Maling QRIS. - dok istimewa |
Saya sudah tak habis thinking dan berword-word lagi melihat
kelakukan maling zaman sekarang.
Dengan kecanggihan teknologi masa kini, ada saja celah yang
bisa dimanfaatkan untuk melakukan aksi kejahatan. Terutama, untuk mencari uang.
Orang jahat makin pinter sehingga kita sebagai masyarakat juga kudu lebih
pinter lagi.
Salah satu tindak kejahatan yang paling saya benci adalah
maling kotak amal di masjid. Selain korupsi, saya memberi label kejahatan tidak
punya hati nurani pada pelakunya. Lantaran, mereka melakukannya di tempat
ibadah dan mencuri uang yang seharusnya digunakan untuk kemaslahatan bersama.
Di rumah saya di Malang dulu, hampir tiap beberapa bulan sekali ada saja maling kotak amal. Bahkan pernah juga kotak amalnya diambil seisinya. Biasanya, mereka melakukannya saat sedang jeda shalat fardhu terutama saat waktu dhuha.
Waktu Dhuha, Momen Tepat untuk Aksi
Saat itu, jarang atau hampir tidak ada orang yang datang ke
masjid. Kalau pun ada paling-paling untuk mengerjakan salat dhuha yang mungkin jarang
juga orang mengerjakannya. Kegiatan masjid biasanya baru bergeliat selepas
zuhur atau asar. Saat itu, mulai ada acara seperti pengajian dan lain
sebagainya. Intinya, waktu dhuha adalah waktu yang sering menjadi waktu paling
favorit bagi maling di dalam masjid.
Alasan lainnya, masjid seringkali terbuka pada waktu dhuha. Berbeda
saat malam hari yang kerap dikunci rapat kecuali jika ada kegiatan tadarus
bulan Ramadan. Saat dhuha, entah ini perasaan saya atau bagaimana, pengurus
masjid juga jarang datang ke masjid. Saya kenal dengan beberapa pengurus masjid
di Malang dan Surabaya yang kebetulan sering bertegur sapa. Mereka biasanya
datang ke masjid sekitar pukul 11 siang. Jadi, selepas subuh hingga jam 11
siang masjid biasanya dalam keadaan kosong.
Celah inilah yang digunakan oleh maling kotak amal di dalam masjid.
Masa waktu tersebut juga banyak orang yang bekerja. Suasana di sekitar masjid
juga sepi. Saat mereka melancarkan aksinya, maka jarang orang yang melihatnya.
Untung saja, saat ini banyak masjid sudah menggunakan CCTV. Masjid
di dekat rumah saya di Malang dan di tempat kerja saya di Surabaya juga ada
CCTVnya. Bahkan, keduanya juga didukung oleh CCTV kampung yang mengarah ke
pintu masjid. Artinya, orang yang keluar masuk masjid bisa terlihat dan terlacak
dari CCTV kampung yang dikendalikan oleh pengurus RT.
Meski demikian, namanya maling tetap saja maling. Bahkan, kini mereka makin canggih dengan cara berbeda. Mereka berevolusi untuk melakukan aksinya agar bisa mendapatkan uang. Mereka tak lagi bersusah payah mengangkat kotak amal yang mungkin jumlahnya sudah tak banyak karena kebanyakan pengurus masjid membuka kotak amal setiap hari. Pengurus masjid di dekat rumah saya setiap hari membuka kotak amal karena tidak ingin kejadian buruk serupa terulang. Bahkan, kadang mereka membuka kotak amal sebanyak 2 kali yakni saat selepas zuhur dan setelah isya.
Dari Kotak Amal Menjadi QRIS
Kini, maling kotak amal mengganti kode QRIS di dekat kotak
amal. Mereka menempelkan stiker QRIS rekening mereka dan mengganti QRIS milik
masjid. Akibatnya, dana yang terkumpul pun akan masuk ke rekening maling bukan
ke rekening masjid.
Penggunaan QRIS sebagai pengumpul dana memang memudahkan. Saya
sendiri ketika ada niat beramal di dalam masjid dan tidak membawa uang banyak
maka menggunakan QRIS untuk beramal. Proses pembayaran pun lebih mudah dan
tinggal scan saja.
Memang, kebanyakan masjid besar yang menggunakan QRIS
sebagai pengumpulan dana jamaah. Namun, ada juga masjid kecil yang sudah
menggunakannnya terutama yang takmir masjidnya sudah melek teknologi. Saya pernah
menjumpai sebuah masjid di Malang yang tidak terlalu besar dan sudah ada logo
QRIS di kotak amal mereka. Ada juga yang menyisipkan pesan agar kita juga bisa
beramal lewat digital demi keberlangsungan masjid.
Celah ini juga dilakukan oleh maling QRIS tadi. Dari rekaman
CCTV, pelaku dengan entengnya mengganti logo QRIS dan itu dilakukan saat waktu
dhuha. Mulanya mungkin ia berpura-pura shalar dhuha lalu mulai menjalankan
aksinya.
Untung saja, ada seseorang yang mengetahui aksi bejat tersebut lalu memviralkannya. Usut punya usut, ia sudah menjalankan aksinya di beberapa masjid di Jakarta dan daerah lain. Artinya, ia sudah mengumpulkan dana dengan jumlah lumayan.
Pengurus masjid mungkin tidak sadar karena saat ini memang masih jarang orang yang beramal dengan QRIS. Namun, ternyata setelah pelaku diketahui identitasnya, ia pun seolah-olah tidak mengakui perbuatannya dan berniat mengembalikan dana yang sudah masuk ke rekeningnya. Jimlahnya tak main-main sekiyar 12 juta rupiah. Itu baru pada 1 masjid belum masjid yang lain. Tanpa bersusah payah mengangkat kotak amal, ia bisa leluasa menjalankan aksinya.
Pelaku Banyak Melakukan Penipuan
Setelah viral, identitasnya pun terungkap. Ternyata ia adalah mantan pegawai bank BUMN yang pernah menggelapkan dana nasabah. Pantas saja dia bisa membuat QRIS dengan mudah. Ia juga ternyata juga pernah menipu beberapa orang yang jumlahnya sudah ratusan juta. Ia juga pernah membuat semacam perusahaan scam yang juga merugikan banyak orang. Termasuk, melakukan penipuan terhadap para calon TKI. Kalau melihat rekam jejaknya, ia sangat lihai menjalankan aksinya.
Belum lagi, ia membuat klarifikasi bahwa perbuatannya hanya
untuk mengecek logo QRIS dari entah perusahaan fraud atau apa. Yang jelas,
menurut mereka yang bekerja di perbankan, kalau ada pengecekan semacam ini
pasti petugas akan menghubungi pengurus masjid dan mengecek di depan mereka. Logikanya
kan seperti itu.
Entah saya harus bilang apalagi yang jelas maling sekarang
makin pintar. Mereka juga pandai berkelit jika ketahuan. Makanya, kewaspadaan
memang harus dijalankan. Kalau kita mau menggunakan QRIS, pastikan tujuan
rekening benar dengan nama pemilik rekening adalah milik masjid.
Bagi masjid-masjid yang menggunakan QRIS, kini saatnya para
pengurusnya lebih berhati-hati lagi. Mereka bisa membuat pengumuman mengenai
tata cara beramal lewat QRIS dan nomor rekening yang benar. Yang jelas, dengan
adanya peristiwa ini semakin menandakan orang pintar makin banyak dan orang pintar
plus serakah juga makin banyak.