Saat Saya Lebih Bangga Disebut Blogger Dibandingkan Youtuber dan Tiktoker

Bersama admin dan rekan Komunitas ISB - Dok. ISB


Beberapa waktu lalu, saya terkejut saat seseorang menyapa saya di sebuah Halte Suroboyo Bus.

Ia memanggil nama saya dengan cukup keras sehingga otak saya refleks mengingat siapa orang di depan saya. Beberapa detik saya masih belum mengenali orang tersebut hingga kemudian ia memperkenalkan diri. Ternyata, ia adalah pemirsa channel YouTube dan akun Tiktok saya mengenai transportasi umum.

Walau sudah memakai masker, tetapi ternyata ia mengenali suara dan perawakan saya yang sesekali muncul di video. Seharusnya, saya bangga mendapat atensi semacam itu. Siapa sih orang yang tidak senang terkenal dan mendapatkan perhatian dari banyak orang? Namun, meski saya senang ada yang mengenai saya, tetapi ada satu ganjalan yang ada di hati saya.

Orang tersebut mengenali saya sebagai Youtuber dan Tiktoker. Sematan yang baru beberapa waktu belakangan ini saya bangun. Ia tak mengenali saya sebagai seorang blogger yang sudah saya bangun selama lebih dari sepuluh tahun. Sematan yang kini mulai ditinggalkan perlahan karena dianggap sudah kuno, tak menjanjikan secara materi, atau alasan lain.

Padahal, dari lubuk hati yang paling dalam, saya lebih senang dianggap sebagai blogger. Identitas ini bagi saya amat membanggakan dan tidak semua orang bisa mendapatkan dan mempertahankannya secara konsisten. Butuh perjuangan, dedikasi, dan totalitas dalam membangun sebuah blog. Saya tidak bermaksud mengecilkan peran Youtuber atau Tiktoker, akan tetapi bagi saya sematan seorang blogger amat sangat membanggakan.

Mimpi Membuat Blog Sejak SD

Saya jadi ingat jatuh bangun saat membangun blog saya yang saat ini muncul dengan domain www.ikromzain.com. Percaya atau tidak, saya memimpikan sebuah laman website atau blog sejak masa SD. Saat itu, internet mulai naik daun dan muncul beberapa portal web yang terkenal. Sebut saja astaga.com dan plasa.com. Dua portal yang entah kini bagaimana kabar keberadaannya.

Saat itu, saya bisa mengakses internet berkat adanya komputer di tetangga yang sering saya tumpangi untuk bermain gim. Sambil bermain gim, saya sering membuka dua portal tersebut dan membaca aneka informasi di dalamnya. Rasa takjub pun muncul karena saya merasa penulis artikel di sana seakan seba tahu dengan segala hal yang terjadi dengan cepat. Tak hanya itu, saya sangat terkesima dengan penataan menu di dalamnya yang bagi saya menarik. Pikiran pun muncul bagaimana kalau saya memiliki web serupa semacam itu. Sayang seribu sayang, mimpi ini terkubur hingga masa SMA.

Ketertarikan terhadap dunia blog pun tumbuh saat SMA. Saya beruntung bersekolah di sekolah favorit dengan segala kelebihan akses teknologi. Guru TIK saya saat itu mewajibkan kami memiliki blog pribadi walau masih dimiliki oleh kelompok. Beliau mewajibkan kami menyusun blog yang apik agar pembaca bisa tertarik membaca informasi yang kita bagikan.

Namanya juga anak SMA, otomatis isi dari blog tersebut sebagian besar adalah copy paste artikel dari berbagai portal berita. Hanya beberapa tulisan saja mengenai kegiatan di sekolah. Itu pun hanya terdiri dari beberapa kata yang sangat singkat. Meski jauh dari kata sempurna, tetapi momen tugas ngeblog saat SMA tersebut menjadi titik awak bagi saya untuk bisa membuat blog dengan karya saya sendiri.

PKMK Menempa Kemampuan Menulis Blog

Pucuk di cinta ulam pun tiba. Ketika memasuki kuliah, saya mengikuti kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKMK) alias karya ilimiah mahasiswa di bidang kewirausahaan. Dalam kegiatan tersebut, ada tugas yang menyaratkan para peserta untuk membuat blog berisi informasi sesuai dengan karya ilmiah yang ditulis.

Saya pun kebagian mengisi blog tersebut dengan aneka artikel tentang kimia sesuai jurusan saya kemudian dihubungkan dengan produk yang kelompok saya jual. Kebetulan, saat itu saya memilih Multiply sebagai media blog karena ada jejaring sosial dengan para pedagang. Momen ini cukup menjadi momen krusial dalam dunia ngeblog karena saya harus mengolah artikel semenarik mungkin dengan bahasa sederhana agar produk kami bisa terjual.

Berkali-kali saya harus merevisi tulisan di blog agar bisa diterima oleh dosen pembimbing PKMK. Walau terasa sangat melelahkan, tetapi hasilnya bisa saya petik hingga sekarang. Saya bisa terbiasa melatih menulis materi sulit dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh banyak orang. Inilah yang menjadi esensi dari sebuah blog. 


Sebuah media bagi banyak orang untuk bisa memahami sesuatu hal yang rumit menjadi hal yang sederhana. Proses panjang ini akhirnya membuahkan hasil. meski belum lolos ke tahap nasional, tetapi PKMK yang diajukan oleh kelompok saya berhasil didanai. Dosen penilai sempat tertarik dengan visual blog yang kami bangun untuk memasarkan produk.

Kawah Candradimuka Bernama Kompasiana

Perjalanan ngeblog saya kembali menemui titik balik saat mulai aktif di Kompasiana, sekitar tahun 2013. Tutupnya Multiply dan hilangnya semua tulisan saya di sana menjadikan saya harus memiliki media menulis agar tulisan saya bisa dibaca oleh banyak orang. Bagi saya, Kompasiana adalah tempat yang tepat dan seakan sebagai kawah candradimuka. Apa pasal?

Banyak penulis hebat menulis di portal tersebut. Saya tak hanya belajar menulis saja, tetapi juga berlatih berpikir kritis, menanggapi argumen di kolom komentar, hingga berlatih untuk bisa mengungkapkan ide dengan obyektif. Berbagai hal tersebut kebanyakan tidak saya pelajari di bangku sekolah atau bahkan kuliah. Lewat Kompasiana yang masih riuh rendah saat itu, setiap hari saya bisa membaca sajian adu argumen berbagai topik. Di situlah saya berani mulai menuangkan gagasan dengan berbagai sudut pandang dalam sebuah tulisan yang ringkas dan enak dibaca.

Bersama rekan Kompasianer saat menghadiri Kompasianival


Dibandingkan media sebelumnya, saya seakan betah di Kompasiana. Dari hanya sekadar ikut komentar, menulis seadanya, hingga tulisan saya langganan Artikel Utama/HL tertuang dalam laman profil saya yang tak pernah hilang sejak 2013. Namun, saya juga berkeinginan memiliki blog sendiri dan akhirnya mulai membangun blog ini pada 2015.

Blog Pribadi untuk Membangun Citra Diri

Tiga tahun setelahnya, blog ini pun mulai saya pasang domain dengan nama saya sendiri. Selain agar mudah diingat, saya ingin sematan sebagai blogger yang benar-benar blogger bisa saya miliki. Bukannya mengecilkan peran blogger yang tidak memasang domain, akan tetapi saat kita memiliki mama domain dengan nama kita sendiri, rasanya semangat ngeblog menjadi bertambah. Saat ada rasa malas, tiba-tiba saja rasa itu hilang karena kita sudah membayar mahal harga sewa domain selama setahun. Bagaimana sih rasanya sudah punya rumah nyaman dan apik tetapi tidak ada keinginan untuk merawat? Kok sayang ya.

Lewat blog ini pula dan blog di Kompasiana, pundi-pundi rezeki melalui lomba blog dan content placement sudah saya dapatkan. Kalau dibilang banyak ya belum, tetapi juga tak sedikit. Pengalaman ikut lomba paling berkesan adalah saat masuk nominee 15 besar sebuah lomba blog. Itulah lomba blog pertama yang saya ikuti. Meski tidak menang, tetapi saya bersyukur bisa masuk nominee bersama beberapa blogger besar yang sudah langganan menang lomba blog. Salah satunya adalah Teh Ani Berta yang juga founder Komunitas ISB yang begitu saya kagumi.

Pencapaian lomba blog paling berkesan. - Dok. C2live


Sejak saat itu, saya mulai aktif ikut lomba blog. Walau tidak semuanya menang, tetapi pengalaman berharga dari sebuah perjuangan untuk menyusun karya blog sebaik-baiknya adalah hal tak ternilai. Jujur, saat mendapatkan pundi rupiah dari kegiatan ngeblog, rasanya sangat menyenangkan. Namun, sebenarnya rasa bahagia setelah menulis adalah kebahagiaan yang sesungguhnya. Apalagi, jika tulisan yang sudah saya unggah mendapatkan banyak atensi dan menjadi rujukan banyak orang.


Alhasil, meski jumlah pembaca blog saya tidak sebesar penonton Youtube dan Tiktok, tetapi saya lebih bangga disebut sebagai blogger. Selain perjalanan saya yang lebih lama dan berproses, rasanya saya lebih bisa mengungkapkan pikiran saya lewat blog dibandingkan Youtube dan Tiktok. Menulis blog memberi saya media yang sangat luas untuk berpikir dan berkreasi. Tidak terbatas durasi dan visualisasi yang kaku. Makanya, ketika saya dikenali sebagai seorang blogger, rasanya sangat bahagia dan haru. Terlebih, saat ada sebuah event yang mempertemukan banyak rekan media dan blogger. Di situlah saya merasa penuh dan bangga sebagai seorang blogger.

Kini, dalam perjalanan ngeblog saya yang sudah cukup lama, saya hanya ingin menikmati setiap proses menulis saya. Tidak berkeinginan untuk meraih banyak pencapaian selain tulisan saya bisa menjadi jalan terang bagi banyak orang. Saya hanya berprinsip bahwa lewat tulisan, nama kita akan harum di kenang dan tak lekang oleh zaman.

Post a Comment

Next Post Previous Post