Halte Terminal Ngabean, Halte Penting yang Tak Dianggap Penting

Halte Ngabean
Halte Ngabean

Kemarin, saya baru saja ke Kota Jogja.

Niatnya sih memang untuk liburan. Namun, saya bukan ingin jalan-jalan ke Malioboro, Borobudur, atau ke tempat-tempat hits kekinian yang menguras dompet. Saya sih memilih jalan-jalan yang murah meriah dan tentunya masih bisa berkeliling Kota Jogja.

Pilihan pun tak lain jatuh kepada jalan-jalan menggunakan Trans Jogja. Meski sudah sering menggunakannya dan pasti saya juga sudah pernah menjelajah rutenya, tetapi saya lama tidak naik Trans Jogja. Terakhir sih saat 2021 kemarin. Itu pun hanya sebentar karena kebanyakan naik ojek dan diantar teman.

Apalagi, saat ini ada layanan Teman Bus yang bertukar rute dengan Trans Jogja. Jadi, saya ingin mencari tahu efek dari pertukaran rute tersebut apakah lebih baik atau tidak. Makanya, saya nawaitu ingin kembali menaiki Trans Jogja dengan segala keriwehannya.

Salah satu keriwehan yang menjadi catatn saya adalah perjalanan di Terminal Ngabean. Terminal ini berada di sebelah barat daya Maloboro dan sering digunakan sebagai tempat parkir bus wisata dari luar kota. Di sini, ada halte bus Trans Jogja yang berada di selatan bekas Stasiun Ngabean yang sudah tidak aktif.

Halte Ngabean menjadi halte yang sangat penting. Ia menjadi titik temu berbagai rute Trans Jogja dari arah utara, barat, timur, dan selatan Jogja. Penumpang Trans Jogja dari arah manapun sebagian besar akan melewati halte ini jika ingin berpindah bus, terutama yang ke arah selatan.

Di Halte Ngabean, setidaknya ada 11 dari 18 rute Trans Jogja yang singgah. Artinya, sekitar 60 persen bus Trans Jogja mau tak mau melewati halte ini. Rute yang melewati Terminal Ngabean antara lain 2B (Condong Catur-XT Square), 3A (Adi Sucipto-Ngabean), 3B (Giwangan-Condong Catur), 6A dan 6B (Nagbean – Gamping PP), 8 (Jombor-Jogokaryan), 9 (Jombor-Giwangan), 10 (Gamping-SGM), 11 (Giwangan-Condong Catur), 13 (Ngabean-Godean), dan rute terbaru 15 (Malioboro-Palbapang). 

Rute Trans Jogja Ngabean
Rute Trans Jogja Ngabean

Banyaknya rute tersebut membuat setiap hari Halte Ngabean selalu dipenugi oleh para penumpang. Terutama, mereka yang berasal dari pinggiran Kota Jogja seperti Gamping, Godean, Bantul, Palbapang, Jogokaryan, dan lain sebagainya. Terminal Ngabean adalah akses utama menuju Kota Jogja menuju ke pusat kota atau ke sudut kota lainnya. Jika diibaratkan dengan DKI Jakarta, Halte Ngabean seperti Halte Harmoni Sentral yang menghubungkan berbagai rute Transjakarta.

Sayangnya, kondisi Halte Ngabean sangat memprihatinkan. Sejak zaman dulu, halte ini seakan tak mengalami banyak perbaikan. Tempatnya tetap sempit, kusam, dan seakan tidak terawat. Mungkin, bagi Pemprov DIY yang penting bisa untuk naik dan turun penumpang. Masalah fasilitas lain, itu urusan belakangan.

Saking sempitnya, banyak penumpang yang harus menunggu di luar halte. Mereka biasanya para penumpang yang masih muda. Tempat duduk di dalam halte yang jumlahnya tak sampai 10 sering digunakan untuk para lansia dan ibu dengan anak kecil. Tentu, jika dilihat halte ini tidak cukup layak untuk digunakan penumpang naik dan turun.

Terlebih, saat penumpang menunggu di luar, bisa saja ada oknum penumpang yang nakal tidak membayar masuk ke bus yang baru datang. Petugas di dalam halte akan susah untuk melakukan pengecekan karena mereka bisa masuk dari pintu keluar dengan alasan sempitnya pintu masuk dan halte. Padahal sesuai aturan, penumpang yang tidak meninggalkan atau keluar halte yang masih diperbolehkan masuk ke bus jika tak ingin membayar.

Penumpang susah untuk naik dan turun.

Sempitnya halte juga membuat pergerakan penumpang yang naik dan turun menjadi terhambat. Penumpang yang mau turun susah keluar begitu pula penumpang yang akan masuk. Untung saja, petugas di dalam halte cukup cekatan saat penumpang naik dan turun. Walau demikian, antrian bus yang mengular saat masuk secara bersamaan membuat perjalanan pun menjadi terhambat.

Sebagai halte sentral, Halte Ngabean sebenarnya sudah tidak bisa dikatakan layak. Perluasan halte menjadi yang lebih besar lagi sangat diperlukan. Meski membutuhkan dana yang tak sedikit, tentu jika diniatkan untuk kemaslahatan bersama, pasti akan berdampai baik pada akhirnya.

Wisatawan akan lebih tertarik untuk naik Trans Jogja. Mereka bisa menjelajah berbagai sudut Jogja dengan harga yang sangat murah. Jika ada rombongan wisatawan yang datang menggunakan bus wisata, maka mereka bisa memarkirkan busnya di Terminal Ngabean. Lalu, mereka bisa berkeliling naik Trans Jogja sampai ke Prambanan atau Monjali. Mereka juga berwisata ke Kotagede yang kini semakin dilupakan.

Tentu, pengalaman menjelajah dengan Trans Jogja menjadi pengalaman luar biasa. Dengan cara yang sebenarnya bisa dilakukan dengan mudah di Terminal Ngabean, tentu ini menjadi daya tarik tersendiri.

Tidak hanya itu, kurangnya informasi mengenai rute juga menjadi catatan penting. Meski sudah ada pengumuman rute yang dipasang oleh teman-teman dari Transport for Yogya, tetap saja masih banyak penumpang yang bingung soal rute. Terlebih, sebagai halte sentral sebetulnya Halte Ngabean perlu layar LED yang menginformasikan mengenai posisi bus yang akan masuk halte.

Infromasi ini amat diperlukan agar mereka bisa bersiap ketika bus tiba. Penumpang yang belum saatnya busnya tiba bisa minggir terlebih dahulu agar tidak mengganggu aktivitas lalu lalang. Di sisi lain, jika ada penumpang yang membutuhkan bantuan, maka persiapan untuk naik juga bisa dilakukan dengan lebih cepat.

Jika perluasan bisa dilakukan alangkah lebih baik dibuat seperti Halte Trans Semarang. Penumpang dikelompokkan sesuai tujuan dan ada banyak pintu yang bisa digunakan naik dan turun. Dengan cara seperti itu, maka pergerakan penumpang bisa lebih teratur lagi. Semoga bisa menjadi catatan karena kasihan juga melihat simbah-simbah kepayahan naik Trans Jogja dengan proses naik turun seperti itu.   

Post a Comment

Next Post Previous Post