Sumber: IG Miss Supranational |
Nama Harashta Haifa Zahra atau Tata masih menjadi buah bibir hingga saat ini.
Kemenangannya di ajang Miss Supranational 2024 membuat nama
Indonesia berkibar. Bukan hanya mencetak sejarah sebagai wanita Indonesia
pertama yang memenangkan ajang grand slam pageant tersebut, tetapi
kemunculannya sejak masa karantina ajang ini sudah menarik perhatian banyak
orang.
Tata yang juga merupakan Puteri Indonesia 2024 tersebut juga
akhirnya memecah kebuntuan Indonesia yang sudah lama tidak memenangkan grand
slam pageant sejak kemenangan Ariska Puteri Pertiwi pada Miss Grand
International 2016 dan Kevin Liliana pada Miss International 2017. Tak heran,
namanya sempat menjadi tranding topic selama beberapa hari sejak kemenangannya.
Tata memang membanggakan. Namun, di balik kemenangannya,
tersimpan sebuah teladan yang bisa dicontoh oleh generasi masa kini, terutama
oleh Gen Z. Tata yang merupakan Gen Z dan lahir pada 2003 ini seakan mematahkan
banyak anggapan bahwa Gen Z memiliki banyak kekurangan dan sulit untuk
berprestasi.
Lantas, apa saja contoh yang bisa diambil dari wanita asal
Garut ini?
Pertama, tahu kelebihan dan kekurangan diri.
Walau sekarang dielu-elukan, sebenarnya Tata pernah menjadi
bahan perundungan saat memenangkan Puteri Indonesia 2024. Saat itu, ia yang
mewakili Jawa Barat dianggap sebagai “puteri titipan” dari Ridwan Kamil yang
saat itu bertindak sebagai salah satu dewan juri. Kemampuan Tata dalam
berbicara di depan umum, terutama saat babak 4 besar dianggap kurang dan jauh
tertinggal dibandingkan peserta lain.
Menghadapi hal tersebut, maka kemampuan public speaking
menjadi salah satu poin utama saat ia berlatih. Ia tahu bahwa ia harus
mengembangkan kemampuan tersebut karena sebagai beauty queen tentu wajib untuk
bisa berbicara di depan orang banyak. Dukungan pun juga mengalir dari orang tua
Tata. Sang mama, yang mendampingi dirinya saat press conference
keberangkatannya memang mengakui puterinya kurang dalam kemampuan tersebut.
Makanya, sang mama menyerahkan sepenuhnya pada Tim YPI untuk berlatih serius.
Tata juga tahu kelebihan yang ia miliki yakni sering tampil
bernyanyi, menari, dan bermain musik. Ia pun menggunakan kelebihannya tersebut
dalam penilaian bakat dengan bermain kecapi, menari bali, dan bernyanyi Bubuy
Bulan. Penampilan atraktifnya ini akhirnya diganjar sebagai Miss Talet untuk
tahun ini. Inilah teladan pertama dari seorang Tata yang bisa diambil Gen Z
yakni bisa mengeksplorasi kelebihan dan belajar dari kekurangan yang dimiliki.
Kedua, kemampuan belajar mengendalikan emosi
Banyak orang mengatakan bahwa kemampuan mengendalikan emosi
Gen Z cukup buruk. Mereka dianggap mengandalkan mood saat beraktivitas yang
membuat banyak generasi di atas mereka susah untuk bekerja sama. Kemampuan ini
sebenarnya memang butuh proses untuk belajar lama terutama bagi Gen Z yang
usianya masih sangat muda.
Dalam kaitannya dengan Tata, ada cerita menarik dari Karina
Nadila, Miss Supranational Indonesia 2017 saat diwawancarai oleh sebuah portal
pageant. Nina – sapaan akrab Karina mengatakan bahwa Tata juga dilatih oleh
alumni Miss Supranational Indonesia. Ibarat kata, ia juga dilatih dan dibimbing
oleh seniornya.
Tentu, ia digembleng luar biasa oleh para seniornya. Ada
banyak sekali kekurangan Tata yang selalu disampaikan oleh para senior. Kadang,
namanya anak muda, pasti ada rasa lelah dan capai. Nina mengatakan Tata juga
sering menangis dalam proses tersebut. Akan tetapi, emosi tersebut tidak
dilakukan Tata secara berlarut-larut. Keesokan harinya, Tata sudah berhasil
memperbaiki apa yang diminta oleh para seniornya dan menunjukkan hasil yang
cukup bagus.
Memang, masalah emosi ini cukup sensitif dan tiap orang
memiliki kondisi yang berbeda. Namun, Tata mengajarkan banyak hal pada Gen Z
bahwa tidak ada salahnya untuk meluapkan emosi yang kita rasakan tetapi setelah
itu bisa kembali bangkit dan menata diri untuk bisa lebih baik dari sebelumnya.
Ketiga, keberhasilan dicapai dengan proses yang berjenjang
Banyak generasi di atas Gen Z mengatakan bahwa Gen Z adalah
generasi yang inginnya serba instan. Tidak bisa menghargai proses untuk
mencapai sebuah kesuksesan. Pendapat ini seakan menjadi pendapat yang mafhum
diterima terutama kedekatan Gen Z dengan teknologi yang serba instan.
Tata ternyata mematahkan itu semua. Ia memulai keberhasilan
di dunia kontes kecantikan dengan proses panjang dan berjenjang. Ia tidak
ujug-ujug menjadi Miss Supranational tetapi tak banyak yang tahu bahwa ia
memulai perjalanannya dari Duta Wisata Daerah yakni Mojang Jajaka Kota Bandung
tahun 2022. Saat itu, Tata berhasil menjadi Wakil II.
Dari duta daerah, kemudian, Tata mencoba peruntungan
menhgikuti audisi Puteri Indonesia Jawa Barat 2024 dan berhasil menjadi
pemenang. Sash Jawa Barat pun berhasil ia raih untuk berkompetisi di ajang
nasional. Tak dinyana, ia malah terpilih menjadi Puteri Indonesia 2024.
Akhirnya, ia berkompetisi untuk mengikuti Miss Supranational 2024 dan menjadi
pemenang.
Proses berliku dan berjenjang menjadi sebuah keniscayaan
untuk menggapai kesuksesan. Tata sudah membuktikan itu dengan memulai dari
tingkat daerah hingga internasional. Setiap tingkatan yang ia lalui, Tata
melakukannya dengan enjoy dan sepenuh hati. Terbukti, saat karantina Puteri
Indonesia dan Miss Supranational, kemuculannya selalu dinanti. Namanya sering
masuk dalam hotpick alias prediksi siapa saja yang menjadi pemenang oleh
beberapa portal pageant besar.
Keempat, kesuksesan bukan hanya sekadar untuk diri sendiri
Pelajaran penting yang cukup bisa dijadikan pelajaran oleh
Gen Z adalah dalam menggapai kesuksesan, diri sendiri bukanlah satu-satunya
kunci dalam meraihnya. Sebagai mahkluk sosial, tentu kita membutuhkan orang
lain dan saling membutuhkan satu sama lain. Ada adagium bahwa Gen Z kurang bisa
peka terhadap lingkungan sekitar dalam mencapai kesuksesan. Pokoknya saya bisa
sukses begitu bunyinya.
Ternyata, Tata bisa mengubah pandangan itu semua. Meski ia
Gen Z, ia menjadi pribadi yang mau menolong sesuai kapasitasnya kepada orang
lain. Beberapa cerita saat karantina Miss Supranational santer mengabarkan
bahwa Tata sempat meminjamkan gaunnya pada Miss negara lain saat mereka
kehabisan gaun untuk acara tertentu. Saat malam final, Tata beberapa kali
terlihat membantu Miss di sebelahnya yang selempangnya tidak berada pada posisi
yang tepat. Ia juga bersorak saat ada Miss sebelahnya masuk ke babak selanjutnya.
Kehangatan yang ditunjukkan Tata ternyata berbuah manis.
Saat ia menang, banyak sekali kontestan yang bersorak dan bahagia dengan
kemenangan Indonesia. Bahkan, beberapa peserta malah membantu membentangkan
bendera merah putih saat Tata akan melakukan final walk seperti yang dilakukan
oleh Miss Spain dan Miss Paraguay. Jadi, Gen Z bisa belajar bahwa kesuksesan
kita akan berarti jika orang lain di sekitar kita juga bahagia atas kesuksesan
yang kita raih dan kita tetap berdampak pada mereka.
Terakhir, berpikir sederhana untuk dampak yang luas
Walau memiliki banyak kekurangan, Gen Z sering disebut
sebagai generasi yang super kreatif. Saking kreatifnya, ada saja ide yang tak
terpikirkan oleh banyak orang. Inilah yang juga dimiliki oleh Tata dengan
membawa advokasi bertajuk Mother of Nature.
Advokasi ini didasari dari banyaknysa sampah di sekitar Kota
Bandung yang cukup banyak. Sampah tersebut berasal dari kegiatan warga yang
sering dianggap remeh, yakni membuang sisa makanan. Padahal, masih banyak warga
di luar sana yang kelaparan. Melalui advokasi tersebut, Tata membuat sebuah
gerakan untuk memahamkan kepada masyarakat agar mengambil makanan sesuai porsi
dan kebutuhan mereka. Manajemen pangan seperti ini memang belum sepenuhnya
dilakukan oleh masyarakat Indonesia. Makanya, ide sederhana ini sebenarnya
sangat berdampak luas jika dilakukan oleh banyak orang.
Tata juga kerap mengenakan berbagai baju yang terdapat unsur
budaya Indonesia sehingga banyak peserta yang bertanya seputar motif dari baju
yang ia kenakan. Menurut Tata, jika kita bisa kreatif, maka hal sederhana
seperti mengenakan baju yang secara look internasional tetapi masih ada unsur
budaya, maka dampaknya akan luas. Orang akan tahu budaya kita sangat kaya dan
beragam.
Itulah yang bisa dijadikan pelajaran oleh Gen Z bahwa
hal-hal yang sederhana di sekitar kita sebenarnya bisa kita eksplorasi. Tinggal
bagaimana kita bisa mengolahnya sekreatif mungkin agar bisa berdampak luas.
Kemenangan Tata memang menjadi oase bagi Indonesia yang haus akan prestasi. Meski bukan dari bidang yang digemari oleh masyarakat luas, tetapi ia patut diapresiasi karena sudah berjuang keras untuk Indonesia.