Beberapa waktu yang lalu, enam orang meninggal dunia dan belasan orang luka-luka akibat kecelakan yang menimpa sebuah rombongan di Tol Solo-Ngawi.
Kecelakaan tersebut melibatkan sebuah minibus yang ditumpangi oleh rombongan tersebut dengan sebuah truk tronton. Sedianya, mereka akan berwisata ke Yogyakarta dari arah Surabaya. Selain cukup banyak korban, kecelakaan tersebut membuat mobil minibus ringsek tak berbentuk sehingga benturan yang terjadi dimungkinkan sangat keras.
Kecelakaan rombongan yang melibatkan minibus beberapa waktu terakhir cukup banyak terjadi. Tak lama berselang, ada rombongan yang menaiki minibus terlibat kecelakaan di Tol Kebomas Gresik. Kecelakaan tersebut mengakibatkan dua orang meninggal dunia.
Salah satu dugaan penyebab kecelakaan tersebut adalah sopir yang mengantuk. Meski pemeriksaan masih dilakukan, tetapi kondisi sopir yang mengantuk menjadi salah satu penyebab utama dari kecelakaan yang terjadi. Terlebih, jika diurai mengenai proses penyewaan mobil minibus dan sopirnya, biasanya tidak ada sopir pengganti dari armada yang digunakan. Kondisi ini berbeda pada bus yang biasanya ada sopir pengganti dalam setiap perjalanan.
Bulan lalu, keluarga besar saya di Malang juga sempat menyewa minibus untuk mengantarkan sepupu yang akan menikah di Sukoharjo. Mulanya, perjalanan hanya disiapkan untuk ke Sukoharjo dan Kota Solo sebelum kembali ke Malang. Dengan kondisi seperti itu, satu sopir dianggap cukup untuk melakukan perjalanan jauh tersebut.
Namun, beberapa hari sebelum keberangkatan, ada anggota keluarga yang tiba-tiba ingin menambah rute perjalanan ke Magelang dan Yogyakarta. Tentu, sang sopir ingin uang tambahan dan para tetua di keluarga sepakat untuk menambah biaya.
Meski sebenarnya masalah biaya sudah teratasi, tetapi dalam hati kecil saya ada yang tidak pas. Saya memperkirakan jarak tempuh ke Magelang yang cukup jauh dan kemacetan di Yogyakarta yang sangat padat harus bisa ditempuh dalam waktu singkat. Kebetulan, kami berangkat pada hari Kamis pagi dan direncanakan sudah kembali ke Malang hari Sabtu pagi. Kami menginap semalam di Kota Solo.
Benar saja, ketika pulang ke Malang melewati tol Solo-Ngawi, saya merasakan mobil mulai oleng saat menuju pintu tol Ngawi. Saya yang berada di sebelah sopir melihat sopir sedang mengunyah kuaci dengan mata yang hampir terpejam. Ia mengatakan bahwa ia harus tidur beberapa saat agar bisa menyetir dengan nyaman.
Hanya saya berdua dengan sopir yang terjaga. Hati saya mulai tak karuan ketika mobil berjalan tidak seenak sebelumnya. Saya mencoba mengobrol dengan sopir agar tidak mengantuk tetapi sudah mulai kehabisan bahan bicara.
Untunglah, tak lama kemudian mobil yang saya tumpangi sampai di rest area dan saya langsung mempersilakan sopir untuk tidur di tempat yang ia rasa nyaman. Walau ada keluhan dari anggota keluarga lainnya mengapa berhenti lagi, saya tak peduli. Keselamatan menjadi prioritas daripada ada kejadian yang tak diinginkan.
Nah, dari kejadian yang saya alami dan beberapa kejadian kecelakaan yang melibatkan minibus, ada beberapa poin penting seputar penyewaan mobil seperti ini untuk jarak jauh.
Pertama, perlunya sopir pengganti dalam perjalanan.
Bagaimana pun, setiap perjalanan jauh butuh sopir yang prima. Makanya, adanya sopir pengganti sangat penting agar ada pergantian shift saat menyetir.
Sayangnya, jika kita menyewa minibus, biasanya hanya ada satu sopir karena ukuran kendaraan tidak sebesar bus. Entah dari ongkos sewa yang hanya cukup untuk 1 sopir saja atau bagaimana, yang jelas jika menyewa minibus, biasanya kita hanya mendapatkan satu sopir untuk perjalanan jauh.
Mobil ini juga tidak bisa dikendarai oleh anggota keluarga yang hanya memiliki SIM A. Sementara, pengendara minibus harus memiliki SIM B1. Walau agak sulit, tetapi meminta dua orang sopir saat menyewa minibus untuk bergantian menyetir adalah cara yang bisa dilakukan.
Kedua, perlunya tempat istirahat yang nyaman bagi sopir.
Sebenarnya, saat menginap di Solo, kami menyewa sebuah rumah yang cukup besar. Ada beberapa kamar yang bisa digunakan. Saat saya menawarkan untuk tidur di kamar, ia malah menolak. Ia tidur di ruang tengah bersama sepupu yang tentunya tidak bisa tidur nyenyak.
Untuk itulah, sebisa mungkin jika ada kegiatan menginap, sopir bisa diberikan tempat yang nyaman sama dengan kita. Biasanya, banyak rombongan yang tidak memberikan tempat tidur nyaman bagi sopir sehingga mereka harus mencari masjid, SPBU, atau tempat lain untuk tidur. Dengan perjalanan sejauh itu, tentu istirahat di tempat tersebut tak akan membuat tubuh sang sopir kembali bugar.
Ketiga, hindari mengajak sopir untuk kegiatan.
Saat kita rekreasi atau ada acara keluarga, maka sebaiknya menghindari sopir untuk turut serta. Biarkan mereka istirahat sejenak entah di mobil atau tempat lain. Istirahat selama beberapa saat ketika kita beraktivitas sudah cukup untuk membuat tubuh mereka bugar kembali.
Jika ada makanan atau minuman yang disediakan, maka hendaknya kita mengantarkan kepada mereka agar mereka tak perlu ke tempat kita beraktivitas. Intinya, biarkan mereka istirahat saat tidak menyetir.
Keempat, bicarakan perihal jadwal dan rute perjalanan dengan matang.
Pastikan mereka sanggup untuk menyetir dengan prima dengan jarak sejauh yang kita tuju. Jika mereka merasa harus ada jeda istirahat, maka bisa dibicarakan kapan dan di mana kami bisa istirahat.
Pembicaraan ini sangat penting karena pengalaman perjalanan saya kemarin, kami baru memutuskan di mana harus istirahat selain di penginapan saat berada di jalan. Alhasil, kami tidak bisa memperkirakan kondisi sopir sehingga ia mengantuk di jalan tol. Makanya, meski kegiatan hanya perjalanan keluarga, membuat itenerary perjalanan sangatlah penting.
Kelima, usahakan ada anggota keluarga yang berjaga terutama ketika perjalanan malam hari.
Harus diakui, rasa kantuk yang timbul pada sopir terjadi karena mereka sendirian saat menyetir. Artinya, tidak ada orang lain yang bisa diajak berbicara. Untuk itulah, adanya anggota keluarga yang bisa menemani sopir sangat penting. Tidak harus satu orang, tetapi bisa bergantian.
Walau namanya apes tidak ada dalam kalender, tetapi paling tidak menjaga sopir minibus agar tetap bisa bugar sangat penting. Terutama, jika kita melakukan perjalanan jauh lebih dari 200 km.
Satu hal yang tak kalah penting adalah memastikan kondisi mininbus yang akan digunakan prima dan layak jalan. Jangan sampai kegiatan yang mulanya bertujuan untuk bersenang-senang malah berakhir petaka. Dan tentunya, berdoa sebelum dan saat perjalanan jangan sampai lupa.
Tags
Catatanku