Mesin gate boarding di Terminal Bungurasih |
Ada yang baru jika Anda datang ke Terminal Purabaya.Terminal yang disebut sebagai terminal paling sibuk se-Asia Tenggara ini kini memiliki sistem baru dalam layanan kepada penumpang. Jika sebelumnya penumpang dan pengantar bisa ruang tunggu dan keberangkatan penumpang, kini hanya penumpang yang benar-benar akan naik bus yang bisa melakukannya.
Pasalnya, sejak beberapa waktu lalu, pengelola Terminal Purabaya atau lebih sering dikenal sebagai Terminal Bungurasih memasang mesin gate boarding. Mesin ini dipasang di dekat pintu masuk ruang keberangkatan bus kota yang berada di sisi utara terminal.
Dengan adanya mesin gate boarding ini, maka tidak sembarang orang bisa masuk. Hanya penumpang bus yang akan naik saja yang bisa melakukannya.Biasanya, pengantar atau penjemput bisa masuk ke area tersebut. Kini, pengantar atau penjemput hanya bisa mengantarkan penumpang di luar dari mesin gate boarding. Mesin ini dijaga oleh petugas Dishub yang juga membantu penumpang untuk melakukan kegiatan memasuki area keberangkatan bus. Ada dua mesin yang harus dilalui oleh penumpang.
Pertama, mesin gate di lantai dasar. Pintu pada mesin ini akan terbuka setelah penumpang memindai kode QR ke mesin pemindai. Kode QR ini terdapat di dekat mesin tersebut dan harus difoto untuk kemudian dipindai agar pintu terbuka.
Kode QR yang harus difoto |
Pada peraturan tersebut, semua area pada terminal Tipe A wajib dibagi dalam beberapa zona. Zona-zona tersebut antara lain zona penumpang yang sudah bertiket, zona belum bertiket, zona pengendapan, dan zona pemindahan penumpang.
Lantaran Terminal Bungurasih merupakan terminal Tipe A, maka pembagian zona yang menggunakan mesin gate boarding ini wajib dilakukan. Pun demikian dengan terminal tipe A lain seperti Terminal Tirtonadi.
Ketika berkunjung ke terminal terbesar di Solo tersebut beberapa waktu lalu, saya juga melihat mesin gate boarding sudah mulai terpasang meski belum bisa difungsikan. Artinya, pemberlakukan aturan ini memang dilakukan di terminal tipe A lain, tidak hanya Terminal Bungurasih.
Penerapan aturan tersebut memang baik. Beberapa terminal tipe A di Jakarta juga sudah menerapkan aturan tersebut, seperti di Terminal Pulo Gebang. Meski demikian, ternyata banyak masyarakat terutama pengguna bus di Terminal Bungurasih kontra dengan aturan itu. Mereka menilai dengan adanya mesin gate boarding tersebut, malah menyulitkan mereka dalam berjalan menuju shelter bus untuk menunggu bus yang mereka inginkan.
Terlebih, jika mereka mereka membawa barang bawaan dengan jumlah cukup banyak, maka mereka harus memotret kode QR, memindai kode tersebut di mesin gate boarding, dan harus masuk pintu yang terbuka dengan cepat.
Kegiatan ini dirasa cukup menyulitkan terlebih seringkali mesin pembaca kode QR belum bisa membaca kode dengan jelas. Akibatnya, calon penumpang harus tertahan dan mengakibatkan antrean panjang. Tak hanya itu, pada awal pengoperasian, para kru bus yang berjaga di sekitar shelter yang sering disebut awu-awu masih menjejali lorong di sekitar tempat tersebut.
Awu-awu yang berada dekat keberangkatan bus. |
Mereka masih meneriaki calon penumpang tujuan bus yang mereka tawarkan. Bahkan, ada beerapa diantara mereka yang masih cenderung memaksa calon penumpang untuk naik bus padahal penumpang tersebut tidak ingin menaiki bus jurusan tersebut.
Puncaknya, beberapa waktu lalu ada seorang mbak-mbak yang membuat sebuah video di TikTok mengenai pengalamannya berjalan di lorong sekitar shelter keberangkatan bus. Walau sudah ada mesin gate boarding, tetap saja ia diteraki oleh para awu-awu.
Salah seorang dari mereka sempat memegang bagian tubuh si mbak tadi sehingga video tersebut viral dan berujung kecaman terhadap pengelola Terminal Bungurasih dan para awu-awu.
Menindaklanjuti video tersebut, maka pihak terminal kini melarang awu-awu berada di lorong sekitar shelter dan mereka hanya diperbolehkan berada di area shelter penumpang. Penumpang diberi keleluasaan untuk menuju shelter bus sesuai tujuan dan kelas bus yang penumpang inginkan.
Entah apakah larangan ini hanya berlaku sesaat atau dalam jangka waktu lama, tetapi adanya mesin gate boarding ternyata tidak menjamin kenyamanan penumpang.
Masih banyaknya calo berkeliaran juga menjadikan sistem ini harus diimbangi dengan ketegasan petugas terminal. Selama ini, petugas terminal memang sangat lembek terhadap para calo. Walau mereka setiap hari apel pagi dengan tupoksi membuat terminal nyaman, tetap saja mereka tak berdaya memberantas calo. Selalu ada saja cerita penumpang yang menjadi korban calo dengan membayar tiket tak wajar.
Belum lagi, banyak awu-awu yang bertanya secara memaksa tujuan penumpang saat para penumpang bergegas menuju pintu keberangkatan. Saat penumpang tidak menjawab, seringkali mereka juga membentak penumpang. Kejadian ini juga menjadi salah satu alasan Terminal Bungurasih menjadi terminal yang tak nyaman untuk disinggahi.
Pemberlakuan mesin gate boarding ternyata juga membuat banyak penumpang lebih memilih untuk menunggu bus di luar area terminal. Kebanyakan mereka menunggu di pintu keluar bus atau di dekat halte Trans Jatim luar.
Rekan saya contohnya yang sering pulang ke Bojonegoro lebih memilih untuk naik dari luar terminal. Alasannya, ia tak mau waktunya terbuang percuma untuk antre masuk melalui mesin gate boarding. Lebih cepat naik dari luar terminal.
Walau banyak kontra dari masyarakat, sejatinya penerapan aturan ini harus diapresiasi. Paling tidak, ada kemajuan untuk menata terminal yang dianggap horor tersebut. Alangkah lebih baik lagi, jika penerapan aturan tersebut diikuti dengan aturan pembelian tiket secara online atau offline yang terpadu. Jadi, penumpang bus bisa membeli tiket terlebih dahulu dan memindai tiket pada mesin gate boarding seperti pada aturan naik kereta api.
Dengan begini, penumpang akan merasa lebih nyaman untuk naik dari dalam terminal. Mereka akan secara bertahap meninggalkan kebiasaan naik dari luar terminal yang mengganggu lalu lintas. Sistem seperti itu juga dapat meminimalisasi calo berkeliaran karena penumpang bisa membeli tiket resmi dahulu.
Selama ini memang penumpang bus antar kota baru membeli tiket saat di dalam bus atau menggunakan sistem on board. Hanya beberapa PO yang melayani pembelian tiket di luar bus. Kita lihat saja transformasi yang dilakukan oleh pengelola Terminal Bungurasih. Semoga saja cerita tak mengenakkan bisa dihilangkan sejak pemasangan mesin gate boarding tersebut.
Tags
Catatanku
Betul mas, biasanya awal2 banyak yang protes. Nanti perlahan akan terbiasa. Toh kemajuan teknologi digital emang gak bisa dilawan ya
ReplyDelete