Ilustrasi. https://www.verywellmind.com/ |
Sejak beberapa tahun terakhir, saya mulai menyadari bahwa banyak sekali kegiatan yang tidak saya sadari bahwa saya melakukannya.
Entah menggosok gigi, mandi, berjalan, dan yang paling sering adalah makan. Saya tak menyadari -- lebih tepatnya tidak berkonsentrasi -- dalam melakukan kegiatan tersebut. Alasannya, saya masih terpikir hal-hal lain di luar kegiatan itu. Mulai dari membalas email, melanjutkan, tulisan, dan lain sebagainya.
Walau terlihat sepele dan terasa tidak begitu berefek, nyatanya kebiasaan ini berdampak buruk bagi kesehatan saya. Semisal ketika makan, saya tidak berkonsentrasi mengunyah secara sempurna yakni 30 kali dalam satu kali kunyahan agar makanan bisa tercerna dengan baik.
Atau, ketika saya berjalan, seringkali saya tak memerhatikan dengan seksama jalan di depan saya.
Kadangkala, ketika saya sedang enaknya berjalan dan memikirkan hal lain yang akan syaa kerjakan, tiba-tiba saya terantuk batu atau benda lain. Yang paling sering terjadi adalah ketika saya cuci muka dan memikirkan hal lain, eh saya lupa meletakkan kacamata saya.
Kejadian ini membukitkan bahwa dalam melakukan suatu kegiatan, kita seringkali tidak bisa berkonsentrasi. Lebih tepatnya menghayati kegiatan yang kita lakukan. Oh saya saya sedang makan. Saya sedang berjalan. Saya sedang mencuci muka.
Padahal, jika kita amati dengan seksama, ada sekali banyak kenikmatan sederhana yang kita dapatkan dalam kegiatan kecil semacam itu. Semisal saat makan, rasa enak dari makanan yang kita kunyah sebenarnya bisa kita nikmati.
Ketika kita sedang berjalan, ada banyak hal dan pemandangan yang membuat hati kita menjadi tentram yang tak didapatkan di rumah. Bahkan, saat kita mencuci muka, ada kesegaran yang kita rasakan yang mengenai wajah kita. Sayangnya, lantaran kita terlalu fokus pada pikiran lain, maka kita merasakan segala kegiatan tersebut biasa-biasa saja.
Untuk itulah, sejak saat ini, saya mulai belajar untuk melakukan praktik mindfulness. Saya mengetahui kegiatan ini dari Mas Adjie Santosoputro yang dikenal sebagai emotional healer.
Mindfulness sendiri berarti memusatkan perhatian sedemikian rupa, menghayati apa yang sedang Anda lakukan, tanpa melakukan penilaian.
Artinya, kita benar-benar sadar melakukan suatu kegiatan tanpa ada banyak pikiran dan penilaija lain tentang sesuatu. Kita hayati dengan seksama kehadiran kita dalam suatu kegiatan tersebut sehingga ketika kita melakukan hal lain yang akan kita pikirkan, maka kita akan lebih bisa berkonsentrasi dan memiliki hasil maksimal.
Saya mencoba praktik ini pada suatu hari ketika saya merasakan apa yang saya lakukan. Ternyata menyenangkan. Saat makan, saya bisa lebih merasakan nasi pecel yang saya santap.
Nah ketika saya memulai aktivitas yang biasnya jadi beban utama saya kala melakukan aktivitas lain, eh ternyata saya malah bisa melakukannya dengan lebih cepat.
Saya lebih cepat berkonsentrasi dan melakukan kegiatan tersebut karena tak banyak pertimbangan dan pikiran lain yang saya pikirkan sebelumnya. Bahkan, kadangkala pekerjaan tersebut mendapatkan hasil yang lebih maksimal.
Contoh utamanya saat menulis. Saya hanya berkonsentrasi memikirkan tulisan saat dua aktivitas, yakni saat menyusun lay out tulisan dan saat mengeksekusi ide dalam lay out tersebut. Kalau selain dua aktivitas tersebut, saya hanya mencatat pokok penting saja karena saya sadar, jika pikiran untuk menulis hadir kala melakukan aktivitas lain, maka yang ada saya tidak bisa berkonsentrasi untuk melakukan aktivitas tersebut.
Ini juga berlaku pada pikiran untuk mendengarkan perkataan orang lain. Seringkali kita juga dipenuhi dengan pemikiran orang lain. Inlah yang membuat kenikmatan kita dalam menjalani aktivitas sehari-hari menjadi terganggu. Kita tidak sadar sedang makan tetapi kita sadar bahwa kita sedang digunjingkan. Kita tidak sadar sedang menggosok gigi karena berpikiran untuk bisa sempurna tampil di hadapan orang lain.
Maka, melakukan mindfulness adalah salah satu langkah terbaik dalam mengurangi berbagai pikiran tersebut. Kita bisa memulainya saat bangun tidur atau akan tidur dengan latihan kesadaran bernapas. Saat menarik dan mengembuskan napas, kita sadari kegiatan itu.
Kita nikmati bahwa napas yang kita hirup dan kita hembuskan adalah sebuah kenikmatan yang sangat menyenangkan. Ini baru menarik napas lho. Belum kegiatan lainnya.
Memang, pada awalnya, kita akan cukup kesulitan dalam berkonsentrasi melakukan kegiatan ini. Kita akan tetap berpikiran bahwa ada saja hal-hal lain, baik kecil maupun besar yang mengganggu latihan pemusatan pikiran ini.
Namun, jika kita teruskan, maka akan mulai bisa perlahan untuk menikmati yang sedang kita lakukan. Kunci sebenarnya adalah mengurangi penilaian yang kita lakukan. Harus begini harus begitu. Tidak apa-apa jika pikiran lain itu timbul tenggelam. Namanya juga proses. Lambat laun, semuanya akan berjalan dengan baik. Karena semua itu butuh proses. Bukan sekadar terpatok pada penilaian semata yang akan membuat kita tidak menikmati apa yang kita lakukan.
Tags
Catatanku