Ilustrasi. - UMSU |
Proses rekapitulasi perhitungan suara pemilu legislatif sudah mencapai babak akhir.
Hampir semua daerah telah melakukan rapat pleno penetapan
anggota legislatif terpilih untuk masa jabatan 2024-2029. Pun demikian dengan
Kota Malang yang telah menyelesaikan tahapan ini beberapa waktu yang lalu. Meski
sempat diwarnai ketegangan akibat perbedaan antara formular C1 yang dimiliki
saksi dengan hasil yang dihitung oleh Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK), tetapi
secara keseluruhan, proses rekapitulasi berlangsung dengan lancar.
Dari hasil rekapitulasi tersebut, maka sebanyak 45 anggota
dewan terpilih pun bisa diketahui. Warga Kota Malang sendiri memilih 45 calon
anggota legislatif pada 5 dapil yang ada, yakni Klojen, Sukun, Lowokwaru,
Blimbing, dan Kedungkandang. Masing-masing dapil memiliki jumpah perwakilan
yang berbeda, sesuai dengan jumlah penduduk. Paling sedikit adalah Dapil Klojen
dengan 5 anggota terpilih dan paling banyak adalah Dapil Kedungkandang dengan
11 anggota terpilih.
PDI Perjuangan Tetap Jadi Pemenang
Lalu, bagaimana komposisi anggota dewan Kota Malang
berdasarkan perwakilan partai politik?
Ternyata, lima tahun mendatang komposisi DPRD Kota Malang cukup berimbang. Artinya, tidak ada partai politik yang benar-benar memiliki dominasi yang cukup besar. Selisih jumlah kursi antar partai politik pun sangat kecil, antara 1-3 buah. Alhasil, kekuatan partai politik di Kota Malang cukup berimbang.
PDI Perjuangan memang masih menjadi partai pemenang sejak
2014. Namun, suara partai politik ini mengalami penurunan secara nasional yang
juga berimbas ke Kota Malang. PDI Perjuangan memperoleh 9 kursi atau menurun 3
kursi dibandingkan pemilu sebelumnya. Pada 2019 lalu, partai berlambang moncong
putih ini berhasil memperoleh 12 kursi dengan selisih yang cukup jauh dengan
partai pemenang kedua.
Partai Pendukung 01 dan 02 yang Mengalami Kenaikan
PKB dan PKS mengalami kenaikan suara di Kota Malang yang
cukup signifikan sehigga keduanya bisa memperoleh tambahan 1 kursi jika dibandingkan
pemilu sebelumnya. PKB memperoleh 8 kursi sedangkan PKS mendapat 7 kursi. Dua partai
pengusung pasangan Anies-Muhaimin ini seakan mendapat efek dari pencapresan
keduanya walau pasangan capres-cawapres
yang diusung kalah telak terutama di Kota Malang. Dengan tambahan kursi
ini, maka jarak dengan partai pemenang, yakni PDI Perjuangan tidak terlalu
jauh.
Dua partai pengusung pasangan Prabowo-Gibran yakni Gerindra
dan Golkar juga mengalami kenaikan satu kursi pada pemilu kali ini. Jika pada
2019 lalu mereka mendapatkan 5 kursi, pada pemilu kali ini keduanya mendapatkan
6 kursi. Beberapa caleg petahana juga masih menduduki kursi dewan periode
mendatang.
Kenaikan suara juga terjadi pada Partai Nasdem. Partai pimpinan
Surya Paloh ini mengalami kenaikan 1 kursi jika dibandingkan pemilu sebelumnya.
Pada 2019, partai ini mendapatkan kursi sebesar 2 buah. Pada 2014, Partai
Nasdem mendapat tambahan 1 kursi menjadi 3 buah. Jadi, semua partai politik
pengusung pasangan Anies-Muhaimin sama-sama mendapat tambahan 1 kursi.
Meski mendapat cibiran dengan kecurangan limpahan suara
secara nasional, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) berhasil mendpaat tambahan
1 kursi. Untuk proses rekapitulasi suara PSI di Kota Malang tidak ada laporan
mengenai penggelembungan suara seperti di daerah lain. Suara partai pimpinan
putra mahkota kedua Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep juga naik cukup drastis
di Kota Malang. Pada pemilu kali ini, PSI mendapat 2 kursi.
Stagnasi dan Penurunan Suara Parpol
Stagnasi justru dialami oleh Partai Demokrat. Partai besutan
Agus Harimurti Yudhoyono ini memperoleh
3 kursi, sama dengan pemilu sebelumnya. Tetangga saya yang nyaleg dari
partai ini juga gagal menjadi anggota dewan walau memperoleh kenaikan suara
yang cukup signifikan dibandingkan pemilu sebelumnya. Namun, apa daya, suara
partainya masih kalah dengan partai lainnya.
Satu partai terakhir yang mendapatkan kursi adalah Partai
Amanat Nasional (PAN). Suara partai ini menurun cukup drastis, sama dengan
suara PDI Perjuangan. PAN harus rela kehilangan 2 kursi dari semula 3 kursi
pada 2019, kini menjadi 1 kursi.
Ada satu partai yang kehilangan kursi, yakni Perindo. Jika pada
pemilu 2019, partai pimpinan Bos MNC Hary Tanoe ini mendapat 1 kursi, maka
kursi itu pun harus rela diberikan ke partai lain. Kebetulan juga, anggota dewan
yang menjabat periode sebelumnya juga tetangga saya beda RT.
Satu partai besar yang gagal mendapatkan kursi kembali adalah
Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sejak 2019, partai ini tidak mendapatkan
kursi sama sekali. Partai berlambang ka’bah ini terakhir mendapatkan 3 kursi
pada 2014. Pada pemilu kali ini, semua caleg PPP gagal menjadi anggota DPRD
Kota Malang.
Selain berimbangnya jumlah kursi partai politik, hampir separuh
jumlah anggota yang terpilih adalah anggota baru. Ada 22 dari 45 anggota
terpilih adalah wajah baru yang belum pernah menjadi anggota dewan sebelumnya. Dengan
banyaknya wajah baru ini, maka bisa dikatakan ada penyegaran di tubuh legislatif
Kota Malang. Harapan untuk adanya ide baru memajukan Kota Malang dan mengawasi
jalannya pemerintahan pun disematkan pada mereka.
Meski begitu, adanya wajah baru yang cukup banyak juga cukup
riskan untuk melakukan tindak pidana korupsi. Tentu, ingatan kita masih kuat
mengenai hampir semua anggota DPRD Kota Malang periode 2014-2019 yang menjadi
tersangka pembahasan APBN-P Kota Malang 2015. Saat itu, kegiatan legislatif di
Kota Malang hampir lumpuh total.
Wajah baru tentu belum banyak pengalaman mengenai pembahasan dan sejenisnya. Maka, mereka harus bisa membekali diri dan membentengi nafsu agar jangan sampai melakukan hal yang sama. Apalagi, godaan proyek-proyek pembangunan di Kota Malang sangatlah banyak.