Ilustrasi. Dok istimewa |
Kalau berbicara pesugihan, saya selalu semangat.
Entah karena berhubungan dengan uang atau harta kekayaan,
tetapi saya selalu kepo dan penasaran bagaimana mekanisme yang dilakukan. Mengapa
orang-orang yang berniat melakukan pesugihan begitu niat dan mau melakukan
kontrak kerja dengan makhluk gaib meski harus menumbalkan banyak orang. Terutama,
keluarganya sendiri.
Pertama kali saya mengenal tentang pesugihan dari tetangga
saya sendiri. Saat itu saya masih SD kalau tak salah. Tetangga saya itu punya
warung kelontong yang sangat besar dan laris. Tak hanya menjual aneka kebutuhan
pokok, tetapi juga mainan.
Saya masih ingat ketika baru saja Idulfitri pasti saya
membeli mainan baru ke sana. Entah mobil-mobilan, pistol mainan, atau apapun. Lantaran,
kalau hari biasanya saya tak mungkin bisa membelinya karena harganya sangat
mahal. Kalau hari biasanya, saya hanya membeli chiki atau roti untuk dibawa ke
sekolah.
Dari kabar yang beredar – sepengetahuan anak SD – tetangga saya
tersebut yang bernama Bapak R memiliki pesugihan berupa tuyul. Cerita ini
menjadi cerita yang sangat nyata karena beberapa anak kecil kerap menangis saat
diajak oleh orang tuanya berbelanja di toko kelontong tersebut.
Ada yang mengatakan bahwa Bapak R sedang menggendong anak
kecil dengan perawakan kerdil, pelontos dengan satu helai rambut mirip Upin. Katanya
juga ada taring yang panjang di mulutnya. Anak-anak tersebut bercerita polos ke
orang tuanya sehingga tidak mau diajak oleh orang tuanya lagi.
Meski begitu, cerita tersebut hanya rumor umum saja. Toh orang-orang
tetap membeli di warung tersebut karena memang murah dan lengkap. Zaman itu
belum ada Indomaret jadi mau tak mau kalau membeli bahan pokok ya pasti ke
sana.
Nah, pada awal tahun 2000an, saat saya kelas 5 SD kalau tak
salah, Bapak R ini meninggal. Segera saja warungnya mulai meredup padahal belum
ada warung lagi yang buka. Entah kok bisa seperti itu kalau dinalar juga agak
membingungkan. Saya pernah diminta ibu saya membeli tepung terigu dan ternyata
kosong. Esoknya saya mau membeli minyak goreng juga kosong.
Alhasil, saya membeli di warung lain yang cukup jauh di
kampung sebelah. Lama-lama, karena terbiasa dan kerap mendapatkan hadiah bonus
saat lebaran, ibu saya meminta saya untuk membeli di sana saja. Tak apa jauh yang
penting dapat persen.
Lama tak tedengar kabar dan sekolah saya sudah Full Day
School, saya pun hampir tak pernah beli di warung pesugihan tadi. Akhirnya,
istri dari Pak R pun meninggal. Warung tersebut sempat bertahan beberapa bulan
dan akhirnya benar-benar bangkrut ditambah rumah itu dijual oleh anaknya.
Anaknya kemudian menghuni sebuah rumah kosong yang baru
dibangun. Saat masih kosong, ada juga cerita mengenai penampakan anak kecil
yang joged saat ada orang memompa ban. Kalau saya sih ngerinya tiap mau mengaji
lewat rumah itu lampunya mati menyala. Entah rusah atau apa, yang jelas bagi
anak kecil saat itu ya cukup ngeri.
Dari cerita ini, saya semakin sadar bahwa tidak ada yang
namanya gratis di dunia ini termasuk pesugihan. Pasti ada orang yang akan
ditumbalkan. Kalau bukan keluarga ya dirinya sendiri. Untungnya saja, Bapak R
tidak menumbalkan anak atau cucunya. Hingga sekarang mereka masih eksis di dunia
dan bekerja halal.
Lantaran terikat kontrak, biasanya orang yang melakukan
pesugihan harus memberikan apa yang diminta oleh makhluk gaib tepat waktu. Itulah
alasan mengapa Pesarean di Gunung Kawi sangat ramai pada malam tertentu. Bahkan
lebih ramai dari pasar malam.
Kalau cerita pesugihan Gunung Kawi ini saya tahu dari
tetangga almarhum bude saya. Ibu T sebut saja begitu selalu datang ke gunung
tak aktif di barat Kota Malang tersebut pada malam khusus. Ia bahkan datang
bersama keluarganya lengkap ke sana. Makanya, rumahnya kerap terkunci.
Nah, yang saya heran, ketika ibu T meninggal, tak berselang
lama suaminya juga meninggal. Persis dengan tetangga saya tadi. Saya tidak
begitu paham mekanismenya apakah memang sepeti itu. Untuk cerita apakah ada
hal-hal mistis lain saya tidak begitu tahu yang jelas saya kerap menandai jika
ada orang yang melakukan pesugihan meninggal, tak berselang lama keluarganya
juga ada yang meninggal.
Cerita ini semakin saya percaya ketika saya melihat konten
di channel You Tube RJL 5. Channel ini memang mengupas hal-hal mistis. Ada seorang
narasumber yang dengan apik memaparkan kisahnya yang mengerikan jadi korban
tumbal pesugihan saudara sepupunya.
Awalnya, dia hanya mau membantu saudaranya itu berjualan
warung nasi dan toko kelontong. Pada suatu waktu, ia diberi nasi soto yang tiba-tiba
rasanya hambar saat ia membaca doa. Setelah itu, ia sakit parah dan aneh serta
mendapatkan gangguan jin. Mulai dari dibisiki oleh suara aneh, melihat
penampakan dan sebagainya. Hingga ia tahu bahwa ia akan ditumbalkan oleh saudaranya
itu.
Untung saja ia tertolong berkat seorang ustad dan berhasil
lepas dari gangguan. Anehnya, ketika ia bertemu rekan kerja yang juga
berhubungan dengan saudaranya itu, rekannya tersebut juga mengalami hal yang
sama dengannya. Bedanya, ia mengambil kembali barang miiliknya berupa cincin
yang ditemukan di rumah saudaranya yang melakukan pesugihan tadi.
Dari kisahnya ini, saya jadi paham ternyata tumbal pesugihan
bisa diganti. Tidak lagi kepada keluarganya tetapi bisa ke orang lain. Untuk menggantinya,
banyak sekali cara licik yang bisa dilakukan. Salah satunya adalah melalui
perantara makanan. Makanya, kita memang harus berdoa dulu sebelum makan dan
melakukan aktivitas lain agar terhindar dari niat jahat orang tertentu.
Selain makanan, benda yang kita dapat atau yang berasal dari
sebuah tempat yang tidak kita kenal juga bisa jadi perantara. Meski benda
tersebut adalah mulanya milik kita, tetapi jika sudah pernah berpindah tempat rasanya
juga harus berhati-hati.
Saya cukup ngeri melihat efeknya apalagi melihat narasumber
yang diwawancarai sebanyak dua kali dalam selang 2 tahun. Saat pertama kali
bercerita, tubuhnya sangat kurus dan lesu. Beda sekali saat baru diwawancara
kemarin yang tampak bugar dan ceria. Sungguh, perbuatan jahat seseorang yang
ingin melakukan pesugihan harus diwaspadai. Paling, tidak, membentengi diri
dengan shalat dan tawakkal adalah kunci.