Bus Sultan |
Sebelum libur Nyepi kemarin, saya mencoba rute pulang menuju ke Malang tidak biasanya.
Pada hari biasanya, saya naik Feeder 06 lalu turun di Halte Marmoyo
dan lanjut Suroboyo Bus ke Bungurasih. Saat itu, saya baru ingat jika power
bank saya ketinggalan di Kertajaya. Tepatnya di salah satu rumah teman yang juga
menjadi toko kelontong.
Alhasil, saya pun harus naik Trans Semanggi K2 menuju ke
Kertajaya. Nah dari Kertajaya, sebenarnya saya ingin balik arah ke pusat kota
untuk oper Suroboyo Bus. Namun, saya mengurungkan niat tersebut. Selain harus
bayar dua kali, saya berpikir jika memilih rute tersebut akan lebih jauh. Belum
lagi kemacetan parah yang bisa saja mengadang.
Saya pun teringat jika sekarang Trans Semanggi K3 sudah
sampai Bungurasih. Jadi, saya bisa naik bus tersebut sampai Bungurasih tanpa
bayar tiket lagi. Lantaran, rute Trans Semanggi K2 dan K3 saling terintegrasi. Lumayan
kan irit 5 ribu rupiah? Saya tinggal naik lagi Trans Semanggi K2 menuju ke
Kertajaya Indah dan oper bus K3. Sebenarnya sih saya bisa oper di ITS. Namun,
saya tidak mau kehabisan tempat duduk karena letak halte Kertajaya Indah lebih
dulu dibandingkan Halte ITS.
Singkat cerita, setelah mengambil power bank andalan, saya
pun langsung naik Trans Semanggi K2 dari Halte Samsat Manyar. Hanya perlu
beberapa menit untuk sampai Halte Kertajaya Indah yang berada di dekat perempatan
MERR tersebut. Meski tidak ada kursi dan atap, bagi saya tak masalah. Pasalnya,
saat itu cuaca sedang mendung. Saya hanya berharap jangan sampai hujan turun
deras.
Setelah berada di halte, tentu kegiatan yang saya lakukan
adalah mengecek posisi bus Trans Semanggi K3 di aplikasi Mitra Darat. Untung saja,
bus terdekat sudah berada di dekat Galaxy Mall. Artinya, tinggal beberapa saat
lagi bus akan tiba.
Perkiraan saya pun tepat. Bus tiba setelah saya menunggu
sekitar 3 menit. Namun, saat sopir membuka pintu depan dan samping, mata saya
terbelalak. Bus yang akan saya naiki berbeda dengan bus pada umumnya. Bus tersebut
adalah bus sultan.
Apa maksudnya?
Berbeda dengan bus listrik yang lain, bus ini berkapasitas
lebih sedikit. Hanya ada 5 kapastitas untuk penumpang berdiri. Sementara, bus
listrik Trans Semanggi pada umumnya berkapasitas 15 tempat berdiri. Tentu,
perbedaannya bukan itu saja.
Perbedaan utamanya adalah bus ini menggunakan tempat duduk
berupa bantalan sofa yang lebih empuk. Bantalan sofa berwarna merah menyala
tersebut terlihat sangat elegan dan mewah. Layaknya armada yang mengangkut para
pejabat, bisa jadi bus ini awlanya memang untuk para pejabat yang hadir saat
KTT G20 di Bali pada 2022 kemarin. Semua armada bus listrik Trans Semanggi
memang bekas bus yang digunakan untuk perhelatan tersebut.
Bus tampak depan |
Selain bangku yang mewah dan rasa sultan, kap pembatas
antara sopir dan kabin penumpang juga dilengkapi dengan ornamen unik. Kesan mahal
sangat terasa saat menaiki bus ini. Belum lagi, konfigirasi kaca bus yang
estetik menambah kesultanan bus ini.
Uniknya, saya baru ngeh kalau saat itu sedang libur Nyepi. Alhasil,
jalanan sangat sepi dan saya menjadi satu-satunya penumpang. Sebenarnya, ada
seorang koko beserta anaknya yang naik dari arah Kenjeran. Namun, mereka turun
di Halte ITS untuk berpindah bus K2. Saya pun menjadi satu-satunya penumpang di
bus tersebut.
Bus melaju pelan menuju MERR meski kondisi jalan sedang
sepi. Di beberapa titik, ada beberapa warga yang heran dengan keberadaan bus
yang saya tumpangi. Mungkin, dari luar mereka bisa melihat kondisi bangku bus yang
mewah tersebut. Saya pun iseng melakukan dadah-dadah kepada anak kecil yang
takjub dengan bus yang lewat di depan mereka. Duh, rasanya bak Miss Universe
yang sedang melakukan lawatan di sebuah daerah.
Bagian belakang bus |
Jujur, saya jarang sekali melihat bus ini lalu-lalang dan
terparkir di Bungurasih. Bisa jadi, bus tersebut memang sengaja berjalan agar
tidak lama mangkrak. Sebagus apa pun barang jika hanya dianggurkan lama-lama
juga akan rusak. Kalau bisa rusak, lebih baik kan busnya digunakan kan?
Membelah jalanan MERR |
Saya tiba-tiba berkhayal andaikata bisa melihat tontonan
semacam Netflix di dalam bus. Sambil membelah kemacetan Surabaya, duh rasanya
akan sangat nikmat sekali. Belum lagi, kondisi AC yang ada saat itu sangat
kencang. Sangat menambah kesyahduan udara yang sedang mendung. Kalau tidak
nonton film, karaoke di dalam bus juga boleh. Rasanya, saya bakal kerasan dan
malas untuk beranjak.
Namun saya ingat, bus yang saya naiki adalah bus BTS. Artinya,
penumpang ya akan mendapat fasilitas dasar. Hanya membayar 6.200 rupiah masak minta
lebih?
Tampak samping |
Dengan pelan, bus berjalan menuju ke daerah Pondok Candra
(Pocan), lalu masuk Tol Tambak Sumur dan berakhir di Terminal Bungurasih. Saat sampai
di haltenya yang berdekatan dengan Halte Trans Jatim, saya kembali dilihat oleh
para penumpang Trans Jatim. Rasanya ingin kembali dadah-dadah dan turun dengan
manjah. Setelah naik bus ini, mungkin saya akan mengalihkan rute pulang saya
agar siapa tahu bisa naik bus ini lagi.
Wah surabaya makin mantab ini. Waktu masih di surabaya, kendaraan andalan cuma motor. Ojek online pun baru ada menjelang kepindahan dari surabaya. Keren!
ReplyDeletebetul makin keren surabaya
DeleteSurabaya bus makin keren ya, tempat duduknya saja kayak sofa, beneran kayak Sultan nih kalo yang naik bus itu cuma kita sendiri.😁
ReplyDeleteiya mas berasa raja ya
ReplyDelete