Layanan Malam Trans Semarang Pelabuhan Simpang Lima |
Akhir 2022 lalu, saya berkesempatan untuk menjajal layanan malam Trans Semarang.
Layanan ini melewati rute Simpang Lima, Kotalama, Stasiun Semarang Tawang, dan berakhir di Pelabuhan Tanjung Mas. Layanan ini diluncurkan oleh Trans Semarang sebagai sarana akomodasi bagi wisatawan yang akan datang ke Semarang pada libur Nataru. Lantaran sebagai sarana akomodasi, maka layanan ini bersifat sementara.
Makanya, layanan ini hanya beroperasi pada 23 Desember 2022 hingga 1 Januari 2023. Selepas itu, layanan ini tidak beroperasi dan tidak diketahui kapan lagi beroperasi. Mengingat, waktu liburan yang telah usai dan kemungkinan tidak banyak wisatawan lagi yang datang ke Semarang.
Baca juga: Daftar Halte Transit Trans Semarang
Saya pertama kali tahu layanan mala mini dari unggahan media sosial instagram Trans Semarang. Dari beberapa komentar yang masuk, tampak antusiasme masyarakat menyambut layanan ini. Apalagi, layanan Trans Semarang koridor mala mini melewati beberapa tempat penting. Beberapa diantaranya adalah Stasiun Semarang Tawang, Simpang Lima, dan Pelabuhan. Tiga tempat ini menjadi simpul aktivitas warga Semarang dan warga luar kota yang datang Semarang.
Koridor malam yang sudah eksis
Sebenarnya, Trans Semarang sudah pernah mengoperasikan layanan malam pada BRT yang mereka oeprasikan. Dua layanan tersebut adalah layanan Bandara Ahmad Yani – Simpang Lima dan Terminal Mangkang – Simpang Lima. Saat ini, hanya layanan Terminal Mangkang – Simpang Lima yang masih beroperasi. Layanan ini merupakan perpendekan dari layanan koridor 1 siang hari yakni dari Terminal Mangkang ke Terminal Penggaron dan sebaliknya.
Halte Trans Semarang Stasiun Tawang |
Saya penasaran apakah layanan ini begitu diminati masyarakat. Terutama, para wisatawan yang datang ke Kota Semarang untuk merayakan pergantian tahun. Untuk itu, saya sengaja turun dari KA Kedung Sepur di Stasiun Semarang Tawang. Padahal, saya biasanya turun di Stasiun Semarang Poncok karena akses dengan banyak warung yang lebih mudah.
Menjajal layanan malam Trans Semarang
Hujan turun cukup deras ketika saya tiba di Stasiun Semarang Tawang. Saya pun keluar dan baru ingat bahwa setelah covid-19 kemarin, ada pola operasi Trans Semarang di sini. Dulu, halte Stasiun Semarang Tawang digunakan sebagai halte transit beberapa koridor penting.
Sejak 2020, pihak Stasiun Semarang Tawang menata ulang parkirannya sehingga bus yang masuk ke dalam area Stasiun Tawang harus membayar tiket. Akhirnya, kini halte transit Trans Semarang di sini pun digeser menuju Halte Layur yang berada di dekat JPO sebelum Stasiun Semaran Tawang. Praktis, hanya ada koridor 2 yang lewat sini dan ditambah dengan layanan malam ini. Selain Trans Jateng tentunya yang tetap melintasi halte ini.
Menjadi satu-satunya penumpang |
Saya pun menuju halte Trans Semarang dan Trans Jateng di sisi timur stasiun. Kebanyakan penumpang yang baru turun dari kereta api langsung mengorder ojek online menuju tempat yang mereka inginkan. Saya tetap pada pendirian untuk mencoba layanan mala mini agar bisa merasakan sensasi naik kendaraan umum dari stasiun di malam hari. Tidak hanya itu, saya juga ingin memberi pengalaman kepada masyarakat bahwa jika kita bisa sabar dan telaten, maka kita bisa sampai ke tempat tujuan dengan harga yang murah.
Baca juga: Susahnya Naik Trans Semarang dari Kotalama
Saya bandingkan tiket Trans Semarang yang hanya 4.000 atau bahkan hanya 3.500 jika kita membayar dengan nontunai. Jika naik ojol, paling tidak kita akan mengeluarkan minimal 12.000 rupiah itu pun jika jaraknya dekat. Saya mencoba untuk mencari harga ke Simpang Lima dan mendapatkan harga 14.000 atau hampir 4 kali lipat dari tiket Trans Semarang. Apalagi saat itu sedang hujan deras dan saya berada di area sibuk. Pasti harga ojol akan naik.
Sesampainya di halte, saya melihat seorang bapak tua yang sedang tertidur pulas. Kemiskinan di Semaranga memang masih tinggi dan ini menjadi bukti bahwa masih banyak diantara mereka yang tidak punya tempat tinggal. Sambil merekam situasi, saya pun menunggu bus yang posisinya sudah di sekitar Halte Mpu Tantular.
Pengecekan posisi bus Trans Semarang memang mudah. Kita tinggal melihat tanda lingkaran di aplikasi Trans Semarang. Kita juga bisa mencocokkan nomor polisi dan nomor lambung bus yang akan datang. Jadi, saya tidak perlu cemas apabila salah naik bus.
Announcer dalam bus yang memudahkan penumpang |
Bus pun tiba setelah menunggu sekiyat 10 menitan. Tenryata, bus tersebut hanya berisi sopir dan kondektur. Alhasil, saya pun menjadi satu-satunya penumpang di bus itu. Tak perlu waktu lama untuk bisa naik bus dan mengamankan posisi hot seat atau di dekat sopir.
Ada sedikit drama ketika saya mau membayar. Mulanya, saya ingin membayar dengan BNI Tapcash. Selain mendapatkan potongan 500 rupiah dibandingkan pembayaran tunai, saya juga ingin menunjukkan kepada pemirsa YouTube saya bahwa pembayaran Trans Semarang juga bisa menggunakan kartu uang elektronik. (KUE). Ada dua KUE yang bisa digunakan selain kartu Trans Semarang yakni BRIZZI dan BNI Tapcash.
Bus saat melewati pelabuhan |
Sayang, saat itu mesin tiket yang dibawa oleh kondektur sedang mengalami masalah dengan tidak bisa menampilkan saldo KUE yang saya bawa. Sempat mau membayar dengan uang tunai, tetapi tidak ada kembalian. Akhirnya, saya pun membayar dengan QRIS juga dengan harga 3.500 rupiah.
Dari Stasiun Semarang Tawang, bus Trans Semarang menuju Halte Pengapon lalu ke Pelabuhan. Nah di di Pelabuhan saya harus ganti bus depan karena bus yang saya naiki akan ngetem lama. Dengan rintik hujan yang makin deras dan angina kencang di pelabuhan, saya pun bergegas masuk bus.
Baca juga: Beda Trans Jateng dan Trans Semarang
Duh, rasanya campuir aduk antara senang dan deg-degan. Saya takut kalau tiba-tiba hujan makin deras dan badai sehingga mengganggu perjalanan. Untung saja, itu tak terjadi. Saya malah senang melihat petugas Trans Semarang yang begitu menikmati shift malam mereka sembari minum kopi dan makan gorengan. Mereka cukup santai karena satu-satunya penumpang adalah saya.
Tak begitu diminati masyarakat
Seorang petugas meminta saya bersabar karena bus akan berangkat sebentar lagi dan tinggal menunggu jadwal berangkat. Saya sih tak keberatan karena namanya naik transportasi umum ya ikut aturan. Beberapa truk kontainer lalu lalang menuju kawasan peti kemas pelabuhan.
Ganti bus di Halte Pelabuhan |
Walau agak aneh, tetapi dengan naik Trans Semarang koridor malam ini menjadikan destinasi wisata abru yang barangkali tidak didapatkan. Apalagi jika bukan wisata melihat aktivitas pelabuhan di malam hari. Aktivitas yang tidak henti selama 24 jam penuh.
Saya bisa merasakan bagaimanan para pekerja pelabuhan ini masih semangat bekerja. Tidak hanya untuk diri mereka dan keluarga, tetapi juga untuk banyak orang. Betapa tidak, banyak barang kebutuhan pokok penting yang didistribukan melalui pelabuhan ini. Hingga malam, aktivitas truk-truk tersebut masih tetap banyak dan tak berhenti.
Penumpang menunggu bus di Halte Simpang Lima |
Bus yang saya naiku pun berakngkat kembali dengan sopir dan kondektur yang berbeda. Untuk mengurangi kebosanan, sopir pun menyetel lagu dangdut. Dari Pelabuhan Tanjung Mas, bus melewati Jalan Ronggowarsito, Jalan Raden Patah, MULO, Jl. Brigjend Katamso, Jl, Ahmad Yani, dan berakhir di Simpang Lima. Hingga tiba di pemberhentian terakhir, taka ada lagi penumpang selain saya sendiri.
Saya tidak tahu mengapa layanan ini tidak diminati. Bisa jadi, sosialisasi yang kurang atau memang masih banyak orang yang lebih memilih naik ojol. Waktu yang lebih singkat bisa jadi penyebabnya. Total, saya membutuhkan waktu hampir sejam dari menunggu bus hingga sampai di Simpang Lima. Namun, saya senang karena bisa merasakan layanan malam Trans Semarang ini yang entah kapan ada lagi.