Ilustrasi. - behance.net/ |
Dalam melakukan aktivitas, saya membutuhkan kegiatan berpindah tempat dengan cepat.Saya harus siap sedia untuk melakukan berbagai tugas dan membuat konten dari satu tempat ke tempat lain. Saya harus berjalan kaki setiap hari dengan langkah yang cukup banyak agar berbagai pekerjaan terselesaikan. Walau ada fasilitas mobil dan tebengan motor, tetap saja langkah kaki saya adalah modal utama.
Saya sangat bersyukur dianugerahi kaki yang baik. Walau tidak panjang dan bisa menjangkau langkah dengan lebar, tetapi saya akui bisa diandalkan. Untuk digunakan dalam berjalan kaki sangat jauh, kaki saya benar-benar teruji. Ini tak lepas dari proses panjang melangkah setiap hari sejak saat sekolah.
Dulu, saat SD saya sering berjalan kaki dari sekolah ke rumah yang berjarak sekitar 2 kilometer jika sedang tidak ada yang menjemput. Saat SMP dan SMA, langkah kaki saya juga masih begitu bermanfaat untuk berjalan kaki dari rumah atau sekolah ke tempat naik angkot. Walau saat kuliah saya menggunakan motor, tetapi saya terus melangkah untuk ke berbagai tujuan, semisal fakultas sebelah atau perpustakaan.
Sepanjang perjalanan saya melangkah, saya mulai menemukan ritme berjalan kaki agar tidak capai. Ruitmenya adalah 1-2-1. Satu bagian berjalan pelan dan santai, dua bagian berjalan cepat, dan satu bagian lagi berjalan pelan kembali. Pola ini sangat berguna karena saya bisa memperkirakan waktu perjalanan agar bisa sampai dengan tepat waktu, tubuh tidak terlalu capai, dan saya bisa menghasilkan keringat.
Meski bisa diandalkan, pernah sekali kaki saya mengalami kram yang luar biasa. Saat itu, saya baru saja turun tangga dari lantai 3 lalu mengejar Suroboyo Bus. Saat naik bus, tiba-tiba kaki saya terasa kram yang amat sangat. Bahkan, untuk berdiri saja tidak bisa.
Saya sampai menghebohkan satu bus karena berteriak kesakitan. Untung saja, kondektur bus tersebut yang bernama Mas Adam dengan sigap menolong saya dan mempersilakan saya untuk duduk menyelonjorkan kaki di tempat penumpang berdiri. Ada seorang penumpang yang juga memijat kaki saya perlahan dan akhirnya kaki saya pun pulih.
Sejak saat itu, saya selalu membawa salep pelemas otot di mana pun saya bepergian untuk mencegah hal serupa. Tak hanya itu, saya juga menghindari naik bus setelah turun tangga karena ternyata kegiatan ini bisa memicu kram pada otot kaki. Saya biasanya memberi jeda beberapa menit sebelum naik bus. Jika ada bus atau angkutan lain datang, saya memilih menunggu armada berikutnya.
Bentuk apresiasi saya pada kaki adalah dengan rutin melakukan pijat refleksi. Saya selalu mengagendakan pijat refleksi sebulan sekali. Sesibuk apapun saya, maka pijat refleksi akan saya jadwalkan jika sedang akhir pekan. Pijatan yang dilakukan oleh terapis sangat berguna dalam menjaga kesehatan kaki dan bagian tubuh lain.
Pijat dulu... |
Saya sering merasa kesakitan saat dipijat bagian kaki. Walau demikian, rasa sakit itu saya tahan karena hasilnya membuat kaki saya kuat kembali. Saya juga tidak mudah capai ketika berjalan kaki jauh. Tubuh saya menjadi bugar dan bisa beraktivitas dengan semangat lagi.
Selain kaki, saya juga sangat beryukur dianugerahi mata yang bisa diandalkan. Walau sudah cacat karena menderita mipoi, tetapi masih normal dan bisa digunakan dengan jelas. Saya masih bisa melihat untuk melakukan aktivitas, terutama mengetik.
Agar tidak mudah lelah, maka saya membatasi mata untuk berkegiatan di layar ponsel. Makanya, ada waktu-waktu tertentu saya tidak memegang ponsel. Waktu ini saya gunakan untuk tidur, melihat suasana sekitar, atau mengobrol. Saya juga mengaktifkan notifikasi penggunaan layar ponsel untuk mengontrol diri agar tidak melihat ponsel secara terus-menerus.
Sebenarnya, ada bagian tubuh lain sayang ingin saya apresiasi. Namun, yang jelas kini dengan bertambahnya usia, saya sadar kesehatan dan kekuatan saya tak seperti dulu. Makanya, kini tinggal kita harus pintar diri menjaga dan merawatnya sebaik mungkin.