Ilustrasi Bus Pariwisata |
Beberapa waktu yang lalu, ada sebuah kecelakaan cukup mengerikan yang melibatkan sebuah bus pariwisata di kawasan Ciater, Subang, Jawa Barat.
Bus yang mengangkut puluhan siswa salah satu SMK swasta di
Depok itu terguling dan menabrak tiang listrik serta pengguna jalan lain. Sebanyak
sekitar 11 orang dilaporkan meninggal dunia akibat kecelakaan ini. Puluhan
korban pun mengalami luka sehingga harus dirawat di rumah sakit.
Salah satu dugaan penyebab kecelakaan bus tersebut adalah
rem bus yang blong. Namun, ada sebuah fakta yang cukup mengejutkan yang
didapatkan oleh pihak kepolisian. Rupanya, bus tersebut adalah modifikasi dari
bus penumpang biasa yang diubah menjadi bus SHD (Super High Deck).
Bus SHD menjadi salah satu bus yang banyak dicari oleh
pengguna bus karena memiliki ketinggian sekitar 3,9 meter dengan interior
mewah. Bus SHD juga dianggap mampu memanjakan penumpangnya karena legrest yang
lega. Walau bus SHD memberikan banyak kenyamanan, tetapi bukan berarti bus non-SHD
yang dimodifikasi menjadi bus SHD tidak bermasalah.
Bus tersebut tentu merupakan bus lama dengan mesin yang juga
sudah lama. Apalagi, dari penuturan pihak kepolisian, ternyata bus yang
mengalami kecelakaan tersebut sudah tidak melakukan uji KIR. Alias, masa uji
KIR bus tersebut telah habis.
Jika masa uji KIR sudah habis, bisa jadi busa sebenarnya tak
layak jalan. Walau memiliki tampilan body sebagus apapun, tetapi tidak menjamin
komponen lain berfungsi dengan baik. Apalagi, komponen tersebut adalah komponen
yang menjamin keselamatan penumpang seperti rem.
Apesnya, bus tersebut diduga sudah mengalami masalah pada
remnya sejak sebelum kecelakaan. Meski sudah diperbaiki, tetap saja rem tak
berfungsi ketika bus menurun tajam. Bahkan, dari penuturan sang sopir, ia gagal
mengendalikan laju bus meski sudah menggunakan rem tangan. Alhasil, bus pun
mengalami kecelakaan yang cukup parah.
Nah, dari kejadian tersebut, dapat kita ambil hikmahnya
bahwa saat ini memilih bus pariwisata untuk berbagai kegiatan tidaklah mudah. Perlu
kejelian dan ketelitian dalam memilih bus agar tidak terjadi hal yang tak
diinginkan. Terlebih, jika perjalanan yang akan dilakukan melewati jalur yang
berbahaya dan curam. Kondisi bus yang ekstra prima sangat dibutuhkan.
Namun, tidak semua orang mengerti akan dunia per-bus-an. Tidak
semua orang tidak paham bahwa banyak bus bekas angkutan penumpang dimodifikasi
menjadi bus pariwisata. Bahkan, banyak yang tak tahu bahwa bus-bus tersebut
sebenarnya izin trayekny untuk angkutan umum sudah dicabut dengan berbagai
alasan. Intinya, banyak orang tak paham jika bus-bus pariwsata yang terlihat
megah dan mewah sebenarnya adalah bus busuk yang tidak layak jalan.
Kondisi semakin mengkhawatirkan jika pengguna jasa bus
pariwisata memiliki dana minim untuk menyewa bus. Dengan dalih harga murah,
maka mereka menyewa bus-bus pariwisata semacam ini untuk kepentingan study tour
atau berbagai kegiatan lain. Terlebih, banyak sales tour wisata yang
mengiming-imingi paket perjalanan murah dengan bus “rongsokan” semacam itu.
Lantas, bagaimana kita tahu bahwa bus yang akan digunakan
layak jalan?
Cara terbaik memang menanyakan langsung reputasi dari PO
atau perusahan bus yang akan disewa. Parameter paling penting adalah menanyakan
uji KIR. Walau tentu masih ada celah untuk memanipulasi uji KIR, tetapi
setidaknya parameter ini masih bisa digunakan.
Paling tidak, kita menghindari bus-bus yang sudah tak layak
untuk jalan karena tak melakukan uji KIR. Apalagi, jika bus tersebut sudah lama
tak melakukan uji KIR selama beberapa waktu. Lebih dari setahun misalnya.
Cara kedua yang bisa dilakukan adalah mengecek uji KIR dan
kelayakan bus melalui aplikasi Mitra Darat. Aplikasi ini tidak hanya digunakan
untuk mengecek posisi Bus Raya Terpadu (BRT) saja. Kita bisa mengecek kelayakan
bus tersebut dari catatan uji KIR yang dilakukan.
Pengecekan di aplikasi Mitra Darat |
Tinggal memasukkan nopol bus yang akan kita cek, maka akan
muncul berbagai informasi tentang uji KIR dan identitas kendaraan. Mulai dari tempat
uji KIR, masa berlaku uji KIR, dan catatan lainnya. Jika ada keanehan atau
kejanggalan, maka kita bisa menanyakan kepada pemilik bus.
Pada kasus bus yang kecelakaan tersebut, ada keanehan bahwa
bus yang digunakan diuji di Kabupaten Wonogiri. Jika pihak sekolah jeli,
seharusnya mereka bertanya mengapa tidak dilakukan di wilayah sekitar sekolah
mereka. Depok atau DKI Jakarta misalnya.
Dulu, saya pernah ikut ziarah wali dan menggunakan bus
dengan plat P. Plat P adalah plat nopol di wilayah Besuki (Banyuwangi, Jember,
dan sekitarnya). Padahal, rumah saya di Malang yang biasanya plat yang
digunakan adalah plat N. Ternyata, bus tersebut memang dari Jember dan baru
saja digunakan untuk berwisata ke Malang. Agar tidak rugi, maka bus digunakan
kembali untuk ziarah ke wali lima dengan drama sempat mogok di jalan.
Cara terakhir yang bisa digunakan adalah menyewa bus dari PO
terkenal. Kalau di Malang, ada beberapa PO yang bisa disewa semisal Bagong,
Restu Panda, Medali Mas, Zena, dan lain sebagainya. Bus-bus tersebut merupakan langganan
banyak pengguna bus.
Jika ingin lebih murah, maka bisa menyewa bus kampus. Keluarga
besar saya dulu pernah menyewa bus dari UM dan ITN untuk acara keluarga. Bus kampus
juga dirawat dengan baik dan sopirnya tidak ugal-ugalan. Jika ingin menyewa,
maka bisa menghubungi pihak kampus yang bersangkutan karena mereka juga
menyewakan bus milik mereka asal waktunya tidak digunakan untuk kepentingan kampus.
Memang susah-susah gampang saat ingin menyewa bus
pariwisata. Tinggal bagaimana kita jeli terhadap kondisi bus agar tidak terjadi
hal-hal yang membuat celaka.