Lima Gangguan Kesehatan yang Membuat Panik saat Naik Transportasi Umum

Minyak oles jadi andalan

Menaiki transportasi umum menjadi hal yang saya lakukan beberapa waktu terakhir.

Diselingi dengan menggunkan transportasi pribadi, transportasi umum masih menjadi andalan saya untuk bepergian. Harga tarif yang murah menjadi alasan saya melakukannya. Tak hanya itu, saya bisa istirahat sembari menikmati suasana.

Meski begitu, menggunakan transportasi umum harus siap dengan segala risikonya. Termasuk, saat saya harus berhadapan dengan kondisi panik akibat kesehatan yang terganggu. Biasanya, saya memang sedia payung sebelum hujan. Jika merasa kondisi badan tidak fit, saya menunda perjalanan atau menggunakan transportasi online.

Walau demikian, namanya keadaaan tidak selalu mulus sesuai dengan perencanaan. Kadang, kita sudah merasa sehat dan baik-baik saja, eh pas naik kendaraan umum malah terjadi kondisi saat tubuh kita tidak fit tiba-tiba.

Dari beberapa kejadian, ada empat serangan yang membuat saya cukup panik akibat gangguan kesehatan. Kadang, serangan ini bisa terjadi saat pertengahan saya naik kendaraan umum atau bahkan baru saat naik. Jarang sekali datang saat saya sudah mau turun dari kendaraan umum.

Kaki kram yang menyakitkan

Kaki yang mendadak kram menjadi momok tersendiri bagi saya. Walau intensitasnya tidak sering dan bahkan jarang sekali terjadi, tetapi kejadian bulan ini membuat saya ngeri. Ceritanya, saya baru saja naik Suroboyo Bus dari Halte Embong Malang.

Sebelum naik, saya memang jalan-jalan sebentar di Tunjungan Plaza dan shalat setelah seharian membuat konten keliling Surabaya. Nah, saat saya akan menuju bangku penumpang di bagian belakang, tiba-tiba kaki saya tertarik kencang. Reflek, saya pun berteriak dan membuat para penumpang heboh.

Duh, bisa-bisanya saya membuat kegaduhan. Untung saja tidak viral. Kaki saya mendadak kram dan sakit yang amat sangat. Saya merasakan kaki saya sulit digerakkan. Di sebelah saya, ada bapak-bapak yang lalu berpindah posisi dan meminta saya untuk selojoroan di kabin bus. Ada ibu-ibu yang langsung memberikan balsemnya untuk diberikan pada saya.

Bapak itu lalu menarik kaki saya dan memijat pelan. Meski begitu, saya langsung berteriak kencang kembali yang membuat penumpang kembali heboh. Duh.

Saya sangat beruntung kondisi bus tidak terlalu ramai dan sang kondektur sangat baik. Ia memastikan kondisi saya baik-baik saja dan malah bilang tidak apa-apa kaki saya selonjoran anggap saja di rumah sendiri. Tak lama, meski masih ngilu kaki saya agak enakan dan saya bisa duduk dengan nyaman. Asli, itu adalah serangan tak terduga yang membuat saya kini harus siap dengan krim Pereda nyeri otot di dalam tas sebagai jaga-jaga.

Tidak hanya itu, saya juga tidak lagi memaksakan diri mengejar bus atau angkot jika memang tidak memungkinkan. Beristirahat sebentar sambil menyelonjorkan kaki menjadi salah satu cara yang akan saya gunakan agar tidak mengalami kram kaki lagi.

Perut mulas bikin semriwing

Serangan selanjutnya adalah perut mulas. Biasanya, saya mengalami serangan ini setelah makan makanan pedas atau masam. Saya beberapa kali mendapatkan serangan ini dan untungnya perjalanan yang saya lakukan tidak jauh. Semisal, saat naik bus ke Malang dari Surabaya, saya pernah sekali mendapatkan serangan ini.

Untungnya, serangan ini datang ketika bus melewati tol Pandaan. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di daerah Karanglo. Saya sempat menahan sakit yang amat sangat dan berusaha agar tidak kentut dalam bus. Padahal, saat itu kondisi bus sedan ramai-ramainya bahkan banyak penumpang yang berdiri.

Bacaan doa pun saya rapalkan agar pertahanan dalam perut tidak jebol. Saat mendekati pintu tol Singosari, keringat saya semakin deras. Saya langsung menuju dekat pintu untuk turun di Indomaret dekat exit tol. Padahal, seharusnya saya turun di Alfamart yang sudah masuk wilayah Kota Malang. Saat turun, saya langsung masuk ke Indomaret dan minta izin ke mbak kasirnya dan untungnya toilet sedang kosong. Sekarang, sebelum saya naik bus ke Malang, saat di Bungurasih saya menyempatkan dulu ke kamar mandi dan mengecek apakah saya ingin BAB atau BAK dulu.

Serangan GERD yang mematikan

Kalau Anda punya penyakit GERD sungguh rasanya seperti mau mati. Dada sesak, perut begah, dan ingin sendawa terus. Serangan ini paling sering saya alami di dalam transportasi umum. Saya pun akhirnya terus bersendawa dan sering juga mengganggu penumpang lain terutama jika perjalanan saya lakukan tengah malam.

Untungnya, sejak tahun 2018 ketika saya tahu obat apa yang ces pleng meredakan GERD, serangan ini bisa saya kendalikan. Walau masih sendawa, tetapi tidak sering dan saya bisa tidur. Makanya, obat tersebut selalu saya bawa agar tidak ketinggalan di dalam tas.

Batuk dan bersin yang mengganggu

Kalau kondisi cuaca sedang tidak bersahabat, maka batuk dan bersin menjadi penyakit yang sering diidap oleh banyak orang. Saat musim pancaroba adalah saat penyakit ini menyerang. Mau tidak beraktivitas kok ya tidak bisa.

Untuk itu, saya lihat sikon dulu. Kalau bersin dan batuk masih parah, saya mending tidak naik kendaraan umum dulu. Kasihan penumpang lain bisa tertular apalagi mereka kan juga butuh sehat. Tak hanya itu, ketika naik angkutan umum, seringkali saya langsung batuk dan bersin saat terkena AC.

Apesnya, saya harus naik bus Malang-Surabaya dan tidak bisa ditawar. Tidak ada opsi lain karena kalau menggunakan kendaraan pribadi pun mustahil. Pilihan pun jatuh pada bus PATAs yang penumpangnya lebih sedikit. Saya bisa duduk di bagian paling belakang atau memilih tempat yang jarang penumpang agar jika batuk tidak menggangu penumpang lain.

Konsekuensinya, kini saya selalu menyediakan minyak angin sebagai persiapan. Saya memang alergi dingin jadi saat AC melanda tubuh saya, maka saya bisa mengoleskan minyak angin tersebut. Umur memang tidak bisa bohong.

Kliyengan dan pusing yang bikin kaget

Serangan terakhir adalah kliyengan atau pusing. Biasanya, serangan ini datang ketika saya terlambat makan atau tidak makan dengan porsi yang pantas. Semisal, hanya makan roti sedikit. Nah, saat perjalanan, biasanya saya kliyengan dan butuh asupan karbohidrat.

Kalau di dalam kereta api, saya bisa memesan makanan  yang cukup mahal itu atau beli pop mie sebagai pengganjal. Kalau di dalam bus, saya pun langsung menyandarkan diri agar bisa tertidur. Selepas tidur, biasanya kondisi saya mulai membaik apalagi jika sudah berkeringat.

Makanya, saya selalu memastikan jam makan saya benar. Jika tidak sempat makan sebelum naik kendaraan umum, maka saya menyiapkan bekal untuk dimakan di dalam kendaraan. Jika ada aturan tidak boleh makan, maka biasanya saya turun di halte tertentu untuk makan dulu sebelum lanjut perjalanan.

Itulah lima gangguan kesehatan yang membuat saya panik di dalam transportasi umum. Kalau Anda, pernahkah mendapatkan serangan serupa dan bagaimana cara mengatasinya?

Post a Comment

Next Post Previous Post