Ilustrasi. |
Momen mendekati stasiun pemberhentian adalah momen yang ditunggu oleh pengguna jasa layanan kereta api.
Terlebih, jika mereka sudah melakukan perjalanan jauh, semisal lebih dari 12 jam. Belum lagi, jika perjalanan dilakukan dengan naik kereta api kelas ekonomi yang saling adu dengkul. Keinginan untuk segera turun dari kereta api begitu tinggi. Belum lagi, jika ada keluarga, teman, atau sanak saudara yang sudah menjemput di stasiun dan menanyakan sampai di mana posisi mereka.Alhasil, ketika suara pengumuman dari dalam kereta bersuara bahwa kereta akan tiba di stasiun tujuan, para penumpang pun segera berduyun-duyun menuju pintu kereta. Padahal, suara pengumuman tersebut juga mencakup imbauan bagi para penumpang untuk tetap duduk di tempat duduk mereka sampai kereta api berhenti sempurna di stasiun.
Apesnya, imbauan ini seakan menjadi angin lalu. Seringkali, saya menemukan penumpang KA Lokal dan KAJJ berebut untuk lebih dulu menuju pintu kereta. Tak jarang, mereka sudah siap untuk membuka pintu kereta sendiri meski kereta masih berjalan.
Tentu, kegiatan ini cukup membahayakan. Terlebih, jika kereta api yang mereka naiki belum sepenuhnya tiba di peron stasiun. Pada kondisi tertentu, kereta api tertahan sinyal masuk stasiun. Dengan adanya penahanan sinyal ini, maka otomatis kereta harus berhenti beberapa ratus meter di dekat stasiun.
Banyak penumpang yang mengira bahwa kereta sudah tiba di stasiun karena berhenti cukup lama. Terlebih, jika mereka naik di kereta ujung atau kereta yang sering tidak mendapatkan peron. Beberapa kali, saya melihat penumpang kereta membuka pintu kereta saat kereta api tertahan sinyal masuk. Otomatis, mereka kaget karena di luar pintu kereta bukanlah peron atau area stasiun, tetapi semak belukar, jalan raya, atau bahkan sungai.
Kurangnya petugas di dalam kereta memang menjadi salah satu alasan penumpang membuka pintu kereta sendiri. Jika ada petugas, seperti Polsuska, mereka biasanya tegas melarang penumpang untuk membuka pintu hingga kondisi di luar aman dan kereta berhenti sempurna.
Lantas, mengapa kereta api harus tertahan?
Sebenarnya, ada banyak alasan kereta api tertahan masuk stasiun. Bisa karena ada rangkaian kereta yang masih berada di jalur yang akan disinggahi. Bisa juga karena ada proses langsiran kereta atau hal-hal teknis lain yang membuat jalur kereta yang akan dilewati belum aman.
Dalam persinyalan kereta api, ada yang disebut semboyan 7. Semboyan ini mengisyaratkan kereta api untuk berhenti. Semboyan 7 bisa berupa dua lengan mendatar pada sebelah tiang sinyal. Pada persinyalan elektrik, semboyan 7 bisa berupa lampu yang menyala merah.
Semboyan 7. Sumber Wikipedia |
Ketika mendekati stasiun, biasanya kecepatan kereta akan diturunkan. Masinis yang melihat sinyal tersebut akan menghentikan laju kereta api sampai ada sinyal lanjutan yang memperbolehkan kereta api masuk di jalurnya.
Semisal, sinyal 9A1 berupa lengan pada sinyal muka menyerong ke atas atau lampu hijau menyala pada sinyal elektrik. Penggambaran mudahnya seperti lampu lalu lintas di jalan raya. Jika lampu merah menyala, maka pengendara kendaraan wajib berhenti dan jika menyala hijau maka harus berjalan.
Semisal, sinyal 9A1 berupa lengan pada sinyal muka menyerong ke atas atau lampu hijau menyala pada sinyal elektrik. Penggambaran mudahnya seperti lampu lalu lintas di jalan raya. Jika lampu merah menyala, maka pengendara kendaraan wajib berhenti dan jika menyala hijau maka harus berjalan.
Sinyal 9A1. - Wikipedia |
Informasi seperti ini sayangnya belum tersosialisasi dengan baik kepada masyarakat terutama penumpang kereta api. Jika kereta mulai melambat dan kemudian berhenti, secara otomatis mereka mengira bahwa kereta sudah berhenti di stasiun.
Saya belum menemukan video atau gambar dari KAI mengenai proses tertahannya kereta api di stasiun dan anjuran bagi para penumpang. Padahal, infromasi ini penting untuk dipahami dan sebagai antisipasi mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.
Sebenarnya, ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan selama kereta tertahan masuk stasiun. Salah satunya adalah mengecek barang bawaan agar tidak tertinggal atau tertukar. Penumpang juga bisa memberi kabar kepada penjemput agar sabar menunggu karena kereta sedang tertahan sinyal. Biasanya, keadaan ini berlangsung beberapa menit.
Tidak hanya itu, informasi lain yang perlu diketahui adalah tidak mungkin kereta akan berjalan kembali di stasiun setelah berhenti sebelum semua penumpang turun. Artinya, estimasi waktu kereta berhenti di stasiun tentu sudah disesuaikan dengan kepadatan penumpang yang turun dan naik.
Penumpang tidak perlu terburu-buru untuk turun karena mereka masih punya waktu untuk turun dengan aman dan nyaman. Bahkan, pada beberapa stasiun, kondektur akan memberi tahu kepada penumpang berapa lama kereta berhenti di stasiun.
Kereta tertahan masuk stasiun memang tidak mengenakan, terlebih jika kita sudah ditunggu oleh penjemput di stasiun. Namun, kita harus sadar bahwa kereta api juga sama dengan moda transportasi lain yang membutuhkan jalur yang aman untuk dilewati. Jangan sampai berpikir bahwa karena memiliki jalur sendiri, maka kereta api bisa langsung masuk ke stasiun.
Semoga saja pihak PT KAI bisa memberikan edukasi semacam ini kepada masyarakat dan memperbaiki kembali kegiatan naik turun penumpang di stasiun agar bisa lancar dan terkendali.
Tags
Jalan-jalan