Polisi Gendut, Bagaimana Aturan Hidup Sehat Diterapkan?

Ilustrasi Polisi Gendut - Detik.com

 

Beberapa waktu yang lalu, saya melihat dua orang polisi berboncengan di sebuah perempatan jalan.

Mereka naik motor dinas sambil menyalakan sirine. Nah, yang menjadi perhatian saya adalah dua orang polisi tersebut berukuran super size. Alias, gendut. Saya tidak bermaksud body shaming tetapi saat saya melihat mereka rasanya sangat mengganjal.

Motor patrol dinas yang mereka gunakan seakan sesak ditumpangi oleh mereka. Apalagi, saat lampu hijau menyala, saya melihat polisi yang membonceng temannya cukup susah payah untuk mengendarai motor tersebut. Rekan saya yang semobil dengan saya sampai tertawa ngakak melihat adegan tersebut. Ia berakata, kok bisa ya polisi bisa segendut itu?

Lagi-lagi, saya tak mau body shaming tetapi jika tidak dikeluarkan rasanya mengganjal. Beberapa waktu kemudian, saya berada di sebuah warkop untuk makan siang. Tiba-tiba, ada 4 orang polisi datang. Satu diantaranya berperawakan normal dan tiga lainnya berukuran super size. Mereka pun memesan makanan untuk dimakan.

Awalnya, saya tak terlalu antusias melihat mereka. Namun, saat salah seorang yang bertubuh gemuk membawa dua piring nasi, saya akhirnya ikut ternganga. Ya, dia makan dengan dua piring nasi penuh. Satu piring berisi nasi campur dan satunya nasi soto. Saya kira awalnya ia membawakan makanan untuk temannya. Namun, ternyata dugaan saya salah. Ia memakan semua makanan tersebut untuk dirinya sendiri.

Saking tercengangnya, saya sampai enggan untuk menghabiskan makanan di depan saya. Padahal, saya sudah pesan makanan dengan porsi nasi separuh. Saya pun melihat ia makan dan tak lama makanan di depannya habis. Sungguh, saya tak bisa berkata-kata.

Beberapa kejadian yang saya lihat saat bertemu polisi gendut membuat yakin fenomena ini sebenarnya sudah terjadi di mana-mana. Saat anggota polisi semakin banyak yang mengalami obesitas meski masih dalam keadaan aktif.

Berbagai pertanyaan pun muncul. Bagaimana bisa mereka menangkap penjahat jika bertubuh gendut seperti itu? Yah meski saya tahu polisi yang bertuga menangkap penjahat bisa saja dipilih dari anggota yang berperawakan tegap dan kekar alias proporsional. Namun, bagaimana jika terjadi kondisi kegawatdaruratan semisal kejahatan di jalan, kecelakaan, atau hal lain. Bagaimana bisa mereka berlari dan melaksanakan tugas?

Saya sendiri sempat merasakan tubuh yang gendut selama beberapa waktu. Rasanya memang tidak enak. Untuk berlari saja sudah engap. Apalagi untuk berjalan cepat. Rasanya tubuh ini minta istirahat terus. Sampai pada akhirnya saya punya pemikiran bahwa saya harus menjaga pola makan dan pola hidup agar tubuh tidak semakin melar.

Salah satunya adalah rajin jalan kaki, senam perut, dan mengurangi asupan gula. Bagian terakhir ini sebenarnya adalah kunci karena setelah saya berkonsultasi dengan ahli gizi ternyata memang asupan gula berlebih adalah sumber dari kegendutan. Makanya, sekarang saya mengganti asupan gula dengan buah-buahan yang membuat perut tidak cepat lapar.

Selama program diet beberapa waktu, saya mendapatkan tubuh saya lebih enak dan bugar. Tidak cepat lapar dan mengantuk. Hasilnya, saya bisa ngonten naik transportasi umum dan lebih produktif dibandingkan saat saya masih cukup gendut. Bayangkan, saya pernah memiliki bobot 80an kilogram. Kini, bobot saya sudah berada di kisaran 70an dan berusaha kembali ke 60an.

Kembali ke masalah polisi gendut tadi, saya juga heran mengapa tidak ada SOP dalam kepolisian mengenai polisi gendut. Mereka baru menjalankan proses diet kepada anggota ketika para anggota sudah oversize. Tidak adakah kegiatan secara berkala untuk menjaga pola hidup para anggota polisi? Mengapa mereka dibiarkan loss untuk hidup tidak sehat?

Memang masalah kegendutan seseorang adalah urusan pribadi. Akan tetapi, jika melihat status mereka sebagai anggota kepolisian, kok rasanya tidak pas. Mereka digaji untuk bisa bekerja secara prima mengamankan ketertiban dan masyarakat. Jika gendut, bagaimana bisa mereka bekerja secara maksimal?

Kondisi berbeda saya lihat dengan anggota TNI. Walau ada yang gendut, tetapi saya jarang atau bahkan tidak pernah meluhat anggota TNI yang gendut atau oversize. Bahkan, banyak anggota TNI masih terlihat bugar dan kekar hingga pension. Bapak Andhika Perkasa – mantan Panglima TNI – yang kini maju sebagai cagub Jawa Tengah adalah contohnya. Beliau adalah role model para anggota TNI dalam menjaga tubuhnya tetap prima hingga masa pensiun.

Bisa jadi, kedisiplinan di dalam TNI berbeda dengan kepolisian. Saat saya mengikuti kemah siswa saya di lingkup area TNI, saya melihat para anggota TNI yang berolahraga tiap pagi di depan rumahnya. Beberapa rumah dinas bahkan dilengkapi dengan alat olahraga yang digunakan untuk menjaga kebugaran.

Tidak hanya itu, ada saja kegiatan fisik yang dilakukan seperti kerja bakti. Selama menginap di lingkungan tersebut, saya selalu melihat anggota TNI membersihkan rumput, menata bunga, atau mengangkat beberapa barang untuk dipindahkan.

Beberapa waktu lalu, ada sekelompok anggota TNI yang melakukan kerja bakti di dekat tempat kerja saya. Mereka membangun dan membersihkan parit. Beberapa waktu sebelumnya mereka juga membangun pagar dan beberapa bagian di markas mereka yang tak jauh dari tempat kerja saya. Pokoknya ada saja kegiatan kerja bakti yang dilakukan oleh para anggota TNI. Dengan begitu, mereka juga bisa berolahraga sekaligus menjaga tubuh tetap fit.

Saya juga baru tahu bahwa ada aturan tidak dapatnya anggota TNI naik pangkat jika mengalami obesitas. Aturan ini menurut saya cukup fair karena ketika mereka sudah menjadi anggota TNI, maka harus siap denhan risikonya, termasuk menjaga pola hidup sehat. Entah apakah aturan ini ada di kepolisian atau tidak.

Semoga saja aturan tersebut ada dan menjadi cambuk bagi anggota polisi agar tidak seenaknya sendiri melakukan pola hidup tidak sehat. Sebagai pembanding kembali, saya melihat satpam BCA juga bisa tampil prima padahal mereka bukan abdi negara. Kalau polisi semakin banyak yang gendut, bagaimana keamanan masyarakat bisa terjamin?

 

Post a Comment

Next Post Previous Post