Ilustrasi. - radar sampit |
Euforia yang besar terhadap hasil pilpres membuat kita lupa dengan gelaran pemilihan anggota legislatif (pileg).
Padahal, gelaran pileg ini juga penting karena menyangkut
masa depan kita sebagai warga negara. Kinerja eksekutif yang menyelenggarakan
pemerintahan negara akan dipantau oleh mereka yang duduk di legislatif. Makanya,
mencermati hasil pemilu legislatif tidak kalah pentingnya dengan mencermati
hasil pilpres.
Persaingan pileg kali ini cukup ketat. Banyak partai baru
bermunculan. Dengan batas ambang parlemen sebesar 4%, maka semua partai akan
berlomba-lomba untuk bisa memenangkan hati rakyat. Mendapatkan suara sebesar 4%
nasional tidaklah mudah. Perlu usaha keras dan determinasi tinggi agar partai
dan para calegnya gagal.
Nah, persaingan cukup ketat terjadi di beberapa daerah
pemilihan (Dapil) yang disebut sebagai Dapil Neraka. Sebutan dapil neraka ini
disematkan karena persaingan yang panas di sana. Dengan jumlah kursi yang diperebutkan
sangat sedikit yang tak sebanding dengan jumlah caleg yang bersaing, maka fase neraka disematkan pada dapil ini. Dapil neraka
juga menyuguhkan persaingan antar caleg yang menyandang nama cukup besar.
Ada artis, politisi senior, tokoh masyarakat setempat,
hingga para petarung baru dengan modal kuat. Mereka akan jor-joran sedemikian
masif agar memperoleh suara sebanyak-banyaknya. Kadang, usaha keras mereka
membuat para pemilih di dapil tersebut jengah karena baliho dan spanduk yang
terpasang sangat banyak dan menjemukan.
Caleg yang menjadi petahana di Dapil Neraka diuntungkan
dengan bangunan massa yang sudah kuat. Mereka tinggal menguatkan bangunan
tersebut karena sudah terjalin selama 5 tahun terakhir, terutama ketika masa
reses. Caleg yang bukan sebagai petahana akan sekuat tenaga mengalahkan
petahana karena mereka belum memiliki bangunan massa sekuat caleg petahana. Mereka
masih mendalami “medan tempur” agar bisa meraup suara signifikan.
Persaingan antara caleg petahana dan non petahana ini akan
semakin meruncing menjelang masa tenang. Tentu, politik uang akan juga bersuara
di sini karena bagaimanapun masyarakat kita masih pragmatis. Memandang caleg
beruang sebagai caleg yang bisa mereka pilih meski sebenarnya hal ini adalah
sebuah kesalahan.
Lalu, dapil mana saja yang dianggap sebagai Dapil Neraka?
Dapil Jawa Timur I (Surabaya-Sidoarjo)
Dapil tempat saya bekerja ini merupakan dapil yang cukup panas
persaingannya. Di sini, ada banyak artis, tokoh lokal, tokoh nasional, hingga
petahana yang bertarung. Baliho dan spanduk bertebaran seantero Surabaya dan
Sidoarjo.
Dimulai dari PKB, ada artis Arzeti Bilbina yang kini
berstatus sebagai petahana. Dari Partai Gerindra, ada petahana Bapak Bambang Haryo
dan Musisi Ahmad Dhani. Untuk Musisi Ahmad Dhani ini, ia sangat niat dalam
berkampanye karena sering memasang baliho saat bocil dan remaja yang membuat
orang tertarik untuk melihat.
PDI Perjuangan yang tahun sebelumnya mendapat tiga kursi
juga all out dengan memajukan cucu Bung Karno, Puti Guntur. Ada pula tokoh Persebaya
Indah Kurnia yang juga ibu dari aktris Verlita Evelyn. PDIP juga memajukan
mantan Walikota Surabaya, Bambang DH dan penyanyi kawakan Andre Hehanusa.
Persaingan juga diberikan oleh Partai Perindo yang memajukan
anak dari sang ketum, Angela Tanoesudibjo dan koki nasional, Chef Arnold. Baliho
Angela terpajang dengan masif se-Surabaya dan Sidoarjo. Masih ada beberapa nama
lain seperti artis Krisna Mukti dari Nasdem, Tom Liwafa dari PAN, Adies Kadir
dari Golkar, dan Lucy Kurniasari dari Partai Demokrat.
DKI Jakarta II (Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Luar Negeri)
Dapil neraka selanjutnya adalah DKI Jakarta II yang meliputi
Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, dan Luar Negeri. Dapil ini menjadi dapil neraka
karena hanya 7 kursi yang diperebutkan dengan jumlah caleg yang cukup banyak
dan sebagian besar tokoh nasional. Dapil ini juga mencakup pemilih dari luar
negeri sehingga persaingan juga semakin ketat.
Ada nama Ida Fauziah dari PKB yang merupakan Menteri Tenaga
Kerja. Partai Gerindra memajukan petahan Himmatul Aliyah yang merupakan
petahana dengan basis massa kuat. PDIP yang tahun sebelumnya mendapat dua
kursi, kini kembali memajukan dua petahana yakni Eriko Satorduga dan Masinton
Pasaribu. Jangan lupakan penyanyi Once Mekel yang juga maju dari PDIP.
Dari Partai Nasdem ada nama Effendy Choirie (Gus Choi) yang
merupakan salah satu tokoh NU. Di partai ini juga ada Okky Asokawati yang
merupakan model kawakan. Nah, dari PKS ada juga sesepuh dari anggota DPR/MPR. Siapa
lagi kalau bukan Bapak Hidayat Nur Wahid. Bapak ini udah nyaleg sejak saya
masih SMP sampai sekarang dan terplih terus.
Persaingan ketat juga terjadi di PAN. Di sini, ada nama mantan
Menpora, Adhyaksa Dault, artis Kuya Kuya, dan artis yang juga dokter Lula Kamal.
Setelah ditinggal Tsamara Amany, PSI kini memajukan tokoh kontroversial Ade
Armando sebagai caleg andalan di dapil ini.
Nah, yang tak kalah gokil adalah Perindo yang memajukan
istri dari bos besarnya yakni Liliana Tanoesudibjo. Selain Cik Lili, ada juga
nama Prabu Revolusi, mantan penyiar berita dan Carla Yules, Miss Indonesia 2020
yang juga 6 besar Miss World 2021. Saya masih gak ngeh mengapa Carla mau
nyaleg.
DKI Jakarta III (Jakarta Barat dan Jakarta Utara)
Dapil DKI Jakarta III yang meliputi Jakbar dan Jakut juga
tak kalah seru. Ada nama Riza Patria dan Rahayu Saraswati (keponakan Prabowo) dari Gerindra. Ada petahana
Darmadi Durianto dan Charles Honoris dari PDIP, Ahmad Sahroni dari Nasdem dan
Adang Darajatun dari PKS.
Jangan lupakan Sigit Purnomo alias Pasha Ungu dan Stefan
Willy dari PAN. Ada juga Grace Natali, Harianto Arby, dan Cheryl Tanzil dari
PSI. Perindo juga tak mau kalah dengan memasang Ci Mehong yang sempat viral dan
anak dari Hary Tanoe, Valencia.
Jawa Barat I (Kota Bandung dan Kota Cimahi)
Dapil Jawa Barat I ini juga dikenal Dapil Neraka sejak dulu.
Lantaran ada banyak pesohor yang bertarung di dapil ini. Ada nama penyanyi Melly
Goeslow dari Gerindra. Mantan presenter Nico Siahaan dan penyanyi Marcel Siahaan
dari PDIP. Ada juga mantan artis Nurul Arifin dan istri mantan Gubernur Jabar,
Bu Atalia.
Partai Nasem juga memajukan nama mantan presenter Farhan. Ada
juga pengacara kontroversial Farhat Abbas dari Partai PKN. PSI memajukan nama penyanyi
Giring Ganesha. Partai Perindo memajukan nama anak Hary Tanoe, yakni Clarissa
Tanoesudibjo.
Banten III (Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan)
Dapil neraka yang tak kalah sengit terjadi di Banten III. Di
sini, beberapa nama yang pernah menjabat kepala daerah maju untuk memperebutkan
kursi legislatif. Mereka adalah Airin Rahcmi Diany yang merupakan mantan walikota
Tangsel. Ada juga dua mantan Gubernur Banten yakni Rano Karno dari PDIP dan
Wahidin Halim dari Nasdem. Sungguh, tiga kursi seakan sudah dikunci oleh tiga
nama tadi walau belum tentu juga akan menang.
Selain nama mantan kepala daerah di atas, ada nama petahana
dari Gerindra, Prof. H. Sufmi Dasco Ahmad. Ada juga artis Virnie Ismail dari
PAN, Isyana Bagus Oka dari PSI, dan tentunya bos besar MNC yang merupakan Ketua
Umum Perindo, Hary Tanoesudibjo. Dapil ini sendiri hanya memperebutkan 10 kursi.
Itulah beberapa dapil neraka yang persaingannya sangat ketat.
Sebetulnya, masih ada dapil neraka lain seperti DKI Jakarta I (Jakarta Timur),
Jawa Tengah IV (Karanganyar, Sragen, Wonogiri), Jawa Timur V (Kota Malang,
Kabupaten Malang, Kota Batu), dan beberapa dapil lainnya.
Sebenarnya semua dapil adalah dapil neraka karena semua caleg harus all in memperebutkan kursi yang sangat terbatas.