Threads, Euforia Semu atau Lambang Kejenuhan Bermedia Sosial

Ilustasi. dok CNN

Beberapa waktu terakhir ini, lini media sosial kita dihadirkan oleh sebuah platform media sosial baru.

Siapa lagi kalau bukan Threads. Aplikasi media sosial milik Mark Zuckenburg yang digadang-gadang akan menyaingi Twitter. Bak makanan dan minuman viral, Threads muncul sebagai sesuatu yang baru dan menarik perhatian publik. Hampir sebagian besar pengguna Twitter atau bukan pengguna Twitter mengunduh Threads pada aplikasi mereka.

Mereka seakan berlomba untuk mencari tahu bagaimana rasanya menggunakan aplikasi ini dan menggunakan fitur di dalamnya. Mereka juga penasaran apakah dengan bermain sosial media Threads ini, para penggunanya akan mendapatkan keasyikan tersendiri.

Threads hadir sebagai jawaban atas apa yang dilakukan oleh Elon Musk – pemilik Twitter. Elon melakukan pembatasan bagi para pengguna Twitter yang tidak terverifikasi biru. Pembatasan dilakukan dengan membatasi jumlah postingan atau tweet yang bisa dilihat dan jumlah reply yang bisa dilakukan. Bagi mereka yang setiap jam atau menit membuka Twitter, tentu hal ini sangat tidak mengenakkan.

Mereka tidak bisa membaca apapun yang sedang viral atau topik hangat yang sedang dibicarakan. Mereka tidak bisa nimbrung komentar atau buah pikiran mereka. Mereka juga merasa apa yang dilakukan Elon sangat tidak mengenakkan. Ia dianggap hanya cari cuan banyak dengan menjual akun verifikasi biru.

Puncaknya, beberapa akun harus tersuspensi karena dianggap melakukan kegiatan yang tidak wajar. Salah satunya adalah akun resmi milik PT KAI @kai121. Akun ini hilang beberapa hari karena dianggap melakukan kegiatan tak wajar. Salah satunya adalah penggunaan pihak ketiga dalam membalas twit atau pesan.

Padahal, akun tersebut memang harus melakukannya. Dengan jumlah pesan dan tweet yang masuk, melakukannya secara manual akan sangat kerepotan. Akun tersebut juga sangat membantu dalam memberi informasi mengenai perjalanan kereta api. Dengan hilangnya akun tersebut selama beberapa hari, praktis cukup merugikan banyak pelanggan KAI termasuk saya yang tidak bisa mendapat jawaban atas masalah yang saya hadapi.

Nah, dengan berbagai huru-hara yang terjadi di Twitter, Mark tiba-tiba memberikan angin segar. Ia mengumumkan sudah membuat media sosial bernama Threads. Media sosial ini terintegrasi dengan Instagram meski tidak secara penuh.

Saya baru tahu ada Threads ini dari teman-teman Instagram yang mengunduhnya. Ketika saya mulai mengunduh, secara otomatis saya bisa memilih untuk mengikuti atau tidak mengikuti teman-teman saya. Foto profil pun bisa menggunakan foto profil di Instagram. Warna logonya pun sama dengan Instagram. Hanya saja tampilannya saja yang mirip Twitter.

Ada ikon love untuk suka. Ada ikon komentar untuk reply. Ada ikon panah dua untuk membagikan ulang atau retweet kalau di Twoitter. Tampilan Threads pun sangat mirip Twitter. Aplikasinya juga pasti lebih ringan dibandingkan Instagram.

Saya memaknainya jika Instagram adalah Suroboyo Bus, maka Threads adalah Feeder Wira-wiri. Facebook adalah angkot/lyn/bemo yang sudah usang sedangkan Twitter adalah aplikasi ojek online yang harus bayar mahal jika mau menggunakannya.

Perlahan tapi pasti, eksodus pengguna Twitter beralih ke Threads. Unduhan pun mencapai puluhan juta pengguna dalam beberapa waktu jam sama. FOMO ini mirip dengan apa yang saya saksikan saat Facebook membunuh Friendster pada era 2008-2010. Saya masih ingat teman-teman yang mulanya sangat antusias mengutak-atik CSS Friendster lalu mulai beralih ke Facebook.

Namun, kini Facebook malah bernasib hampir sama meski masih ada pengguna yang setia. Emak-emak dan bapak-bapak misalnya yang sudah kadung nyaman menggunakan Facebook. Berbagai forum jual beli dan komunitas lokal juga masih menggunakan Facebook sebagai media sosial andalan.

Bagaimana dengan Twitter? Apakah akan mengalami hal yang sama?

Terlalu dini untuk mengatakan demikian. Walau dianggap kurang menguntungkan dan Elon melakukan banyak hal yang dianggap blunder, tetap saja Twitter sudah sangat besar. Berbagai pemikiran dan opini sudah sangat sesak di Twitter. Berbagai hal dengan kata ajaib Twitter do your magic juga setiap detik menghiasi lini masa.

Tampilan Threads saya


Twitter sudah dianggap memiliki bargaining yang besar dalam berbagai hal. Berbagai kasus yang viral dan membuat banyak pihak terhentak juga berasal dari Twitter. Walau kini Tiktok juga melakukan fungsi yang sama, tetap saja tanpa tayang di Twitter rasanya kurang nendang.

Twitter juga kerap menjadi acuan dalam mencari informasi update terkini seputar apapun. Entah kecelakaan, kebakaran, konser, atau apa pun. Kecepatan arus informasi di Twitter masih dianggap paling cepat dibandingkan media sosial lain. Hanya Tiktok yang dianggap bisa menyainginya meski tidak semua orang mau menginstal Tiktok dengan alasan media sosial ini adalah bentuk pembodohan.

Kembali ke Threads, meski tampilannya mirip dengan Twitter, tetapi algoritmanya belum bisa seperti Twitter. Laman Threads saya diisi oleh para artis dan teman. Tidak ada perbedaan for you dan following yang membatasi interaksi kita. Threads pun bagi saya mirip dengan Facebook pada permulaan yang isinya lini masa teman-teman yang saya ikuti. Threads juga tak ubahnya Path yang isinya circle dekat saya dengan segala keluh kesahnya. Tak ada akun entah siapa yang tiba-tiba muncul.

Walau begitu, jika Threads akan menjadi angin segar bagi orang-orang yang sudah muak dan jengah dengan media sosial. Mereka yang ingin bermedia sosial seperti Facebook pada 2008an akan mulai mengunduh Threads. Masih tidak seramai dan tidak membuat otak pusing dengan berbagai informasi yang harus masuk ke otak.

Entah bagaimana nanti Mark akan mengembangkan Threads ini. Masih banyak hal yang perlu pembenahan seperti suara video yang tak muncul. Jika Threads bisa menjawab apa yang dibutuhkan orang mengenai media sosial, makai akan bertahan lama. Jika tidak, nasib seperti Path akan menghantuinya.

2 Comments

  1. memang ada eranya juga ya mas Ikrom, kayak Path dulu yang nggak bertahan lama juga. Pas aku donlot si Threads ini awalnya agak aneh, aku ga follow artis tapi malah yang muncul artis, jadi kayak kecampur gitu, mana yang beneran aku follow sama yang enggak

    ReplyDelete
  2. Aku ikut-ikutan install Threads karena ingin mencari pengganti Twitter sewaktu kemarin Elon memberikan views limit. Setelah Threads kucoba, aku gak cocok dan gak suka. Jadi aku uninstall saja. Yang penting aku sudah mengakuisisi username insanayu. Hihihi

    ReplyDelete
Next Post Previous Post