Jika dulu kita mengetahui makanan yang enak dari mulut ke mulut, kini sejak adanya media sosial semuanya berubah.
Setiap hari, ada saja tempat kuliner baru yang bermunculan dan viral di media sosial. Saban hari, ada saja unggahan dengan VT yang menggiurkan mengenai kuluner yang dianggap enak, lezat, murah, dan kekinian. Alhasil, setiap orang seakan berlomba-lomba untuk mendapatkan kuliner baru yang bisa dicap sebagai kuliner kekinian.
Kuliner viral tersebut seakan setiap hari menghiasi linimasa alias FYP Tiktok saya. sejak YouTube mulai ditinggalkan, kini orang-orang mulai menggunakan Tiktok sebagai referensi. Dari yang sekadar scroll-scroll iseng, lama-lama menjadi sebuah kegiatan hunting kuliner baru.
Semua memang tak masalah. Berkat TikTok banyak UMKM yang merintis usaha kuliner dari nol bisa ramai. Bekat TikTok orang yang mulanya tidak berpenghasilan menjadi mendulang banyak cuan. Berkat TikTok pula, warung atau usaha yang awalnya sepi menjadi ramai dengan banyak pembeli, baik oflline maupun online.
Salah satu usaha kuliner yang menarik perhatian saya adalah Salad dan Sop Buah Irine. Kalau tak salah, usaha ini dikelola oleh seorang ibu bernama Mbak Irine yang berada di daerah Wringinanom, Gresik. Saat pertikaian salad buah antara Nenynis Food dan SaladNyoo sudah tak seramai dulu, salad buah Irine makin berkibar dan seakan menguasai pangsa pasar per-salad-an di Jawa Timur.
Saya kurang paham mengenai awal mula usaha ini bisa ramai. Yang saya tahu, saat itu viral video ia berjualan di mobil di sebuah perumahan. Saya pernah sekali langsung melihat ia berjualan di pinggir jalan seperti itu. Mulanya saya penasaran ingin mengetahui dan membeli salad yang ia jual. Namun, melihat antrean yang sangat panjang, saya pun mengurungkan niat.
Pada waktu selanjutnya, saya mulai melihat VT ia berjualan salad di rumahnya dengan sistem jastip. Jadi, sudah banyak orang yang antre membeli salad untuk dijual kembali. Satu buah salad kalau tak salah rata-rata dijual 5.000 lebih mahal dari aslinya jika pembeli membeli lewat jastip.
Nah yang saya heran, jumlah box salad yang dijastipi selalu ratusan tiap orang. Ada yang sampai menjastipi orang hingga totalnya 5 juta rupiah lebih. Semakin lama semakin banyak orang yang datang. Bahkan, kini mereka harus rela tidur di pelataran rumah penjual tersebut demi bisa mendapatkan salad. Yang antre sampai puluhan dan satu orang bisa membeli untuk jastip sampai ratusan. Kalau ditotal, berapa pendapatan yang diperoleh?
Tidak hanya menguntungkan penjual salad tersebut, para pembuka usaha jastip juga kecipratan rezeki. Jika mereka mendapat untung 5.000 untuk satu box salad, berapa rupiah yang mereka kantongi jika bisa menjual kembali 200an salad? Bisa jadi, mereka bisa mengantongi minimal 1 juta rupiah dalam sekali jastip. Itulah mengapa semakin hari para pembeli salad ini semakin ramai.
Saya pun akhirnya penasaran dan membeli salad ini lewat jastip yang melayani area Wiyung,Lakarsantri, dan sekitarnya. Sempat bingung mencari waktu yang pas akhirny saya bisa mendapatkan salad buah saat malam hari. Padahal, salad tersebut dibuat siang hari dan sudah menempuh perjalana jauh.
Soal rasa memang lumayan enak tetapi karena sudah cukup lama ya ada beberapa buah yang sudag tidak segar seperti alpukat. Makanya, saya heran kalau ada orang yang rela beli pada jastip dengan jarak lokasi yang jauh. Semisal, ada jastip salad buah ini sampai ke Malang dan Kediri. Lah, itu berapa lama perjalanan dari Gresik. Wong yang ke Surabaya seperti saya sudah kurang fresh apalagi yang sudah berada di jalan berjam-jam?
Namun, yang namanya viral ya tetap saja banyak orang penasaran. Rasa penasaran ini kadang mengalahkan logika berpikir. Maksud saya begini. Itu kan produk kuliner yang cepat busuk terutama jika disimpan lama dan berada di perjalanan. Tidak semua jastiper memiliki SOP yang bagus dalam menyimpan salad yang mereka beli. Kalau orang paham dengan jarak sejauh itu, pasti kualitasnya akan berbeda. Rasanya pun akan berbeda sehingga kalau saya sih lebih baik mencari salad lain yang belinya dekat dan fresh.
Cuma semua itu kembali ke masing-masing orang. Yang jelas, apa yang viral di TikTok tidak semuanya sesuai dengan ekspektasi kita. Ada berbagai trik dan tipuan yang membuat kuliner yang ditampilkan terlihat enak dan menarik dikonsumsi.
Saya pernah sekali penasaran dengan sebuah kedai mie yang digambarkan di TikTok dengan narasi yang menggugah selera. Mie tersebut disajikan di sebuah hotplate dengan aneka rasa yang menggoda. Saya tertarik karena dari penampilannya tampak seperti kekinian tetapi tidak melupakan usnur kearifan lokal. Lantaran ada promo, saya pun akhirnya tertarik mencoba.
Kebetulan, kedai tersebut cukup jauh dari rumah saya. Namun, saat itu ada kondangan yang melewati kedai tersebut. Saya pun datang ke sana dan ternyata kedainya sepi. Saya adalah satu-satunya pembeli saat itu. Saya pun memesan mie yang dalam narasi VT menarik.
Eh ndilalah harganya cukup mahal jika dibandingkan mie semacam itu. Tak apalah mungkin rasanya enak. Saat menyantapnya, kok biasa-biasa saja ya. Enak sih tetapi tidak sesuai ekspektasi saya dengan bumbu yang melimpah dan kuat. Cuma karena saya tidak terlalu suka komplain makanan akhirnya ya saya habisnya. Akhirnya saya sih cukup tau saja dan mungkin tidak mau kembali lagi untuk membeli kecuali jika ditraktir.
Dari pengalaman ini, saya sadar bahwa kuliner yang viral di TikTok adalah fatamorgana semata. Semuanya tergantung resto atau kedai masing-masing. Kedai yang enak meski tidak viral pasti tetap ramai pembeli. Sebaliknya, kedai yang tidak terlalu enak, walau dinarasikan semenarik apa pun akhirnya ya akan sepi jika banyak orang terkecoh.
aku baru tau salad Irine dari postingan story mas Ikrom, heran juga kok bisa sampai seviral itu, kalau viral mungkin bukan hal aneh.
ReplyDeleteYang aneh buatku sampe dijastipin, kalau barang masih oke, lah ini makanan yang mayonaisenya biasanya udah kecampur sama buahnya
Kalau jastip bakpia masih mending