Cerita Mistis saat Naik Transportasi Umum

Ilustrasi

Beberapa waktu lalu, saya naik Suroboyo Bus dan duduk di bagian dekat pintu.

Otomatis, karena berada dekat dengan sopir dan kondektur, maka saya pun bisa mendengar pembicaraan keduanya. Terlebih, saat itu hanya ada dua penumpang termasuk saya yang berada di dalam bus tersebut.

Biasanya, sopir dan kodektur berbicara masalah sepele agar tidak bosan. Mereka melakukannya tentu saat penumpang sedang sepi. Nah, biasanya pula saya tak terlalu mendengarkan bahan pembicaraan mereka karena juga tak terlalu penting bagi saya.

Namun, entah kenapa saat itu saya kok merasa mereka berbincang cukup serius. Topik pembicaraan yang mereka lakukan adalah mengenai kisah mistis sebuah bus Trans Semanggi Surabaya (TSS) dengan kode TB-13. Sudah kita ketahui bersama bahwa angka 13 sering dikaitkan dengan angka sial dan mistis yang sering dihindari oleh banyak orang.

Ceritanya, ada sopir TSS yang sedang bekerja menjalankan tugasnya pada jam akhir operasi menggunakan bus dengan kode itu. Jadi, sopir tersebut menjalankan bus terakhir yang beroperasi di hari itu. Kalau tak salah, waktu bus beroperasi adalah pukul 10 malam. Tentu, aktivitas masyarakat tidak seramai biasanya.

Sopir tersebut berada di dalam bus sendirian. Ia baru saja menurunkan penumpang di sebuah halte. Ia berpikir mungkin sudah tidak ada penumpang lain karena ia sudah hampir sampai di halte akhir dan bersiap kembali ke pool untuk memarkir bus dan segera pulang.

Namun, di sebuah halte, ia melihat seorang bapak-bapak tua menyetop busnya. Ia yakin sekali bahwa bapak itu akan naik busnya. Makanya, ia langsung menghentikan bus tersebut untuk menaikkan penumpang tersebut. Ia berpikir mungkin penumpang itu akan naik ke sebuah tujuan akhir yang juga sebuah terminal.

Bus pun berhenti dan sopir tersebut membuka pintu depan karena penumpang yang akan naik harus melalui pintu depan. Setelah pintu terbuka, ternyata tak ada satu pun orang di sana yang mau naik. Sopir bus itu pun sampai melongok ke samping dan memang tak ada orang di situ. Ia juga sampai berdiri dan melihat di luar juga tak ada orang. Kalau orangnya bersembunyi di semak atau dinding pun tak mungkin karena posisi halte masih kelihatan jelas.

Lantaran merinding, sopir tersebut langsung tancap gas menuju pemberhentian akhir. Kondektur yang mendengar cerita ini pun penasaran atas penuturan sang sopir. Makanya, ia pun mengecek bus dengan kode tersebut yang ternyata saat itu menjadi satu-satunya bus yang tidak jalan di hari itu. Saya juga penasaran dan memang benar. Bus dengan kode tersebut tidak jalan entah apa alasannya. Tapi esok harinya saya cek sudah jalan lagi dan semoga tidak ada hal-hal mistis lagi di bus ini. 

Saya cukup penasaran dengan cerita ini apakah memang benar adanya atau sopir tersebut berhalusinasi. Makanya, jika ada kegiatan di rute yang dilewati bus tersebut, saya ingin mencoba naik saat jam akhir operasi sekitar pukul 10 malam.

Cerita tak kalah seram datang dari teman saya. Ia bercerita bahwa temannya – sebut saja si A – baru saja ada kegiatan di sebuah mall. Ia ingin pulang ke rumahnya dan menyetop bus TSS di sebuah halte yang dekat dengan Taman Makam Pahlawan (TMP). Ia naik juga sekitar pukul 10an malam dan bisa jadi bus yang akan ia naiki adalah bus terakhir.

Saat menunggu di halte tersebut, ia didatangi oleh seorang bapak paruh baya yang memakai kemeja putih dan berkalung e-toll. Yah layaknya seperti pekerja kantoran. Ia tak tahu bapak tersebut datangnya dari mana kemungkinan pekerja kantoran yang baru lembur.

Ia hanya tersenyum ke bapak itu dan dan dibalas senyuman oleh bapak yang berdiri di sampingnya itu. Ia pun memainkan HP untuk membalas WA dan tak lama bus TSS datang. Ia pun masuk dan tak langsung membayar karena ingin memberi jalan dulu ke bapak tadi. Anehnya, bapak tadi tak ada. Ia sampai minta ke sopir untuk berhenti dulu karena tadi ia yakin bapak yang mau naik.

Ia juga melongok ke luar ternyata tak ada. Karena diburu waktu, akhirnya sang sopir  menutup pintu dan bus melaju. Ia sampai gemetaran saat membayar dengan QRIS karena ia yakin sekali bapak tadi itu mau naik bus dan menunggu di sampingnya. Kalau tidak mau naik bus, kenapa bapak tadi berdiri di dekat kuburan? Esoknya, si A ini pun sakit dan tak masuk kerja.

Saya masih juga menyangsikan cerita ini. Bisa jadi, bapak tadi naik ojek online dan si A tak tahu ia sudah naik saat bus datang. Jadi, bapak tadi hanya berdiri di dekat halte agar memudahkan driver ojol menemukan dirinya. Meski begitu, namanya mahkluk tak kasat mata sering menyerupai siapa saja, bisa jadi cerita ini memang mistis.

Untungnya, saya sendiri tidak pernah – dan jangan sampai – mengalami hal mistis seperti ini. Kalau saya seringnya naik wira-wiri untuk pulang ke kontrakan. Paling banter kalau wira-wiri saya naiknya pukul setengah 9 malam dan itu bisa dikatakan masih ramai. Meski menjadi satu-satunya penumpanng, tetapi saya tidak takut karena kadang cerita lucu dengan kondektur dan sopir.

Pengalaman horor yang saya alami mungkin diganggu ODGJ di sebuah halte. Yah namanya ODGJ kadang nglantur tak jelas. Selama mereka tidak membawa sajam atau benda berbahaya lainnya tak masalah. Makanya, saya sering menunggu di warkop atau minimarket dekat halte kalau mau naik malam hari. Barulah saat armada dekat, saya jalan kaki ke halte.

Nah, kalau kalian sendiri, pernahkah mengalami peristiwa mistis saat naik transportasi umum?

Post a Comment

Sebelumnya Selanjutnya