Drama AC Suroboyo Bus Rusak

Kondisi Suroboyo Bus yang penuh dan AC bus rusak.


Beberapa waktu terakhir ini, banyak penumpang Suroboyo Bus yang mengeluh.


Pasalnya, pendingin udara alias AC di dalam bus banyak yang mengalami kerusakan. Terutama, bus yang menggunakan armada Mercedes-Benz O500U 1726 LE dengan bodi CityLine 2 Low Entry. Bus-bus dengan tipe ini merupakan bus keluaran awal atau generasi pertama sejak peluncurannya pada 2018.

Selama 6 tahun bus tersebut beroperasi dan belum pernah diganti. Memang, Suroboyo Bus pernah melakukan peremajaan dengan adanya armada Scania K250UB dengan bodi CityLine 3 Low Entry. Namun, jumlahnya tidak sebanyak armada bus sebelumnya. Alhasil, bus generasi pertama masih berjalan dan menjadi tulang punggung operasional.

Saat berjalan, AC di dalam Suroboyo Bus pun tak berfungsi. Udara yang keluar hanya blower dan sama sekali tidak dingin. Mengingat cuaca di Kota Surabaya yang luar biasa panasnya, tentu membuat banyak penumpang merasa gerah. Mereka bahkan ada yang membawa kipas angin portable agar tidak merasa kegerahan.

Puncak kondisi panas terjadi saat pintu bus ditutup, banyak penumpang yang naik hingga tempat berdiri penuh, serta melewati kawasan tepi pantai seperti Tanjung Perak. Kondisi diperparah saat jalanan macet penuh dengan transformer alias truk muatan peti kemas. Lengkap sudah penderitaan penumpang yang ada di dalam Suroboyo Bus.

Seorang rekan kerja yang sempat saya ajak naik Suroboyo Bus malah mengatakan kondisi di dalamnya seperti camp tahanan NAZI. Ia mengakatakan bahwa kondisi itu sama sekali tidak layak untuk SOP Bus Raya Terpadu saat ini. Belum lagi, banyak penumpang yang naik dengan jarak cukup jauh, semisal dari tengah kota menuju Terminal Bungurasih. Mereka harus rela berpanas ria selama sejam lebih agar bisa naik angkutan umum.

Sebagai orang Malang yang sangat menjunjung tinggi kondisi tubuh dalam keadaan dingin, rasanya saya tak kuat jika harus terus naik Suroboyo Bus untuk pulang ke Malang. Biasanya, dari arah Wiyung, saya naik wira-wiri dulu dan turun di Halte Marmoyo kemudian lanjut Suroboyo Bus ke Bungurasih. Jika saya ngonten atau jalan-jalan di akhir pekan, maka saya naik dari tengah kota.

Kini, dengan cuaca Surabaya lebih dari 35 derajat celcius rasannya hal itu mustahil saya lakukan. Apalagi, penumpang dilarang makan dan minum di dalam bus. Menahan panas dan haus dalam ruang sauna membuat mental saya terkuras habis. Maka, saya pun memilih opsi lain yakni dengan naik Trans Semanggi.
Ngadem dulu naik Trans Semanggi K2


Opsi ini bagi saya masih masuk akal dibandingkan naik ojek yang mahal dan juga kepanasan. Memang, saya harus bayar dua kali sebesar 11.200 untuk sampai di Bungurasih. Lebih mahal 6.200 rupiah dibandingkan saat saya naik wira-wiri dan Suroboyo Bus. Namun, opsi ini paling masuk akal dibandingkan naik ojek.

Ngadem lagi di Bus Trans Semanggi K3


Biasanya, saya minta diantar teman ke Halte Unesa atau PTC untuk naik Trans Semanggi K2 dan turun di Halte Kertajaya Indah. Lalu, saya naik Trans Semanggi K3 sampai Bungurasih. Yah memang saya harus mengitari Suarabaya Barat hingga Surabaya Timur sebelum sampai terminal. Namun, saya bisa mendapatkan kesejukan karena AC bus Trans Semanggi masih bagus dan dingin.

Apakah masalah selesai?

Oh tentu tidak. Bus Trans Semanggi K3 yang berjalan dari Bungurasih ke Kenpark via MERR hanya sedikit yang beroperasi. Paling pol 4 buah bus yang jalan. Sisanya berhenti di terminal. Pernah suatu ketika hanya ada 2 bus yang jalan. Dengan rute sejauh itu, praktis waktu tunggu menjadi lebih lama.

Bus Trans Semanggi K3 yang beroperasi (warna ungu) hanya 2 buah

 
Sempat saat saya sudah sampai di Kertajaya indah, bus masih berada di Galaxy Mall menuju Kenjeran. Saya harus menunggu bus itu ke Kenjeran dulu sebelum melewati Unair C dan Galaxy Mall lagi. Bisa dibayangkan berapa lama waktu tunggunya?

Otomatis, saya jalan kaki ke Galaxy Mall untuk ngadem dan beli minuman. Lumayan ada waktu setegah jam lebih daripada menunggu bus di Kertajaya Indah. Yah meski harus jalan kaki menembus panas, tetapi saya bersyukut bisa ngadem dulu. Paling tidak, saya bisa menyelamatkan kepala saya dari serangan panas. Barulah, saat bus mendekati Galaxy Mall, saya bersiap untuk menuju halte.

Jalan kaki dulu ke mall


Masalah belum selesai karena bus Trans Semanggi K3 ini sering sekali mengalami masalah mesin dan mogok. Saat saya naik, beberapa kali bus hampir mogok sampai-sampai sopirnya harus mengutak-atik mesin. Kalau sudah beginiu, saya hanya bisa pasrah dan berdoa semoga bus tidak mogok sehingga saya dan penumpang lain menunggu bus belakangnya yang juga akan sangat lama. Untung saja, selama saya naik belum sampai kejadian mogok meski selalu hampir.

Ngadem dulu di mall

Pengalaman naik transportasi umum di Surabaya yang saya alami hampir tiap akhir pekan ini memang menjengkelkan. Rasanya taka da opsi yang bisa dipilih untuk bisa pulang kembali ke kota asal. Beberapa waktu lalu, saya bersama seorang ibu dengan dua anaknya yang masih kecil naik Suroboyo Bus. Anaknya terus rewel karena memang kondisi panas. Sang sopir sempat membyka pintu bus agar kondisi bus tidak panas.

Meski berbahaya, opsi jadi opsi utama karena saat itu memang suasana panasnya luar biasa. Mungkin ibu itu ingin sekali naik ojek mobil, tetapi mungkin tak punya biaya. Makanya, ia naik Suroboyo Bus. Sayang, saat menjadi penumpang, ia tak mendapatkan fasilitas yang memuaskan.

1 Comments

  1. Gak kebayang lagi sumpek gitu..tau tau ada yang menyebarkan aroma terapi yang gak di harapkan hehe...

    ReplyDelete
Next Post Previous Post