Instal Aplikasi Penting, Kunci Hidup Bahagia

Ilustrasi. - https://sketchyideas.co/

Memiliki ponsel dengan ruang penyimpanan terbatas menjadi sebuah keuntungan bagi saya.

Walau ponsel seringkali lemot, tetapi akhirnya saya bisa melakukan digital minimalism. Hanya mengunduh aplikasi-aplikasi yang penting bagi diri saya. Dengan ruang penyimpanan ponsel yang kecil, saya malah harus bergantian untuk menggunakan berbagai aplikasi yang saya butuhkan.

Semisal, saya ingin seminggu penuh mengedit video untuk YouTube, maka aplikasi penyuntingan seperti Inshot yang akan saya unduh. Pada minggu selanjutnya, saya ingin membuat video pendek, maka saya pun mengunggah aplikasi TikTok. Saat video-video pendek sudah saya unggah, saya pun menghapus aplikasi tersebut. Jika ingin melihat linimasa TikTok, maka saya lebih memilih untuk memasang aplikasi TikTok Lite karena ruang penyimpanannnya lebih kecil.

Pasang dan hapus aplikasi hampir saya lakukan setiap minggu. Meski demikian, tentu ada aplikasi yang terus saya pasang karena butuh. Mulai dari mobile banking, Mitra Darat (aplikasi cek posisi bus), tentunya whatsapp. Saya juga masih mempertahankan aplikasi YouTube Studio meksi agak berat karena setiap hari saya harus menganalisis jumlah views, jam tonton, dan pendapatan dari channel yang saya buat.

Untuk aplikasi hiburan seperti gim, saya tidak memasang sama sekali. Saya memang tidak suka bermain gim. Saya lebih memilih mengunduh aplikasi iPusnas agar bisa membaca di bus atau kereta. Satu aplikasi media sosial yang saya pasang hanyalah Instagram karena jika saya hapus, sulit sekali untuk masuk dan ada pekerjaan yang saya gunakan di sana.

Melakukan digital minimalism membuat saya bisa berkonsentrasi terhadap apa yang saya lakukan. Saya tidak mudah terdistraksi oleh apa yang ada di aplikasi yang terpasang. TikTok adalah aplikasi yang paling banyak menghabiskan memori dan RAM ponsel serta perhatian kita. Bagaimana tidak, ada saja keinginan untuk terus melakukan scroll video TikTok sampai bosan. Kalau saya sih paling lama 15 menit rasanya sudah jemu dan kebanyakan hanya video ringan. Untuk video pertengkaran, perselingkuhan, dan sebagainya saya skip saja.

Twitter juga menjadi media sosial yang bisa mengalihkan perhatian. Ada saja kehebohan dan pertengkaran yang terjadi pada media sosial yang katanya akan dibokir itu. Saat scroll linimasa, selalu ada perkembangan terbaru dari isu yang terkini. Mulai dari gosipan artis, politik, atau tindak kejahatan. Walau saya kurangi, tetapi saya masih mengikuti sekilas tindak kejahatan apa yang sedang terjadi. Bagi saya informasi ini masih penting untuk mengetahui modus operandi kejahatan masa sekarang sehingga saya bisa lebih hati-hati.

Perhatian saya sekarang adalah melihat video perjalanan YouTuber yang sering naik bus atau kereta api. Saya lebih banyak memusatkan pikiran di dunia maya untuk kegiatan ini. Saya bisa belajar banyak mengenai rute, cara mengambil gambar, hingga berbagai hal yang bisa saya aplikasikan untuk membuat video. Saya juga menggunakan waktu saya cukup banyak untuk belajar mengedit video atau kelas-kelas online gratis di YouTube.

Makanya, ketika saya mengunggah story di IG, biasanya saya mengungkapkan isi pikiran saya lalu saya tinggal. Jika ada balasan, maka baru saya balas beberapa hari kemudian. Saya juga tidak mau melihat story IG teman atau saudara karena bagi saya itu tidak terlalu penting. Biarlah itu urusan hidup mereka dan biarkan mereka menjalainya.

Saya juga tidak memiliki aplikasi e-commerce seperti Shopee atau Tokopedia. Saya tidak suka berbelanja online. Satu tahun palinng pol 3 atau 4 kali. Dulu pernah saat banyak promo saya membeli barang ini itu. Setelah ada kejadian barang yang saya beli tidak bisa saya gunakan dan rasanya tertipu, maka saya pun tidak lagi memiliki aplikasi tersebut. Jika mau beli barang ya beli langsung ke toko.

Berselancar di e-commerce juga menurut saya tak terlalu baik. Kita akan cenderung konsumtif dan selalu berpikir apa yang belum kita punya. Padahal, apa yang belum kita punya belum tentu membutuhkannya. Bisa jadi itu hanya keinginan yang akan terus menambah beban pikiran saat kita bekerja. Makanya, aplikasi semacam ini tak saya miliki.

Itulah prinsip Digital Minimalist yang saya gunakan. Semuanya tergantung pada diri kita masing-masing apakah tetap menggunakan banyak aplikasi atau memfilter aplikasi mana yang kita butuhkan.

Post a Comment

Next Post Previous Post