Minyak oles jadi andalan |
Menaiki transportasi umum menjadi hal yang saya lakukan beberapa waktu terakhir.
Diselingi dengan menggunkan transportasi pribadi, transportasi
umum masih menjadi andalan saya untuk bepergian. Harga tarif yang murah menjadi
alasan saya melakukannya. Tak hanya itu, saya bisa istirahat sembari menikmati
suasana.
Meski begitu, menggunakan transportasi umum harus siap
dengan segala risikonya. Termasuk, saat saya harus berhadapan dengan kondisi
panik akibat kesehatan yang terganggu. Biasanya, saya memang sedia payung
sebelum hujan. Jika merasa kondisi badan tidak fit, saya menunda perjalanan
atau menggunakan transportasi online.
Walau demikian, namanya keadaaan tidak selalu mulus sesuai
dengan perencanaan. Kadang, kita sudah merasa sehat dan baik-baik saja, eh pas
naik kendaraan umum malah terjadi kondisi saat tubuh kita tidak fit tiba-tiba.
Dari beberapa kejadian, ada empat serangan yang membuat saya
cukup panik akibat gangguan kesehatan. Kadang, serangan ini bisa terjadi saat
pertengahan saya naik kendaraan umum atau bahkan baru saat naik. Jarang sekali
datang saat saya sudah mau turun dari kendaraan umum.
Kaki kram yang menyakitkan
Kaki yang mendadak kram menjadi momok tersendiri bagi saya. Walau
intensitasnya tidak sering dan bahkan jarang sekali terjadi, tetapi kejadian
bulan ini membuat saya ngeri. Ceritanya, saya baru saja naik Suroboyo Bus dari
Halte Embong Malang.
Sebelum naik, saya memang jalan-jalan sebentar di Tunjungan
Plaza dan shalat setelah seharian membuat konten keliling Surabaya. Nah, saat
saya akan menuju bangku penumpang di bagian belakang, tiba-tiba kaki saya
tertarik kencang. Reflek, saya pun berteriak dan membuat para penumpang heboh.
Duh, bisa-bisanya saya membuat kegaduhan. Untung saja tidak
viral. Kaki saya mendadak kram dan sakit yang amat sangat. Saya merasakan kaki
saya sulit digerakkan. Di sebelah saya, ada bapak-bapak yang lalu berpindah
posisi dan meminta saya untuk selojoroan di kabin bus. Ada ibu-ibu yang
langsung memberikan balsemnya untuk diberikan pada saya.
Bapak itu lalu menarik kaki saya dan memijat pelan. Meski begitu,
saya langsung berteriak kencang kembali yang membuat penumpang kembali heboh. Duh.
Saya sangat beruntung kondisi bus tidak terlalu ramai dan sang
kondektur sangat baik. Ia memastikan kondisi saya baik-baik saja dan malah
bilang tidak apa-apa kaki saya selonjoran anggap saja di rumah sendiri. Tak lama,
meski masih ngilu kaki saya agak enakan dan saya bisa duduk dengan nyaman. Asli,
itu adalah serangan tak terduga yang membuat saya kini harus siap dengan krim Pereda
nyeri otot di dalam tas sebagai jaga-jaga.
Tidak hanya itu, saya juga tidak lagi memaksakan diri
mengejar bus atau angkot jika memang tidak memungkinkan. Beristirahat sebentar
sambil menyelonjorkan kaki menjadi salah satu cara yang akan saya gunakan agar
tidak mengalami kram kaki lagi.
Perut mulas bikin semriwing
Serangan selanjutnya adalah perut mulas. Biasanya, saya
mengalami serangan ini setelah makan makanan pedas atau masam. Saya beberapa
kali mendapatkan serangan ini dan untungnya perjalanan yang saya lakukan tidak
jauh. Semisal, saat naik bus ke Malang dari Surabaya, saya pernah sekali
mendapatkan serangan ini.
Untungnya, serangan ini datang ketika bus melewati tol
Pandaan. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di daerah Karanglo. Saya sempat
menahan sakit yang amat sangat dan berusaha agar tidak kentut dalam bus. Padahal,
saat itu kondisi bus sedan ramai-ramainya bahkan banyak penumpang yang berdiri.
Bacaan doa pun saya rapalkan agar pertahanan dalam perut
tidak jebol. Saat mendekati pintu tol Singosari, keringat saya semakin deras. Saya
langsung menuju dekat pintu untuk turun di Indomaret dekat exit tol. Padahal,
seharusnya saya turun di Alfamart yang sudah masuk wilayah Kota Malang. Saat turun,
saya langsung masuk ke Indomaret dan minta izin ke mbak kasirnya dan untungnya toilet
sedang kosong. Sekarang, sebelum saya naik bus ke Malang, saat di Bungurasih
saya menyempatkan dulu ke kamar mandi dan mengecek apakah saya ingin BAB atau
BAK dulu.
Serangan GERD yang mematikan
Kalau Anda punya penyakit GERD sungguh rasanya seperti mau
mati. Dada sesak, perut begah, dan ingin sendawa terus. Serangan ini paling sering
saya alami di dalam transportasi umum. Saya pun akhirnya terus bersendawa dan
sering juga mengganggu penumpang lain terutama jika perjalanan saya lakukan
tengah malam.
Untungnya, sejak tahun 2018 ketika saya tahu obat apa yang ces
pleng meredakan GERD, serangan ini bisa saya kendalikan. Walau masih sendawa,
tetapi tidak sering dan saya bisa tidur. Makanya, obat tersebut selalu saya
bawa agar tidak ketinggalan di dalam tas.
Batuk dan bersin yang mengganggu
Kalau kondisi cuaca sedang tidak bersahabat, maka batuk dan
bersin menjadi penyakit yang sering diidap oleh banyak orang. Saat musim
pancaroba adalah saat penyakit ini menyerang. Mau tidak beraktivitas kok ya
tidak bisa.
Untuk itu, saya lihat sikon dulu. Kalau bersin dan batuk
masih parah, saya mending tidak naik kendaraan umum dulu. Kasihan penumpang
lain bisa tertular apalagi mereka kan juga butuh sehat. Tak hanya itu, ketika naik
angkutan umum, seringkali saya langsung batuk dan bersin saat terkena AC.
Apesnya, saya harus naik bus Malang-Surabaya dan tidak bisa
ditawar. Tidak ada opsi lain karena kalau menggunakan kendaraan pribadi pun
mustahil. Pilihan pun jatuh pada bus PATAs yang penumpangnya lebih sedikit. Saya
bisa duduk di bagian paling belakang atau memilih tempat yang jarang penumpang
agar jika batuk tidak menggangu penumpang lain.
Konsekuensinya, kini saya selalu menyediakan minyak angin
sebagai persiapan. Saya memang alergi dingin jadi saat AC melanda tubuh saya,
maka saya bisa mengoleskan minyak angin tersebut. Umur memang tidak bisa bohong.
Kliyengan dan pusing yang bikin kaget
Serangan terakhir adalah kliyengan atau pusing. Biasanya, serangan
ini datang ketika saya terlambat makan atau tidak makan dengan porsi yang
pantas. Semisal, hanya makan roti sedikit. Nah, saat perjalanan, biasanya saya
kliyengan dan butuh asupan karbohidrat.
Kalau di dalam kereta api, saya bisa memesan makanan yang cukup mahal itu atau beli pop mie
sebagai pengganjal. Kalau di dalam bus, saya pun langsung menyandarkan diri
agar bisa tertidur. Selepas tidur, biasanya kondisi saya mulai membaik apalagi
jika sudah berkeringat.
Makanya, saya selalu memastikan jam makan saya benar. Jika tidak
sempat makan sebelum naik kendaraan umum, maka saya menyiapkan bekal untuk
dimakan di dalam kendaraan. Jika ada aturan tidak boleh makan, maka biasanya
saya turun di halte tertentu untuk makan dulu sebelum lanjut perjalanan.
Itulah lima gangguan kesehatan yang membuat saya panik di dalam transportasi umum. Kalau Anda, pernahkah mendapatkan serangan serupa dan bagaimana cara mengatasinya?