Ilustrasi. V STAFF AND GETTY IMAGES |
Pertanyaan ini menjadi pertanyaan besar yang terus saya tanyakan.
Walau sudah banyak orang yang memberi argumen dan pendapat,
tetap saja saya masih tidak habis pikir mengapa orang-orang Indonesia mudah
sekali percaya pada TikTok. Entah percaya informasi soal politik, agama,
pendidikan, dan yag paling mengerikan adalah informasi kesehatan. Rasanya,
mereka menjadikan semua informasi di TikTok adalah benar dan terpercaya.
“Kata di TikTok blablabla….”
“Kemarin aku lihat video di TikTok katanya sekarang tikus
bisa makan kucing….
“Eh tahu gak sih kalau si A bisa terbang sampai ke luar angkasa.
Aku kemarin lihat videonya lho di TikTok…”
Percakapan aneh bin ajaib tersebut sering kita dengar. Kadang,
saya langsung ngakak jika “fakta” yang diberikan di TikTok seakan sebuah
kemustahilan tetapi dipercaya banyak orang. Salah satu contoh nyatanya adalah
soal Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang berhasil melumpuhkan banyak
anggota TNI di Papua.
Dalam narasi yang beredar di TikTok, diberikan gambaran para
prajurit TNI tidak berdaya menghadapi gerombolan KKB yang menyerang mereka di
sebuah pos penjagaan. Video tersebut menarasikan anggota KKB yang bergembira
setelah membunuh para prajurit TNI. Narasi semakin mencekam dengan pemberian
info bahwa jumlah anggota TNI yang gugur sangat banyak karena mereka tidak
berhasil menguasai medan perang.
Jika kita langsung menelan mentah-mentah informasi tersebut,
tentu rasa ngeri akan muncul. Akan ada persepsi bahwa anggota TNI kini sedang
menjadi bulan-bulanan KKB. Tentu, persepsi bahwa mereka tidak mampu menjaga
keamanan akan dipercaya oleh banyak masyarakat. Terutama, jika mereka tidak
melakukan cross check ulang terhadap informasi yang ada.
Apabila hal ini dibiarkan, maka akan merusak kepercayaan
kepada masyarakat. Walau ada juga prajurit TNI yang berguguran, tetapi tetap
saja mereka masih punya strategi dalam menghadapi KKB. Mereka tidak serta merta
bertindak konyol sehingga dengan mudah malah ditumpas oleh KKB. Video tersebut
merupakan video lama tentang kegiatan perayaan KKB dalam sebuah event. Entah event
apa yang jelas video yang terdapat di sana adalah potongan beberapa video lama.
Meski sempat tak mengindahkan video tersebut, tetapi saya
tertarik dengan komentar yang ada. Mirisnya, sebagian besar mengatakan bahwa
TNI saat ini dalam keadaan lemah tak berdaya. Ada juga provokator yang
mengompori agar Papua bisa merdeka. Saya akhirnya paham bahwa TikTok memang
digunakan sebagai media propaganda yang sangat ampuh dalam upaya delegitimasi
negara.
Misinformasi juga terjadi pada ranah kesehatan, bencana
alam, dan sebagainya. Ada sebuah video yang menyatakan bahwa untuk mengurangi
dampak alergi kulit terhadap sesuatu, maka kiat bisa memberikan obat X. Tak
lama, ada dokter spesialis kulit yang melakukan stich video tersebut dan
mengatakan bahwa obat tersebut memang bisa menghilangkan alergi kulit, tetapi
berefek buruk dalam jangka panjang.
Herannya, masih banyak yang tidak setuju dengan pendapat
dokter tersebut. Padahal, sang dokter tentu sudah ahli di bidangnya dan
bersekolah dalam waktu lama mempelajari tentang kulit. Beda halnya dengan TikToker
yang asbun membuat VT tersebut agar FYP.
Masih banyaknya masyakarat Indonesia yang begitu percaya
apda TikTok membuat saya heran sekaligus mengelus dada. Kok bisa-bisanya ya
mereka mudah percaya. Padahal, mereka kan dibekali otak dan alat bernama
smartphone untuk mencari informasi. Mereka bisa googling untuk mengecek kebenaran
informasi yang mereka dapat dari TikTok, mengingat sebagian besar video di sana
sebagian besar diunggah oleh personal, bukan badan resmi yang memiliki
kredibiltas.
Bisa jadi, tingkat kecerdasan orang Indonesia yang bisa
dibilang rendah adalah salah satu alasannya. Dari sebuah studi, tingkat
kecerdasan orang Indonesia berada di peringkat 36 Asia dan 130 dunia. Ada
beberapa pihak yang menghubungkan tingkat kecerdasan ini dengan fenomena yang
terjadi di TikTok.
Tingkat kecerdasan orang Indonesia.- Goodstats |
Namun, sesungguhnya sebagai negara religus, tingkat
kecerdasan emosional dan spiritual bisa menjadi benteng untuk bisa mencerna
informasi. Bukankah dalam setiap agama – terutama Islam – kita diperintahkan
Tuhan untuk berpikir? Lantas, mengapa ketika mendapat informasi dari TikTok
kita langsung percaya dan menjadikannya sumber rujukan? Apakah kita tidak
berpikir dahulu sesuai perintah Tuhan?
Inilah yang hingga kini menjadi pertanyaan. Terlebih, saat
melihat kolom komentar yang langsung mempercayai video tersebut dan menganggap
apa yang mereka Yakini benar, rasanya sia-sia saja kita bersekolah dan diberi
kecerdasan.
Maka dari itu, meski TikTok kini menjadi salah satu media
untuk memberi dan menerima informasi, sudah saatnya kita berpikir ulang dengan
apa yang ada di sana. Jangan sampai nanti kita menyesal dengan apa yang kita
lakukan dan kita yakini setelah melihat video TikTok.
Saat melihat videp mengenai informasi di sana, sudah saatnya
melakukan cross check ulang dari sumber terpercaya. Bukan malah langsung
menerimanya dan berjoged sambil bernyanyi:
Ok Gas Ok Gas
Tambah dua torang gas.