Ilustrasi. - Dok. Istimewa |
Rabu, 29 Mei 2024
Bagi saya hari Rabu adalah hari yang sangat menentukan. Ia adalah
hari pertengahan diantara hari- lainnya dan menjadi puncak pekan yang saya jalani.
Kalau diibaratkan sebagai gunung, maka Rabu adalah puncak dari gunung tersebut
setelah melakukan pendakian pad ahari Senin dan Selasa. Selanjutnya, hari Kamis
adalah hari saat turun gunung untuk menikmati akhir pekan di hari Minggu.
Saya selalu mendapatkan dan merasakan persepsi ini karena
biasanya hari Rabu adalah hari yang sangat panjang dan melelahkan. Namun, pada
hari ini saya merasakan hidup saya tidak seberat hari Rabu biasanya karena
suatu hal.
Saya mendapatkan jadwal untuk melakukan interview kerja
kepada para calon tutor bimbel. Sebenarnya sih, ini bukan jadwal dan tugas
saya. Rekan saya sedang cuti ke luar kota karena ada urusan mendadak sehingga
saya harus menggantikan.
Kalau mendapat tugas ini, biasanya saya mencari tahu apa pekerjaan
calon tutor yang melamar di bimbel saya. Rata-rata sih fresh graduate sarjana
pendidikan. Ya masih mencari pengalaman mengajar sebelum benar-benar mengajar
di sekolah.
Beberepa pelamar sudah saya interview. Kira-kira sudah ada
20an orang. Hingga seorang pelamar terakhir datang dengan masih mengenakan baju
dinas datang. Saya kaget mengapa bapak guru ini melamar di bimbel saya yang belum
bisa dikatakan bonafid untuk ukuran pekerjaan tetap mengingat tutor yang ada
sering masuk dan keluar.
Saya korek pengalaman kerjanya dan ternyata ia adalah
seorang guru SD di pinggiran Surabaya yang sudah 5 tahunan mengajar. Ia berstatus
sebagai guru honor seperti saya dulu. Ia bercerita tidak lolos tes pengangkatan
guru PPK. Ketika saya tanya latar belakang pendidikannya, ternyata ia adalah
sarjana Pendidikan Matematika yang seharusnya mengajar di SMP atau SMA.
Lalu, saya meminta ia untuk melakukan tes pengetahuan sama
seperti calon pelamar lain pada bidang yang akan ditekuni. Kebetulan, saat itu
bimbel saya butuh guru matematika SMP dan Fisika SMA. Secara pengetahuan, ia
sangat mumpuni.
Tes berikutnya adalah kemampuan mengajar. Saya meminta ia
menerangkan beberapa materi matematika SMP dan bisa ia lakukan dengan bagus. Suaranya
mantap dan tulisannya jelas. Ia juga menerangkan dengan runtut. Setelah tes tersebut saya mengatakan bahwa ia
bisa datang dua hari berikutnya atau hari Jumat. Saya pun mengakhiri interview
karena hari sudah sore.
Kamis, 30 Mei 2024
Saya menyerahkan laporan interview kerja kepada owner
bimbel. Sebagai informasi, owner bimbel saya seorang pria lulusan luar negeri
di bidang pendidikan yang memiliki kuasa cukup penuh untuk menentukan siapa
yang bisa lolos dalam intereview tersebut.
Saya merekomendasikan beberapa nama termasuk bapak guru
tadi. Meski saya merekomandasikan, tetapi saya sedikit memberi pertimbangan
bahwa ia masih mengajar di sekolah dan bisa saja belum fokus di bimbel. Biasanya,
tentor bimbel diwajibkan datang ke tempat bimbel setelah jam 12 siang untuk
kegiatan briefing dan semacamnya.
Walau demikian, saya masih merekomendasikannya siapa tahu ia
bisa mengatur jadwalnya dengan baik sehingga bisa mengajar di sini setelah
mengajar di sekolah. Siapa tahu ia sedang membutuhkan pekerjaan tambahan. Sang owner
pun setuju dan akan meminta kejelasan soal hal tersebut.
Jumat, 31 Mei 2024
Setelah salat Jumat, kami – saya dan owner – memanggil beberapa
calon tutor yang dianggap potensial. Jadi, jika calon tutor tidak lolos, maka
biasanya pada awal interview saya minta nomor ponselnya untuk saya beri tahu
bahwa yang bersangkutan tidak lolos atau tidak. Setelah ada keputusan, barulah
saya menginformasikan kepada mereka apakah tidak lolos atau berpotensi lolos. Uniknya,
saya langsung mengatakan kepada bapak guru tadi bahwa langsung saja datang hari
Jumat karena sang owner yang akan memberi keputusan.
Bapak guru tersebut pun datang setelah mengajar. Owner pun
menanyakan mengenai teknis bekerja di bimbel. Ia menjawab sanggup untuk
melakukannya karena ternyata ia sudah tidak mendapatkan jam di sekolah tempat
ia mengajar.
Saya korek kembali bagaimana bisa tidak mendapat jam
mengajar karena sebagai mantan guru honorer saya lumayan paham mengenai pembagian
jam mengajar. Saya juga sempat digeser jam mengajarnya karena saat itu ada guru
PNS yang pindah ke sekolah saya.
Rupanya, saat ini aturannya berubah dan sangat merugikan
guru honorer. Jadi, banyak guru hinorer yang tergeser jamnya karena adanya guru
PPK baru. Sistem ini dimulai sejak beberapa tahun terakhir. Berbeda dengan
sebelumnya, guru PPK harus mendapat prioritas. Guru honorer seperti bapak guru
tersebut harus rela tidak mendapatkan jadwal.
Ia kini lebih banyak berada di perpustakaan dan Tata Usaha. Ia
mencari sekolah yang membuka lowongan pekerjaan juga tidak ada. Makanya, ia
nekat mencari lowongan bimbingan belajar untuk bekerja meski tentu tidak akan
mendapatkan kesempatan menjadi guru PPK atau PNS.
Ia juga mengaku siap untuk melepas peekerjaan sebagai guru honorer
karena saat ini butuh biaya bagi putranya yang masih bayi. Aduh, kalau ini saya
tak bisa membayangkan bagaimana susahnya. Akhirnya, saya meminta sang owner
untuk memberikan kebijaksanaan karena saya yakin ia layak untuk mengajar di
bimbel.
Sang owner pun menyetujui dan meminta ia mempertimbangkan
untuk melepas pekerjaannya di sekolah. Sang owner juga mengatakan di sini tidak ada sistem pegawai
tetap. Namun, pihak bimbel bisa memberikan gaji UMR Surabaya (sekitar 4,8 juta)
jika ia bisa mengajar sekaligus membantu pekerjaan lain semisal membuat soal,
materi, presentasi, video pembelajaran, dan kegiatan promosi di sekolah. Bapak guru
tersebut tanpa pikir panjang menyetujui dan akan mengundurkan diri dari sekolah.
Saya agak kaget sih tetapi saya berkaca pada diri sendiri
saat mantap mengundurkan diri dari sekolah tempat saya mengajar dulu. Saya merasa,
sekolah tidak bisa memberikan banyak hal dan kemampuan saya akan statis. Apalagi,
pada kasus bapak guru tersebut, sekolah kurang bisa menghargai jerih payahnya
selama ini meski tentu pihak sekolah juga kesulitan mengikuti sistem guru PPK
yang ada.
Rupanya, kasus guru honorer yang kehilangan jam mengajar ini
juga terjadi di banyak tempat. Banyak guru honorer terutama di sekolah negeri
harus kelimpungan karena jam mengajar mereka tergser. Tentu, mereka tidak
mendapatkan gaji yang layak. Beberapa hari setelahnya, bapak guru tersebut
mengajar di tempat saya dan banyak siswa bimbel yang cocok. Bahkan, banyak yang meminta dirinya untuk menjadi tentor privat.
Saya sempat memberi jokes padanya bahwa ia kini laris manis.
Dari pengalaman ini, saya sadar bahwa sistem pendidikan di
Indonesia sangatlah buruk dan tidak manusiawi. Ada banyak tenaga potensial yang
terbuang percuma dalam sistem padahal mereka sangat layak untuk mendapatkan
apresiasi. Makanya, saya tak heran ada seorang guru seni di sebuah sekolah
swasata di Medan yang didatangi oleh Alan Walker.
Sang superstar sangat takjub dengan bapak guru itu yang sangat passionate mengajar musik pada siswanya hingga mereka bisa memainkan lagu sang superstar dengan baik dan apik. Apresiasi ini mungkin tak akan ia dapatkan jika ia mengajar di sekolah negeri. Saya pun melakukan afirmasi positif mengenai keputusan saya saat itu yang sama dengan Bapak Guru tadi. Mungkin ini sudah jadi jalan yang diberikan oleh Tuhan.