Wira-wiri Suroboyo Masuk Kali, Perlunya SOP Armada Dikaji Ulang Lagi

Sebuah mobil Feeder Wira-wiri masuk sungai di sekitar kawasan Kampus UPN Veteran, Gunung Anyar, Surabaya. - Dok. Istimewa

Kamis (19/7/2024) kemarin menjadi hari apes bagi penumpang Feeder Wira-wiri Suroboyo FD 03.


Dua orang penumpang armada pengumpang Surabaya dengan nomor lambung WW29 tersebut tak akan menyangka pagi harinya berakhir di dalam sungai. Pasalnya, mobil FD 03 rute Terminal Joyoboyo – Gunung Anyar yang mereka tumpangi masuk ke dalam sebuah sungai di kawasan kampus UPN Veteran Jawa Timur, Gunung Anyar.

Mobil Grand Max yang melaju tersebut masuk ke dalam sungai cukup dalam karena sang sopir diduga mengantuk. Tak hanya itu, menurut penuturan sopir, ia kaget setelah ada seorang pemotor yang memotong laju mobil yang dikendarainya. Apes, setelah banting stir, mobil pun masuk ke dalam sungai. Dua orang penumpang beserta satu orang helper atau kondektur pun ikut masuk sungai. Untung saja, tak ada korban jiwa. Hanya seorang penumpang yang mengalami luka ringan dan sudah mendapatkan perawatan.

Kejadian tersebut tentu menghebohkan warga Surabaya Raya, terutama para pengguna Wira-wiri. Pasalnya, meski angkutan ini digadang-gadang menjadi pengganti angkot/lyn/bemo dengan berbagai standar operasional, nyatanya petaka akibat kelalaian sopir tetaplah ada.

Kelalaian Sopir Penyebabnya  


Penuturan sang sopir yang mengantuk saat mengemudikan mobil menbuat banyak warga menanyakan bagaimana standar keamanan angkutan ini. Mengapa tidak ada pengecekan dulu bagi sopir yang akan akan mengemudikan angkutan. Walau rutenya di dalam kota, tetapi faktor keamanan dan keselamatan sangat perlu diperhatikan.

Tidak hanya itu, dari kejadian ini, banyak warga yang mengeluh akan kebiasaan sopir yang ugal-ugalan saat mengemudikan wira-wiri. Mereka sering melihat mobil tersebut dipacu dalam kecepatan yang sangat kencang. Saya pun mengamini keluhan warga ini karena cukup sering menggunakan angkutan ini walau dengan rute yang berbeda. Rute yang sering saya gunakan adalah rute FD 06 yakni rute dari Terminal Joyoboyo menuju Wiyung, Unesa, PTC, dan Lakarsantri.

Wira-wiri FD 06 yang membawa saya menuju kontrakan di daerah Wiyung sedang terjebak macet parah.


Pada beberapa kondisi, semisal setelah armada terjebak macet di sebuah perempatan jalan, maka sopir akan langsung memacu kencang kendaraannya. Tak peduli bagaimana kondisi jalan, kadang peringatan bahaya yang dipasang di dalam mobil terdengar cukup kencang. Tak hanya itu, saat melewati area perumahan dengan banyak polisi tidur, mobil juga masih dipacu kencang. Alhasil, penumpang di dalam wira-wiri pun terhuyung.

Laporan mengenai ugal-ugalnya sopir wira-wiri juga dikeluhkan oleh pengguna jalan lain. Banyak komentar menyatakan bahwa mereka beberapa kali hampir terserempet mobil wira-wiri yang tengah berjalan. Terlebih, jika mobil tersebut sedang melaju di jalan besar. Berbagai komplain tersebut bermuara kepada pertanyaan bagaimana wira-wiri dioperasikan.

Jumlah Armada yang Kurang


Keberadaan wira-wiri memang dibutuhkan warga Surabaya. Sejak diluncurkan tahun lalu, angkutan ini segera menarik perhatian masyarakat Surabaya. Mereka berbondong-bondong menggunakan wira-wiri karena murah dan tarifnya terintegrasi dengan Suroboyo Bus. Beberapa rute selalu penuh, termasuk rute FD 03 ini yang menghubungkan pusat Kota Surabaya dengan wilayah Surabaya Timur dan daerah di serkitar jalur lingkar timur (MERR).

Jumlah penumpang yang banyak ternyata tak diimbangi dengan jumlah armada yang cukup. Kurangnya armada ini, selain membuat beberapa penumpang tak bisa terangkut, juga membuat sopir wira-wiri dikejar waktu. Mereka harus bisa mencapai titik tujuan dalam waktu tertentu.

Pada sebuah kesempatan, saya pernah bertanya kepada helper atau kondektur wira-wiri, bagaimana mereka bekerja. Ternyata, mereka dibagi menjadi 2 shift, yakni shift pagi-siang dan shif siang-malam. Dalam satu shift, mereka harus bisa menempuh sekian putaran rute. Dalam satu kali putaran, ada rentang waktu sampai di titik akhir.

Semisal, rentang yang diperbolehkan adalah antara 1 jam 15 menit hingga 1 jam 30 menit. Artinya, mobil tidak boleh sampai sebelum 1 jam 15 menit atau melebihi 1 jam 30 menit. Setelah mencapai titik akhir, maka sopir dan helper akan mendapatkan waktu istirahat hingga berjalan kembali.

Sopir dan kondektur wira-wiri sedang bersitirahat di Terminal Joyoboyo


Apesnya, dengan kondisi kemacetan Kota Surabaya yang luar biasa mengerikannya, seringkali waktu untuk sampai ke titik akhir sangat mepet. Jika begini, tentu waktu istirahat sopir dan helper juga akan berkurang dan berdampak pada kondisi perjalanan berkutnya. Saya pernah mendengar sopir dan helper yang mengeluh waktu istirahat mereka akan sangat singkat karena kondisi jalan sangat macet. Kalau tak salah, saat itu sedang ada event yang berlangsung.

Tentu, kebiasaan untuk memacu mobil dengan kecepatan penuh untuk mendapatkan jam istirahat ini tidak baik. Selain merugikan sopir dan helper, tentunya penumpang juga akan merasa perjalanan mereka kurang nyaman. Apalagi, banyak penumpang penumpang wira-wiri adalah lansia yang sangat membutuhkan kenyamanan.

Perlunya Peningkatan SOP  


Meski demikian, kondisi tersebut kembali pada jumlah armada yang terbatas. Saat mengecek di aplikasi Mitra Darat, ada 10 armada yang beroperasi tiap rutenya dengan masing-masing 5 armada yang berkebalikan arah. Tentu, dengan rute sejauh itu, jumlah armada sangat kurang.

Tak hanya itu, rute wira-wiri FD 03 yang masuk kali juga merupakan re-routing penggabungan dengan FD 04. Dulu, saat awal pengoperasiannya, rute FD 03 hanya sampai daerah Pandugo yang berada di sekitaran MERR. Sementara, dari arah Pandugo ke Gunung Anyar dilayani oleh FD 04. Kedua rute tersebut pun digabung menjadi FD 03 dari arah Terminal Joyoboyo menuju ke Gunung Anyar. Bahkan, jika hari Sabtu dan Minggu, angkutan ini sampai ke arah wisata Mangrove Gunung Anyar di tepi pantai. Jauhnya jarak tempuh ini juga bisa dijadikan evaluasi kembali.

Penggabungan rute FD 03 dan FD 04 menjadi FD 03 - Dokumen Wikipedia



Namun, semua kembali kepada bagaimana SOP dijalankan. Terlebih, sopir wira-wiri kebanyakan adalah bekas sopir mikrolet/lyn/bemo yang dulunya terbiasa mengendarai mobil secara ugal-ugalan. Mungkin pihak Dishub Surabaya sudah memberi pelatihan dan sejenisnya. Akan tetapi, pengecekan terhadap sopir dan helper ini juga tak kalah penting. Pengecekan kesehatan fisik dan mental amat perlu karena pelayanan mereka menyangkut keselamatan penumpang. Semoga saja tidak ada lagi kasus kecelakaan mengerikan yang dialami oleh wira-wiri ini.



*) Wira-wiri adalah angkutan pengganti angkot dengan sistem buy the service (BTS). Di Jakarta sistem ini mirip dengan Mikro Trans Jak Lingko. 

Post a Comment

Next Post Previous Post