasiun yang berada di Daerah Operasi IV Semarang ini memiliki ruang tunggu yang bertingkat. Dari atas, para penggemar kereta atu pun para penunggu penumpang bisa melihat kereta dengan jelas. Sepintas, stasiun ini mirip seperti sebuah stadion. Stasiun kelas II yang masuk wilayah Kabupaten Grobogan ini selalu ramai lantaran menjadi stasiun terbesar di kabupaten itu.

Ruang tunggu di bagian atas Stasiun Ngrombo sering digunakan untuk melihat kereta

Selain Stasiun Ngrombo, Stasiun Malang Kotalama juga memiliki ruang tunggu yang memungkinkan untuk melihat kereta dengan jelas. Stasiun yang paling dekat dengan rumah saya ini pun kerap ramai dikunjungi oleh banyak orang yang mengajak putra-putrinya melihat kereta.

Akhirnya, apa pun kenikmatan yang didapat kala melihat kereta lewat, keselamatan adalah hal utama. Namun, jika pihak pemangku kepentingan bisa menyediakan tempat untuk para pecinta kereta api ini, maka akan lebih baik lagi.

1 Comments

  1. Memang menarik sih nonton kereta yang tengah melintas...aku pun dulu sering ajak anak2 ke daerah stasiun Lempuyangan (yang dekat jembatan layang, ex bioskop Mataram, jogja) untuk liat kereta, sambil nyuapin makan😊

    Pernah juga sengaja nunggu kereta lewat di stasiun Patukan, Gamping..

    ReplyDelete
Sebelumnya Selanjutnya