Salah satu mall di Suarabya |
Ngemall adalah kegiatan yang sebenarnya kurang saya sukai.Selain saya tidak suka keramaian, kegiatan ini juga berpotensi menguras isi dompet yang saat ini perlu diselamatkan. Walau demikian, namanya juga manusia butuh hiburan, mall pun juga menjadi tempat pelampiasan dari penatnya kerja. Apalagi, bagi para pekerja di kota besar seperti saya, seakan tidak ada lagi tempat yang bisa dijangkau selain Mall.
Uniknya, saya malah betah berlama-lama nge-mall saat di Surabaya dibandingkan saat di Malang. Bahkan, kalau saya di Malang diajak keluarga atau teman ngemall, saya langsung menolaknya. Sementara, jika saya diminta untuk ketemuan di mall Surabaya, saya pasti mengiyakan.
Lalu, apa saja yang membuat saya lebih betah nge-mall di Surabaya dibandingkan di Malang?
Pertama, kelengkapan tenant
Harus diakui, Surabaya jauh lebih besar daripada Malang. Otomatis, mall di kota ini jauh lebih banyak dan besar. Tak hanya menang dalam jumlah mall, tenant dan restoran mall-mall di Surabaya juga jauh lebih banyak. Alhasil, saya punya lebih banyak pilihan untuk makan atau membeli sesuatu.
Misalnya, mall di Surabaya memiliki aneka restoran Jepang kekinian yang jauh lebih banyak. Restoran all you can eat pun juga jauh lebih variatif. Resto minuman yang kekinian juga jauh lebih banyak dan beragam. Saya bisa mencoba yang mana sesuai dengan selera dan kantong.
Bahkan, beberapa orang Malang kadang rela pergi ke Surabaya hanya untuk mencoba makanan atau berbelanja di tenant mall di Surabaya yang tidak ada di Malang. Meski, saat ini banyak tenant dan restoran yang juga sudah mulai ekspansi membuka cabangnya di Malang.
Kedua, masalah retribusi toilet
Nah, masalah toilet ini menjadi sumber utama saya malas nge-mall di Malang. Bagaimana tidak, semua mall di Malang menarik biaya untuk retribusi toilet sebesar 1.000 sampai 4.000 rupiah. Sementara, untuk mall di Surabaya yang saya tahu semuanya gratis.Masalah toilet berbayar ini sering dikeluhkan oleh masyarakat. Bahkan, beberapa waktu lalu, ada seorang influencer yang protes soal toilet berbayar ini ketika mengunjungi mall di Malang. Seorang rekan blogger juga sempat mengeluhkan hal ini ketika datang ke MOG - mall terbesar di Malang beserta putrinya yang sedang kuliah di Malang.
Toilet di Surabaya yang bersih dan gratis |
Walau cuma seribu dua ribu, tetapi sesungguhnya kondisi ini tidak mengenakkan, Masak sih kita yang sudah berbelanja dan meramaikan mall harus ditarik untuk toilet? Padahal pendapatan mall pun saya yakin masih mampu untuk menutup biaya toilet ini. Di Surabaya, sekelas Pakuwon Mall dan Tunjungan Plaza saja memiliki toilet gratis setara toilet hotel bintang lima.
Ketiga, tempat duduk mall di Surabaya yang banyak
Saat nge-mall, tentu kita berjalan kaki jauh. Nah, kadang kita butuh duduk sebentar untuk beristirahat. Apesnya, saya menemukan sedikit tempat duduk saat nge-Mall di Malang. Kalau mau duduk ya paling tidak kita harus ke foodcourt atau masuk ke restoran. Tentunya ya kita kudu mengeluarkan uang.Tempat duduk mall di Surabaya yang banyak |
Berbeda halnya dengan mall di Surabaya yang tidak pelit tempat duduk. Di dekat ekskalator, antar lorong mall, atau bahkan dekat pintu masuk selalu saya temukan tempat duduk yang nyaman. Jadi, kita bisa istirahat sebentar setelah berjalan kaki jauh. Sambil menunggu rekan atau saudara, kita juga bisa duduk sebentar biar tidak capai.
Keempat, harga makanan yang bervariatif
Walau banyak mall elit dengan harga makanan selangit, tetapi Surabaya juga memiliki mall dengan aneka tenant makanan harga ekonomis Sebut saja Royal Plaza, ITC Surabaya, BG Junction, dan DTC Wonokromo, Mall-mall ini sering disebut mall sejuta umat karena sering dikunjungi masyarakat menengah ke bawah.Di sana, selain ada restoran harga mahal, banyak juga tenant yang menjual aneka makanan dengan harga murah. Bahkan, ada tenant yang menjual es teh jumbo aneka rasa hanya 5.000 rupiah saja. Saya juga kaget saat menemukan sebuah tenant yang menjual kentang goreng seharga 5.000-7.000. Yah meski porsinya mini, tetapi lumayan untuk menahan lapar.
Es teh 5.000an di Mall Surabaya |
Tenant seperti ini tidak pernah saya temukan saat nge-mall di Malang. Harga makanan dan minuman yang saya temui paling tidak di atas 10 ribu rupiah. Menu yang ada pun juga tidak terlalu saya suka. Beda halnya dengan mall di Surabaya yang banyak menu unik menggugah selera.
Harus diakui, mall di Surabaya kini sudah menjadi pusat aktivitas warga. Makanya, aneka kegiatan dan lomba banyak digelar di sana. Mulai dari lomba fashion anak, zumba, festival band, hingga olahsraga pun ada. Yang unik, ada mall di Surabaya menggratiskan ruangannya untuk berbagai kegiatan warga. Jadi, warga Surabaya bisa mengadakan berbagai acara seperti pengajian, kebaktian, arisan, seminar, dll di mall tersebut secara gratis. Bahkan saya sempat menemukan acara lomba kemah pramuka di dalam mall.
Meski dengan adanya aneka acara itu mall menjadi ramai dan sesak, tetapi bisa membuat saya terhibur. Apalagi, jika event yang diadakan adalah lomba anak-anak. Saya sampai rela duduk di dekat panggung agar bisa melihat bocil-bocil catwalk dengan lemah gemulai.
Kelima, aneka event mall di Surabaya menarik untuk disimak
Harus diakui, mall di Surabaya kini sudah menjadi pusat aktivitas warga. Makanya, aneka kegiatan dan lomba banyak digelar di sana. Mulai dari lomba fashion anak, zumba, festival band, hingga olahsraga pun ada. Yang unik, ada mall di Surabaya menggratiskan ruangannya untuk berbagai kegiatan warga. Jadi, warga Surabaya bisa mengadakan berbagai acara seperti pengajian, kebaktian, arisan, seminar, dll di mall tersebut secara gratis. Bahkan saya sempat menemukan acara lomba kemah pramuka di dalam mall.
Meski dengan adanya aneka acara itu mall menjadi ramai dan sesak, tetapi bisa membuat saya terhibur. Apalagi, jika event yang diadakan adalah lomba anak-anak. Saya sampai rela duduk di dekat panggung agar bisa melihat bocil-bocil catwalk dengan lemah gemulai.
Sewa ruang gratis di salah satu mall |
Beda halnya dengan mall di Malang yang minim event. Kalaupun ada pasti event untuk kalangan menengah ke atas seperti pameran mobil, motor, haji/umroh, dan perumahan. Untuk event yang menghibur warga jarang sekali saya temukan. Makanya, saya tidak terlalu antusias dengan event-event tersebut.
Saya sempat menemukan sebuah video dari pemilik tenant sebuah produk makanan di MOG Malang yang mengeluh omset jualannya sepi. Keluhan ini menurutnya juga dialami oleh pemilik tenant lain. Saya pun lalu memberi saran agar mereka minta ke pengelola mall untuk sering membuat event untuk anak-anak. Dengan begitu, banyak anak dan orang tua datang sehingga mereka pasti akan membeli makanan seperti mall-mall di Surabaya.
Walau belum sempurna, tetapi hampir semua mall di Surabaya sudah memiliki akses transportasi umum. Beberapa pengelola mall bahkan membangun sendiri haltenya agar bisa digunakan warga dengan nyaman. Dengan adanya transportasi umum, saya bisa nge-mall tanpa bingung untuk mencari tempat parkir.
Kalau mau nge-mall di Malang, saya harus mencari tempat parkir yang susahnya luar biasa. Belum lagi kalau kena hujan susahnya bisa berkali-kali lipat. Makanya, saya malas nge-mall kalau ke Malang kecuali kalau ada kegiatan penting seperti bayar pajak STNK atau pijat refleksi.
Saya sempat menemukan sebuah video dari pemilik tenant sebuah produk makanan di MOG Malang yang mengeluh omset jualannya sepi. Keluhan ini menurutnya juga dialami oleh pemilik tenant lain. Saya pun lalu memberi saran agar mereka minta ke pengelola mall untuk sering membuat event untuk anak-anak. Dengan begitu, banyak anak dan orang tua datang sehingga mereka pasti akan membeli makanan seperti mall-mall di Surabaya.
Terakhir, mall di Surabaya banyak terjangkau transportasi umum
Walau belum sempurna, tetapi hampir semua mall di Surabaya sudah memiliki akses transportasi umum. Beberapa pengelola mall bahkan membangun sendiri haltenya agar bisa digunakan warga dengan nyaman. Dengan adanya transportasi umum, saya bisa nge-mall tanpa bingung untuk mencari tempat parkir.
Kalau mau nge-mall di Malang, saya harus mencari tempat parkir yang susahnya luar biasa. Belum lagi kalau kena hujan susahnya bisa berkali-kali lipat. Makanya, saya malas nge-mall kalau ke Malang kecuali kalau ada kegiatan penting seperti bayar pajak STNK atau pijat refleksi.
Salah satu halte di PTC |
Itulah beberapa alasan saya malas nge-mall di Malang. Jika ada hasrat untuk nge-mall, maka saya puas-puaskan dulu di Surabaya. Nanti, jika sudah di Malang, saya tinggal leha-leha di rumah saja.
Tags
Catatanku