Tiga cinderella caleg DPD yang menarik perhatian. - Dok. Istimewa |
Cinderella pun tiba
Dengan kereta kencana
Petikan lagu dari band Radja yang booming pada 2000an kini
kembali berdengung. Walau dengan nuansa dangdut koplo, nyatanya lagu tersebut
digemari lagi. Menjadi iringan jedak-jeduk siapa saja yang dianggap termasuk
Cinderella.
Pun demikian dengan calon anggota DPD RI yang muncul dengan
aneka wajah terbaiknya di kertas suara. Berbeda dengan caleg DPR atau DPRD yang
hanya memuat nama, calon anggota DPD bisa memajang foto mereka. Lantaran, caleg
DPD tidak berasal dari partai politik melainkan dari perseorangan.
Nah, selain modal dukungan KTP, caleg DPD juga bermodal foto
yang bisa menjadi modal untuk meraih suara. Tidak ada ketentuan pasti bagaimana
foto caleg DPD bisa digunakan. Namun, dari beberapa sumber, foto tersebut
sebaiknya mencirikan khas dari provinsi yang mereka wakili. Lantaran, mereka
tidak mewakili partai, maka provinsi yang mereka wakili sebaiknya menjadi ciri
khas.
Apesnya, dibandingkan caleg DPR, caleg DPD ini tidak terlalu
dihiraukan oleh pemilih. Bahkan, para pemilih mungkin tidak paham apa guna dan
fungsi dari DPD. Mengapa mereka ada padahal sudah ada DPR. Kurangnya preferensi
ini menyebabkan para pemilih tidak memilih anggota DPD beradasarkan rekam jejak
atau prestasi melainkan dari foto yang terpampang. Itu pun seringkali baru
mereka putuskan saat berada di bilik suara, alias dadakan.
Makanya, caleg DPD menggunakan foto yang unik dan menarik
untuk meraih simpati pemilih. Tentu, cerita tentang kemenangan comedian Komeng
yang meraih suara tertinggi pemilihan DPD Jawa adalah salah satu buktinya. Banyak
pemilih di Jawa Barat yang memilih Komeng karena langsung mengenali fotonya
yang melotot. Daripada bingung menghabiskan waktu di bilik suara, maka mereka
langsung memilih Komeng tanpa pikir panjang.
Lain pula di Jawa Timur, DIY, Jawa Tengah. Di tiga provinsi
kunci ini, banyak calon pemilih – terutama laki-laki – memilih sosok wanita cantik
agar bisa menjadi anggota DPD. Mereka tak melihat rekam jejak calon lain. Asal terlihat
ada yang cantik, maka sosok tersebut yang mereka pilih.
Di Jawa Timur, ada sosok Kondang Kusumaning Ayu. Mbak Kondang
– bergitu sapaan akrab netizen – meraih posisi tertinggi kedua sementara ini di
bawah caleg petahana, La Nyalla Matalitti. Mbak Kondang berhasil membius banyak
pria untuk mencoblosnya dan menjadi anggota DPD. Dari ujung Ngawi sampai
Banyuwangi, semuanya all in Mbak Kondang. Berbagai akun TikTok pun membahas
Mbak Kondang dengan musik jedag-jedug lagu Cinderella.
Kondang Kusumaning Ayu. - Dok. Istimewa |
Untuk Jawa Tengah, nama Casytha Arriwi Katmandhu adalah sosok
idola. Mbak Sitha – sapaan akrabnya – juga meraih posisi kedua dalam perolehan
suara DPD Jawa Tengah di bawah mantan wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin.
Mbak Sitha memang populer di Jawa Tengah. Ia merupakan putri dari Ketua DPD
Jawa Tengah Bambang Wuryanto atau sering dikenal sebagai Bambang Pacul. Namun,
banyak yang tidak tahu Mbak Sitha adalah putri dari Pak Bambang Pacul. Balihonya
tersebar luas saat kampanye kemarin se-antero Jawa Tengah. Banyak pemilih
memutuskan memilih Mbak Sitha karena fotonya cantik dengan senyum mengembang.
Casytha Arriwi Katmandhu. Dok. Istimewa |
Membicarakan pemilihan DPD dari Provinsi DIY, tentu kita tak
bisa lepas dari GKR Hemas, istri dari Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.
Gusti Hemas memang sudah menjadi anggota DPD sejak 2004. Beliau hampir
dipastikan terpilih dengan suara tertinggi selama 4 periode berturut-turut. Siapa
sih yang bisa mengalahkan Gusti Ratu?
Namun, pada pemilihan DPD tahun ini, ada satu nama yang
cukup diperhitungkan dan masih kerabat keraton Jogja. Ia adalah RA Yashinta
Sekarwangi Mega, keturunan dari Sri Sultan Hamengkubuwobo VIII. Yashinta juga
tumbuh di lingkungan keraton. Walau harus melawan Gusti Ratu, tetapi nama
Yashinta cukup diperhitungkan. Lulusan FISIPOL UGM ini juga berada di peringkat
dua di bawah GKR Hemas dalam perhitungan sementara anggota DPD RI. Banyak pemilih
– terutama laki-laki – kepincut dengan wajah ayu Mbak Yasintha sehingga
suaranya cukup tinggi.
Yashintha Sekarwangi. - Dok. Istimewa |
Meski wajah cantik bisa menjadi salah satu keberhasilan
meriah suara, tetapi tidak serta merta langkah mereka bisa mulus begitu saja. Editan
foto yang berlebihan menjadi salah satu alasan kemenangan mereka bisa saja digoyahkan.
Salah satunya adalah Mbak Kondang yang batu-baru ini diserang
netizen karena ternyata foto yang terpampang di surat suara bukan foto aslinya.
Ada sebuah foto yang menujukkan wajah asli Mbak Kondang tidak secantik yang di
foto. Foto yang beredar luas di media sosial itu memperlihatkan wajah asli Mbak
Kondang saat mendaftarkan diri ke KPU.
Banyak netizen yang mengatakan bahwa mereka kena prank
karena mengira wajah di surat suara adalah wajah asli dari Mbak Kondang. Berbagai
komentar miring pun tertuju padanya mengapa ia menggunakan filter wajah
berlebihan untuk surat suaranya. Alhasil, meski meraih posisi kedua, kemenangan
Mbak Kondang terasa ada celahnya akibat isu ini. Terlebih, dalam akun media
sosialnya, Mbak Kondang tidak pernah sama sekali memasang foto kegiatannya,
hanya foto untuk mencoblos dirinya menggunakan foto yang sama dengan kertas suara.
Foto mbak Kondang di surat suara dan aslinya. - Dok Istimewa |
Hal ini berbeda dengan Mbak Casytha dan Mbak Yashinta yang
selalu update mengenai kegiatan mereka bersama masyarakat. Wajah mereka memang
cantik ya sama dengan yang tertera pada kertas suara. Jika mereka menang, banyak
pihak yang setuju karena memang sesuai dengan kenyataannya.
Fenomena caleg DPD berfilter cantik ini bukan kali pertama. Pada
2019 lalu, caleg DPD Evi Apita Maya digugat oleh caleg DPD lain ke MK karena dianggap
menggunakan foto editan berlebihan pada kertas suara. Kasus ini menghebohkan
banyak pihak dan pihak tergugat tetap menjadi anggota DPD. Walau diedit
menggunakan filter, tetapi wajah ibu Evita memang cantik dan masih mirip dengan
wajahnya di kertas suara.
Kisah foto caleg DPD memang sering menjadi kontroversi. Tidak adanya batasan mengenai penyuntingan gambar menjadi salah satu penyebabnya. Selain itu, Keputusan pemilih yang hanya memilih berdasarkan wajah cantik juga menjadi bukti bahwa demokrasi kita belumlah sepenuhnya baik.