Ilustrasi - Harian Jogja |
Pemilihan anggota legistlatif telah memasuki masa penghitungan suara.
Beberapa partai diprediksi mendapatkan kursi di DPR, DPRD
Provinsi, dan DPRD Kota. Mereka saling berebut kursi. Pun demikian dengan
calegnya. Terlebih, pemilu saat ini masih menggunakan sistem proporsional
terbuka. Artinya, pemilih bisa memilih nama caleg dan bukan partai. Tentu, para
caleg jor-joran dengan aneka kegiatannya. Mulai kegiatan sosial dan tentunya
memasang baliho caleg di mana-mana.
Namun, ada beberapa caleg yang memiliki cara unik untuk
menggaet suara. Beberapa diantaranya menyita perhatian publik dan sangat apik
memanfaatkan media sosial TikTok. Video mereka kerap FYP sehingga dilirik oleh
banyak masyarakat luas, tidak hanya di dapilnya saja.
Lalu, siapa saja mereka?
Jamaludin Malik (DPR RI – Golkar – Jawa Tengah II)
Sosok pertama adalah Jamaludin Malik yang maju dari Partai
Golkar untuk DPR RI Dapil Jawa Tengah II. Dapil ini meliputi Kabupaten Demak,
Kabupaten Kudus, dan Kabupaten Jepara. Jamaludin Malik merupakan sosok crazy
rich asal Jepara yang memang berniat maju menjadi anggota dewan.
Keunikannya adalah ia berkampanye dengan menggunakan kostum
Ultraman. Kemunculannya pertama kali dari sebuah akun meme politik yang
mengunggah gambar baliho caleg bergambar Ultraman. Sejak saat itu, namanya
viral dan menyita perhatian publik terutama di media sosial. Tak hanya di media
sosial, beberapa TV nasional juga menyoroti caleg yang dianggap nyeleh
tersebut.
Mulanya, banyak pihak yang memandang negatif pencalegannya.
Masak iya Ultraman nyaleg? Bagaimana nanti saat ia terpilih? Apa hal ini tidak
berarti memilih kucing dalam karung karena kita tidak tahu wajah asli dari sang
superhero?
Caleg ultraman membagikan kaos. - Tiktok Jamaludin Malik |
Namun, caleg ini menepis anggapan negatif masyarakat dengan
aktif mengunggah videonya di media sosial, terutama TikTok. Ia mengunggah
beberapa aksi Ultraman berkampanye dan saat ia menjawab pertanyaan dari netizen
tanpa menggunakan kostum. Ternyata, sosok Jamaludin Malik adalah sosok pria
gemoy yang sering diidentikkan dengan salah satu capres.
Kampanye utamanya adalah berkeliling ke dapilnya dengan
membagikan kaos kuning dengan foto capres gemoy. Kaos itu tak ia bagikan di
jalan, tetapi ia sembunyikan di suatu tempat. Bisa di balik pohon, di dekat pos
ronda, dan di tempat tersembunyi lain. Ia mengunggah video tersebut dengan
harapan ada warga yang menemukan dan mengambilnya.
Lambat laun, model kampanye ini diminati. Banyak warga di
dapilnya penasaran menemukan kaos kuning gemoy. Videonya hampir selalu FYP.
Kadang, ia juga mengirim tim Ultramen untuk misi tertentu. Mulai dari membantu
lansia, melarisi UMKM, dan sebagainya. Beberapa kali Ultraman juga jajan bakso
yang entah bagaimana cara ia memakannya.
Sang Ultraman pun memaparkan visi misinya jika terpilih
yakni ingin memajukan daerahnya. Ia ingin memajukan UMKM di sekitar wilayah
Demak, Pati, dan Kudus. Lantaran sudah viral, maka elektabilitasnya pun
menanjak. Banyak komentar dari warga Tiktok siap memilihnya terutama yang
berada di dapilnya.
Hasilnya pun berbanding lurus. Hingga tulisan ini dibuat,
Jamaludin Malik berhasil menjaga asa masuk parlemen. Meski ia berada di urutan
kedua dalam perolehan suara satu partai, tetapi kemungkinan besar Golkar
mendapat dua kursi. Padahal, pada pemilu sebelumnya, partai ini hanya mendapat
satu kursi. Berkat sang Ultraman, suara Golkar terdongkrak naik mengalahkan
PDIP dengan persentase 23,86%.
Kukuh Haryanto (DPRD Kabupaten – Partai Demokrat – Wonogiri)
Kulonuwun..
Sugeng tepang kulo Kukuh Haryanto
Caleg DPRD Kabupaten Wonogiri Dapil Siji
Mboten saged mboten saged nyangoni
Mboten purun mboten purun njanjeni
DPRD kertase werno ijo
Kukuh nomer papat saka Partai Demokrat
Kalian yang mendengar lagu ini, terutama dari bocil-bocil
meresahkan, pasti tak asing dengan sosok pria berambut gimbal yang membawa
gitar. Sosok tersebut tak lain adalah Kukuh Haryanto, caleg DPRD Wonogiri Dapil
1 dari Partai Demokrat.
Sosok Kukuh menjadi buah bibir di dunia maya karena ia
mengunggah lagu-lagu kampanye yang ia ciptakan sendiri. Kukuh adalah seorang
pengamen di jalanan Kota Wonogiri yang begitu berani nyaleg DPRD Kabupaten. Ia
menciptakan sendiri beberapa lagu kampanye untuk dirinya, partai, dan capres
yang didukungnya. Ia juga membuat lagu kampanye untuk rekan satu partainya di
dapil lain.
Kukuh Haryanto sedang bernyanyi, - Tiktok Kukuh Haryanto |
Kreativitas Kukuh ini mampu merebut perhatian warganet.
Banyak videonya yang FYP dan digandrungi, terutama oleh para bocil. Banyak
bocil yang menyanyikan ulang lagunya, terutama saat di sekolah. Ada pula yang
memakai aksesoris yang menyerupai rambut gimbal seperti Kukuh. Alhasil, Kukuh
menjadi salah satu role model caleg meski ia sering dikatakan caleg idola
bocil.
Majunya Kukuh tak lantas mendapat dukungan, sama seperti
Jamaludin Malik. Banyak komentar negative mengenai dirinya. Kebanyakan komentar
menuliskan “kukuh saat debat” dengan emoticon batu. Ada pula yang berkomentar
visi misi caleg ini untuk memperbaiki ekonomi sendiri karena berasal dari
kalangan menengah ke bawah.
Walau banyak yang meremehkannya, Kukuh tak pantang menyerah.
Ia terus berkampanye dan membuat lagu. Tak disangka, ia malah didukung Mantan
Presiden SBY langsung melalui telepon. Pak SBY mengucapkan terima kasih kepada
Kukuh berkat lagu dan videonya, nama Partai Demokrat naik.
Sayang, viralnya namanya di TikTok tidak serta merta membuat
ia bisa mulus menjadi anggota dewan. Dari hasil sementara Situng KPU, Partai
Demokrat diprediksi tidak mendapat kursi di DPRD Wonogiri dari Dapil 1.
Alasannya, kekuatan PDIP masih terlalu besar untuk ditaklukkan.
PDIP diprediksi mendapatkan 8 kursi, disusul PKS, Golkar,
dan Gerindra yang masing-masing mendapat 1 kursi. Dominasi partai banteng
memang sangat kuat di sini. Walau demikian, proses perhitungan masih
berlangsung dan bisa saja suara Partai Demokrat bisa naik. Sementara ini, dalam
satu partai, suara Kukuh masih yang tertinggi.
Fariz Egia Gamal (DPRD Provinsi – Partai Gelora – DKI Jakarta)
Tanpa mengeluarkan uang sepeser pun kecuali paketan data. Itulah
prinsip yang dibawa oleh Fariz Egia Gamal, caleg DPRD DKI Jakarta dari Dapil 7
(Cilandak, Kebayoran Baru, Kebayoran Lama, Pesanggrahan, Setia Budi). Bro Gamal
– sapaan akrabnya – bertekad untyk nyaleg dengan tidak memakai baliho, spanduk,
atau alat peraga kampanye lain.
Ia hanya bermodal cuap-cuap di medsos – terutama TikTok –
dalam menarik atensi dari para pemilih. Bro Gamal menggunakan sarana media sosial
untuk membahas berbagai permasalahan, terutama masalah perkotaan. Mulai parkir
liar, pungli, dan beberapa keruwetan lainnya. Ia membahas berbagai masalah
tersebut dari berbagai aspek untuk didiskusikan.
Semangat nyaleg yang dilakukannya sebenarnya hanya sebagai
batu loncatan. Ia ingin menjadi wali kota di Bodetabek sehingga bisa memecahkan
masalah yang ada. Salah satu masalah yang ia bawa dalam kampanyenya adalah
semangat anti feodalisme.
Bro Gamal yang menganggap dirinya caleg independen |
Ia begitu benci dengan segala hal yang berbau feodalisme,
seperti KKN, parkir di pinggir jalan, dan sebagainya. Makanya, ia hadir untuk
memberantas feodalisme agar bibit-bibit kuasa sejak zaman dahulu kala ini bisa
terkikis habis.
Uniknya, ia tak mengkampanyekan partainya. Ia mengaku
menjadi caleg independent. Artinya, ia hanya numpang slot caleg yang masih
kosong di sebuah partai. Ia hanya mengkampanyekan dapil tempat ia bertarung dan
nama lengkapnya. Ia baru memberi tahu partai ia bernaung, yakni Partai Gelora
yang merupakan partai besutan Fahri Hamzah.
Sayangnya, dari hasil perhitungan sementara, Partai Gelora
diprediksi tidak mendapatkan kursi dari Dapil 7 DKI Jakarta. Partai ini hanya
mampu meraih suara sebanyak 4,05 persen dan jauh dari partai besar lain. Mungkin
karena tidak pernah turun di masyarakat sehingga ia kurang dikenal. Memang, ia
dikenal luas oleh masyarakat tetapi itu hanya dari Tiktok saja.
Itulah beberapa caleg nyleneh dalam berkampanye. Menurut Anda,
siapa yang paling efektif menarik suara?
Komeng juga unik, tanpa kampanye tp post foto unik di kertas suara
ReplyDeleteSetidaknya politik saling menjatuhkan saat ini mulai berkurang intensitasnya, kecuali untuk pemilu capres.
ReplyDelete