Kunjungan Paus Fransiskus dan Isu Progresif Beragama

Paus Fransiskus memberikan berkat pada seorang ibu yang sedang hamil tua menjelang kelahiran puteranya di Jakarta. Sumber: Detik.com

Paus Fransiskus, pemimpin umat Katolik sedunia baru saja selesai melakukan rangkaian kunjungan di Indonesia.


Tidak hanya ditunggu oleh umat Katolik saja, kedatangan Sri Paus yang juga melakukan lawatan ke negara Asia dan Oseania pun ditunggu oleh banyak umat non-Katolik. Termasuk, saya sendiri sebagai muslim Indonesia.

Sejak dilatik menjadi Paus pada 2013 menggantikan Paus Benediktus XIV, saya kerap mengikuti sosok dari Paus Fransiskus ini. Mulai dari vokalnya beliau pada isu kemanusiaan, gaya hidup yang sangat sederhana, hingga berbagai hal tak biasa yang dilakukan oleh Paus asal Argentina tersebut.

Tidak hanya itu, saya memiliki kedekatan dengan Paus Fransiskus karena sama-sama pernah kuliah jurusan Kimia sebelum beliau memilih jalan untuk melayani Tuhan dan umat. Makanya, sebagai sama-sama orang yang pernah kuliah di jurusan kimia, Paus Fransiskus adalah representasi bagi eks mahasiswa kimia bisa berbuat banyak bagi orang lain.

Kedatangan Paus yang Dinanti

Kedatangan Paus ke Indonesia tentunya ditunggu oleh umat Katolik. Rekan kerja saya yang beragama Katolik rela mengajukan cuti saat kunjungan beliau. Ia rela jauh-jauh berangkat ke Jakarta untuk bisa bertemu secara langsung dalam misa akbar yang digelar di Stadion GBK.

Seminggu sebelum ia berangkat, rasanya tempat kerja sudah heboh dengan berbagai bayangan jika ia bisa bertemu Paus. Saya sangat mengerti perasaannya karena memang Paus Fransiskus sangat dihormati oleh orang Katolik. Hormat yang mereka berikan bukan sekadar hormat karena beliau adalah pemimpin umat. Melainkan, hormat sebagai manusia yang memiliki perilaku luar biasa yang bisa jadi tidak dimiliki oleh kebanyakan umat lainnya.

Salah satu yang membuat saya salut adalah beliau tidak keberatan jika ada orang yang ingin bersalaman atau meminta berkat. Beberapa waktu lalu, ada seorang ibu yang menggendong anaknya menunggu Paus Fransiskus di jalan. Tiba-tiba, saat rombongan Paus Fransiskus melintas, mobil berhenti dan beliau memberi berkat pada keduanya.

Paus juga memberikan semacam rosario kepada ibu itu. Sontak, sang ibu menangis haru dan bisa ditenangkan oleh seorang satpam wanita muslim. Satu hal lagi yang membuat saya salut adalah sang satpam juga bisa merasakan kegembiraan dari sang ibu tersebut.

Dari kejadian ini, saya semakin salut dengan Paus Fransiskus karena beliau tidak berjarak dengan umat. Biasanya, ada anggapan bahwa pemimpin agama berjarak dengan umat karena perbedaan kedudukan, ilmu, dan lain sebagainya. Namun, Paus Fransiskus seakan mematahkan stigma tersebut. Beberapa kali bahkan beliau juga melakukan ritual mencuci kaki para pengungsi, narapidana, dan orang-orang yang kurang beruntung dalam hidupnya. Saat melihat video tersebut, saya tidak bisa berkata-kata.

Isu Progresif dalam Khutbah

Meski demikian, dalam kapasitas saya sebagai seorang muslim, saya memaknai Paus Fransiskus sebagai pemuka agama yang berani mengangkat isu-isu progresif. Isu-isu seperti kemanusiaan, LGBT, korupsi, dan lain sebagainya juga kerap disuarakan Paus Fransiskus dalam setiap khutbahnya. Diantara isu tersebut, saya paling senang ketika Paus menyuarakan mengenai isu konsumerisme.

Dalam potongan video Misa Agung di GBK kemarin, Paus Fransiskus sangat mengecam tindakan konsumerisme. Tindakan berlebihan dalam menggunakan barang dan jasa tersebut dapat menyebabkan pohon ditebang dan eksploitasi berlebihan. Konsumerisme juga tidak sesuai dengan iman Katolik karena menempatkan kebendaan sebagai jalan untuk mendapatkan status.

Tak hanya itu, dalam potongan khutbah di Gereja Katedral Jakarta, Paus Fransiskus juga menceritakan mengenai orang kaya yang licik untuk menggapai kekayaan. Tak jarang, mereka mengeruk kekayaan tanpa memperdulikan orang lain. Orang semacam ini akan meninggal dalam bahan candaan orang-orang dan disebut orang kaya dan Malang. Persis seperti yang tergambar dalam sinetron Hidayah.


Paus Fransiskus dan Kondisi Bangsa

Dalam kaitannya dengan kehidupan bernegara, Paus Fransiskus juga mengatakan bahwa ketegangan dan kekerasan di dalam negara timbul karena mereka yang berkuasa ingin menyeragamkan sesuatu dengan memaksakan visi mereka. Untuk kutipan satu ini saya sangat setuju karena kita sudah melihat sendiri elit bangsa berlomba menyeragamkan pandangan mereka untuk memberangus demokrasi. Sebagai muslim pula, saya juga sangat setuju karena beberapa daerah di Indonesia masih memiliki kasus persekusi terhadap umat minoritas yang kerap didukung oleh pemerintah setempat.

Dokumen Istimewa


Kedatangan Paus Fransiskus seakan menjadi oase bagi carut-marutnya negeri ini yang baru dihantam isu KKN para petinggi negara. Khutbah beliau yang kerap menggaungkan isu progresif kekinian juga menjadi tamparan keras bahwa agama sebenarnya tidak hanya sebagai simbol dan ritual semata.

Dulu, saya sempat mempertanyakan mengapa ritual ibadah umat Katolik sangat panjang dan melelahkan. Namun, setelah saya mengikuti perjalanan Bapak Paus, saya melihat panjangnya ritual tersebut juga berkorelasi dengan semangat menjaga alam, manusia, dan sekitar. Berbagai doa yang mereka panjatkan juga mereka aplikasikan dalam kegiatan sehari-hari. Makanya, tak heran pengajaran di sekolah Katolik sangat disipilin akan hal ini.

Saya tidak tahu apakah Bapak Paus akan berkunjung ke Indonesia lagi. Meski hal itu sangat mustahil, tetapi paling tidak kunjungan beliau saat ini adalah kunjungan bersejarah yang amat sangat dinanti.

2 Comments

  1. Sama mas, aku pun mengikuti berita ttg Paus Fransiskus. Dan sampe merinding pas liat beberapa video yg mana beliau sangat ramah kepada Orang2 yg menunggu kedatangannya. Belum lagi kesederhanaan, visi misi, bikin terharu dan berharap pemimpin Indonesia mbok ya bisa seperti itu 😔.

    ReplyDelete
Next Post Previous Post