Mengapa Rute Trans Jogja Dianggap Rumit dan Berputar-Putar?

Trans Jogja koridor 8 sedang berhenti di Halte Pangeran Mangkubumi


Salah satu teman saya sangat anti naik Trans Jogja jika sedang berjalan-jalan ke Jogja. Ia mengaku trauma naik Trans Jogja karena berputar-putar dan melewati jalanan kecil yang macet.

Saat mencoba Trans Jogja, ia mengaku membutuhkan waktu sekitar 1,5 jam dari penginapannya. Padahal, jika ia menggunakan motor atau ojek online, tempat tersebut hanya perlu waktu sekitar setengah jaman atau bahkan mungkin kurang.

Saya menyadari dan memahami keluhan dari rekan saya. Memang, berbeda dengan rute Bus Raya Terpadu (BRT) di kota lain, Trans Jogja sangat istimewa. Saya membandingkan dengan BRT lain yang dalam beberapa hari bisa dipelajari rutenya, maka Trans Jogja tergolong sulit. Bisa jadi, sulitnya memahami rute Trans Jogja karena dua hal. Pertama, kondisi jalanan di Jogja yang banyak satu arahnya dan kedua tidak mengikuti alur jalan utama seperti di kota lain.

Rute yang Tidak Mengikuti Jalan Besar

Saya membandingkannya dengan Batik Solo Trans (BST) yang rutenya kebanyakan melewati jalan utama, semisal Jalan Slamet Riyadi, Jalan Adi Sucipto, dan Jalan Adi Sumarmo. Walau ada beberapa rute yang beririsan, tetapi sebagai pengguna awam, saya masih bisa memahaminya.

Pun demikian dengan Suroboyo Bus dan Trans Semanggi yang sempat menggunakan istilah Utara-Selatan dan Barat-Timur untuk memudahkan pengguna memahami rute. Mereka juga menggunakan istikah rute MERR bagi rute yang melewati sepanjang jalan lingkar timur.

Untuk Trans Jogja, terminologi seperti itu tidak berlaku. Misalkan, rute yang melewati Jalan Malioboro saja ada banyak. Di jalan ikonik ini, ada 9 rute Trans Jogja dan Teman Bus Jogja yang lewat, yakni 1A, 2A, 3A, 6A, 6B, 8, 10, 13, dan 15. Kesembilan rute itu juga menyebar ke berbagai arah.

Rute Trans Jogja di Stasiun Lempuyangan



Alhasil, orang yang baru pertama kali naik semisal wisatawan akan kebingungan jika ingin mencoba naik. Kebanyakan, mereka akan memilih naik rute yang mudah, yakni rute 1A yang menuju ke Terminal Prambanan untuk melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan.

Uniknya, berbeda dengan BRT lain, sistem jalur lintasan pada Trans Jogja ternyata terdapat dua macam. Pertama adalah sistem lintasan loop (memutar) dan kedua menggunakan siste lintasan end to end (ujung ke ujung). Kedua sistem ini akan berpengaruh jika penumpang akan naik bus untuk tujuan berlawanan dari arah permulaan.

Pada sistem loop, lintasan bus akan berputar searah atau berlawanan dengan arah jarum jam. Bus-bus tidak akan kembali ke jalan yang sama dengan arah yang berlawanan. Semisal, saat ia melewati Jalan A, maka bus tersebut akan berjalan dari barat ke timur. Bus tidak akan pernah berjalan dari timur ke barat.

Rute Trans Jogja permulaan sebagian besar menggunakan sistem loop ini. rute-rute tersebut biasanya menggunakan kode A dan kode B untuk membedakan mana yang berjalan searah jarum jam dan mana yang berlawanan arah jarum jam.

Ada 12 rute Trans Jogja yang berjalan dengan sistem loop. Rute-rute tersebut adalah 1A, 1B, 2A, 2B, 3A, 3B, 4A, 4B, 5A, 5B, 6A, dan 6B. Untuk rute 1A dan 2A kini sudah diambil alih oleh Teman Bus Jogja.

Sebagai panduan mudah, jika kita naik bus Trans Jogja/Teman Bus Jogja dengan sistem loop, maka kita tinggal naik bus dengan kode huruf berbeda jika ingin kembali ke tempat asal. Semisal, kita ingin naik bus dari Terminal Ngabean ke daerah Kotagede, maka kita bisa naik rute 3A dan turun di Halte Tegalgendu. Sebaliknya, jika kita ingin kembali ke Terminal Ngabean dari Halte Tegalgendu, maka kita bisa menyeberang jalan dan naik bus rute 3B untuk kembali ke Ngabean.

Jadi, jika kita berangkat menggunakan bus dengan kode A, maka saat kembali pulang kita bisa menggunakan kode B dari halte seberangnya. Apabila berangkat menggunakan kode B, maka jika ingin kembali maka kita bisa naik bus dengan kode A.

Tidak Semua Rute Bertemu

Apesnya, tidak semua rute yang menggunakan sistem loop saling bertemu pada jalan yang sama. Alasannya adalah karena jalanan di Jogja cukup banyak yang searah. Tentu, bus dengan arah sebaliknya tidak bisa melewati jalan searah tersebut.

Contoh mudahnya adalah Jalan Malioboro. Jalan ini merupakan jalan searah. Kendaraan hanya bisa lewat dari utara ke selatan dan tidak bisa berjalan arah sebaliknya. Bus Trans Jogja pun juga hanya bisa berjalan dari utara ke selatan. Padahal, di jalan ikonik ini ada 3 halte Trans Joga dan Teman Bus Jogja.

Di sana, ada beberapa rute yang menggunakan sistem loop, yakni 1A, 2A, 3A, 6A, dan 6B. Alhasil, sistem loop tidak sesederhana dipahami bagi penumpang awam yang menuju Malioboro dan ingin kembali ke tempat semula.

Semisal, ada penumpang yang naik rute 1A dari Seberang Ambarukmo Plaza (Amplaz) menuju Malioboro. Jika ia ingin kembali ke Amplaz dari Malioboro, tentu tidak bisa naik bus rute 1B karena bus rute ini tidak melewati Malioboro.

Kalau mau, ia harus berjalan jauh ke Taman Pintar. Maka, ia bisa naik kembali bus rute 1A dan turun di Bandara Adisucipto. Kemudian, ia bisa naik bus rute 1A kembali dari arah Prambanan yang menuju Malioboro dan turun di Amplaz.

Teman Bus Jogja 12 sedang menuju Terminal Pakem. Rute ini adalah rute paling utara dengan sistem end to end


Sistem ini cukup menyulitkan bagi penumpang awam kenapa harus turun dulu di Bandara. Alasannya adalah bus 1A yang ia tumpangi dari Malioboro akan bablas ke Prambanan setelah dari Bandara. Jika ia tetap naik, maka akan memakan waktu lama. Untuk itulah, penumpang tersebut harus transit dulu di Bandara.

Sementara itu, rute bus yang menggunakan sistem end to end adalah rute bus yang tidak memiliki kode A dan B. Ada 9 rute bus yang menggunakan sistem ini, yakni rute 7 sampai 15. Maka, jika kita ingin kembali ke titik awal dari tempat tujuan, maka kita tinggal menyeberang jalan menggunakan rute yang sama. Semisal, jika kita naik rute 15 dari Malioboro ke arah Pasar Bantul, maka kita tinggal menyeberang jalan dan naik bus rute 15 kembali ke Malioboro.

Bertanya adalah Kunci


Walau kelihatannya sederhana, tetapi tidak semua perjalanan tinggal membalik rute. Ada kalanya kita sebagai penumpang harus transit ke rute bus lain. Makanya, sering bertanya pada petugas halte atau kondektur bus sangat dianjurkan saat naik Trans Jogja.

Seorang penumpang bertanya pada sopir di Halte Bandara Adisucipto


Sebenarnya, penumpang bisa menggunakan aplikasi Trans Jogja atau Mitra Darat untuk mengetahui beberapa opsi perjalanan Trans Jogja dengan rute terpendek. Pada beberapa halte, kini sudah terpasang wayfinding atau info arah dan rute bus dengan cukup jelas.

Berbagai kemudahan tersebut nyatanya tidak membuat orang terutama wisatawan mau menggunakan Trans Jogja. Alasan utamanya tentu kembali pada rute yang berputar-putar. Pihak Trans Jogja pun beberapa kali mengubah rute untuk efisiensi dan melakukan pertukaran rute dengan Teman Bus pada rute yang banyak ditumpangi.

Post a Comment

Next Post Previous Post