Suasana menari anak-anak TK |
Minggu kemarin, saya diminta untuk mengabadikan momen kegiatan pelepasan siswa TK dan Kelompok Bermain.
Kebetulan, Kepala Sekolah KB-TK tersebut adalah tante saya. Beliau tahu kalau saya sekarang gemar membuat video di You Tube sehingga meminta saya untuk melakukan kegiatan tersebut. Mumpung lagi libur panjang ya saya sanggupi. Apalagi, katanya ada bayaran khusus untuk melakukannya. Langsung dong saya semangat, hehe meski jujur saya akui saya belum pro mengenai masalah pembuatan video ini.
Singkat cerita, saya datang di sebuah hotel di dekat Balaikota Malang. Acara pelepasan tersebut memang bagi saya terkesan cukup mewah untuk ukuran KB-TK. Menyewa gedung aula hotel tentu tidak murah. Apalagi, harga sewa juga termasuk makanan dan minuman yang disediakan oleh pihak hotel.
Kata tante saya, wali murid KB dan TK di sana tak masalah. Kebetulan memang sekolahnya juga diisi oleh siswa yang orang tuanya secara finansial cukup mampu. Wong SPP tiap bulan saja mencapai ratusan ribu rupiah belum ada iuran ekskul dan lain sebagainya. Makanya, mereka mau membayar apa pun asal mendapatkan fasilitas sebaik-baiknya. Toh juga sudah ada kegiatan rapat dan sejenisnya yang didukung oleh semua wali murid.
Tidak hanya itu, kata tante saya dengan melakukan kegiatan tersebut di hotel, maka pihak sekolah tidak perlu repot untuk melakukan berbagai kegiatan persiapan. Mereka hanya perlu memesan banner dan membawa kursi kecil untuk siswa yang akan tampil. Kalau acara dilakukan di sekolah, pihak sekolah harus menyewa tenda, menata dekor, dan lain sebagainya. Lebih praktis dan tidak capai apalagi semua guru di sekolah tersebut adalah wanita.
Nah, karena saya membuat video dari awal acara, maka saya pun merekam dengan jelas segala keriuhan dan kehebohan mama-mama dan para guru dalam menyiapkan acara. Salah satunya adalam mama-mama wali murid yang sudah heboh mengenakan seragam lengkap dengan mahkota ala-ala Puteri Indonesia. Saya sampai salut lho sama mereka pagi sekali sudah siap dengan berbagai perlengkapan mulai pernak-pernik yang akan diberikan siswa hingga berbagai atribut lain.
Belum lagi mereka juga harus merias anak-anaknya terutama yang wanita untuk tampil di panggung. Saya lihat siswa-siswi yang menari juga memakai baju yang sangat bagus. Tentu, persiapan yang dilakukan juga tak main-main.
Nah, ketika melihat siswa yang tampil, terutama ketika menari, setidaknya saya menggolongkan siswa dalam tiga kategori. Pertama, siswa yang benar-benar hafal gerakan. Siswa ini biasanya jadi tumpuan guru dan siswa lainnya.
Ia akan diminta untuk tetap fokus dan menjadi center dari gerakan. Ritme tarian akan bertumpu padanya. Jika ia salah atau lupa, maka temannya yang lain juga akan melakukan hal yang sama. Sebaliknya, jika ia hafal dan lancar, maka tarian akan sukses.
Ketagori kedua adalah siswa yang tidak hafal gerakan. Ia akan terus melihat gerakan temannya dari awal hingga akhir. Biasanya, ia akan terlambat satu atau dua ketukan dalam gerakan tarian. Meski membuat tarian menjadi tidak kompak, tetapi siswa tersebut juga layak diapresiasi karena berani tampil. Kalau tidak melihat siswa yang hafal, biasanya mereka juga melihat guru yang berada di samping panggung. Jujur, ketika saya TK dulu, saya termasuk tipe ini karena mengandalkan teman atau guru yang sudah hafal gerakannya.
Kategori ketiga yang sebenarnya bikin deg-degan tetapi malah bikin ngakak adalah siswa yang tidak peduli dengan gerakan asli tarian. Ia seakan punya gerakan sendiri yang menurut dia benar. Biasanya, ia salah dalam urutan gerakan atau arah gerakan. Contohnya, jika seharusnya gerakan ke kiri, maka ia akan ke kanan atau sebaliknya. Alhasil, kadang ia bertabrakan dengan siswa lainnya dan tak jarang malah terjadi pertengkaran di atas panggung. Untung saja, saat merekam kegiatan tersebut, saya tak sampai melihat pertengkaran di atas panggung. Hanya ada siswa yang menangis tak mau tampil entah alasannya apa.
Tidak hanya siswa, para wali murid dan guru juga tak mau kalah untuk tampi. Para wali murid yang berseragam dengan mahkotanya menari tarian Melayu. Pun demikian dengan para guru yang tampil dengan tarian lagu-lagu daerah di Indonesia.
Bagi saya penampilan wali murid dan guru menjadi catatan baik karena siswa akan belajar untuk berani tampil di depan dari orang tuanya. Selama ini, kita hanya tahu anak didorong untuk berani tampil oleh orang tua dan guru mereka. Padahal, mereka juga perlu sesekali mendapatkan contoh berani tampil untuk berkreasi. Orang dewasa memang seharusnya menuntut apa yang bisa dilakukan anak tetapi mereka mencontohkan bagaimana cara melakukan kegiatan tersebut.
Semakin bertambahnya tahun, semakin berkembang pula acara pelepasan TK ini. Sisi positifnya, makin banyak pekerja yang terlibat tidak hanya di sekolah saja. Makin besar peran wali murid dalam menyiapkan acara sehingga keberhasilan acara bisa dicapai. Meski tentu tidak membutuhkan biaya sedikit. Kalau masalah ini tergantung preferensi dari tiap wali murid.
Mereka tentu sudah menimbang sebelum memutuskan anaknya bersekolah di mana. Yang pasti, namanya sekolah TK, pengajaran mengenai budi pekerti dan pembelajaran karakter tetap yang utama. Apapun TK-nya, pembelajaran dan pembiasaan baik harus tetap menjadi kunci utama dalam memilih sekokah TK. Bukan semata pada meriahnya acara pelepasan yang diadakan setiap tahunnya.