Seorang pengemis onlin di Tiktok memamerkan hasil ngemisnya. - Dok Istinewa |
Saya termasuk orang yang malas bahkan tidak terlalu aktif menggunakan Tiktok.
Alasannya sih adagium media sosial untuk kaum IQ rendah sedikit banyak memang benar adanya walau saya tidak sependapat juga. Saya tak mendapatkan informasi yang saya butuhkan secara utuh karena sebagian besar video yang ada di sana berdurasi singkat dan menyajikannya sepotong-sepotong.
Bagi saya model seperti ini cukup berbahaya jika ditelan mentah-mentah. Terlebih, jika video tersebut memperlihatkan berbagai peristiwa yang butuh cross check dengan berimbang. Semisal video kecelakaan, kebakaran, pertengkaran, perselingkuhan, dan lain sebagainya. Saya merasa makin bodoh ketika lama-lama berada di Tiktok dibandingkan Youtube.
Alasannya, jika saya lama-lama di You Tube saya kerap mendepatkan pencerahan mengenai aneka video seperti tutorial, video sejarah, jalan-jalan, atau bahkan memasak. Berbagai hal tersebut tak banyak saya dapatkan di Tiktok. Kalaupun ada, durasinya amat singkat dan seakan terburu-buru demi mengejar waktu yang singkat.
Namun, saya tetap mengungah banyak video di TikTok dengan alasan penyimpanan. Sayang kalau saya lupa dan kemudian hilang. Walau saya sudah mengunggahnya lewat reels Instragaram dan video short You Tube, tetap saja TikTok hanya menjadi opsi untuk menyimpan video. Kalau pun melihat video, saya lebih banyak melihat video lucu yang tidak terlalu dibawa perasaan.
Fenomena Pengemis Online
Nah, akhir-akhir ini video yang berseliweran di Tiktok saya kebanyakan adalah video mengemis. Saya makin paham mengapa orang sekarang banyak sekali yang melihat Tiktok. Salah satu alasannya banyak sekali orang mengemis di sana yang melakukan challenge atau tantangan demi mendapatkan koin atau gift tertentu.
Entah ini sudah menjadi budaya bangsa kita, rasanya puas sekali melihat orang lain berada pada posisi kesusahan. Dalam hal ini kesusahan untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu mereka lakukan. Mulai dari mengguyur air, menampar pipi, menaburi rambut dengan bedak, dan lain sebagainya.
Banyak sekali penonton TikTok yang malah menikmati apa yang mereka lakukan layaknya badut. Tentu, jika sang pengemis di dalam video melakukan suatu tantangan, maka tidak gratis. Penonton harus memberikan koin atau gift tertentu agar mereka mau melakukannya.
Nominalnya pun beragam. Mulai dari memberikan bunga mawar yang merupakan gift paling murah hingga beberapa gift lain yang harganya lebih mahal. Semakin mahal gift yang diberikan, maka tantangan akan semakin berat.
Contohnya, pada sebuah video ada sepasang suami istri yang membeirkan tantangan pada suami. Saya melihat wajah sang suami sudah penuh dengan bedak dan dengan anting-anting jepitan baju di telinga. Suami tersebut melakukan push up sebanyak 15 kali karena ada penonton yang memberikan suatu gift. Belum sampai separuh, ia seakan mau semaput dan akhirnya bilang ke istrinya kalau sudah tidak sanggup karena seharian jadi kuli bangunan. Asli, saya gemes melihatnya.
Pengemis dengan aneka tantangan. |
Saya pun berkomentar kepada suaminya untuk meninggalkan istrinya dan jangan mau dijadikan budak. Namun, sang suami bilang itu sudah menjadi risikonya karena kebutuhan hidupnya banyak dan bla-blabla. Yah terserah saja yang penting saya sudah mengingatkan. Kalau saya jadi dia mana mau saya.
Apapun Dilakukan Demi Uang
Ada pula seorang bapak yang tiap hari mengguyur tubuhnya
dengan air cucian. Sepanjang live dia meminta penonton untuk mengetap layar dan
memberikan gift. Ia juga mengatakan akan melakukan apapun yang penting
pentontonnya memberikan gift padanya.
Nah saya iseng berkomentar bahwa bisakah ia diikat di tiang listrik atau pohon lalu diestrum pakai mesin penyetrum. Jujur, saya agak ngeri juga dan hanya berniat apa benar orang-orang seperti ini itu mau melakukan apapun demi uang. Eh ternyata dia mau tetapi saya harus kasih gift yang harganya lumayan.
Mengemis untuk membayar kos |
Saya tidak tahu apa yang di pikiran mereka ini. Sebegitu naifkah hidup ini sampai apapun akan dilakukan demi uang? Saya penasaran kalau mereka disuruh masuk sumur apa mereka mau. Barangkali mereka juga mau asal mendapatkan gift dan bisa ditukar dengan uang.
Suami istri yang ngemis online |
TikTok memang berkembang luar biasa. Seakan tiap ponsel sekarang terinstall aplikasi ini. Hanya TikTok yang mampu menggasak kedigdayaan You Tube meski masih banyak orang seperti saya yang jauh menikmati You Tube dengan preferensi tontonan sesuai selera saya. Tidak random layaknya TikTok yang tiba-tiba muncul adegan perkelahian yang entah siapa saya tidak kenal.
Mengemis karena janda |
Meski begitu, ada beberapa pengemis online yang membuat saya ngakak. Seperti sepasang suami istri paruh baya yang berjoged sambil tertawa-tawa dan selalu meminta penonton untuk mengetap layar ponselnya. Entah apa mereka tidak berkegiatan lain, ketika saya membuka TIkTok pada waktu yang berbeda, mereka muncul lagi dan lagi.
Saya tak paham apakah ada orang lain yang mengendalikan mereka. Yang jelas, bagi saya mereka unik walau tentu kalau saya jadi anaknya pasti akan melarang. Lebih baik membuat channel You Tube dengan aneka kegiatan. Entah memasak, membersihkan rumah, berkebun, atau hal lain. Bagi saya ini jauh lebih terhormat.
Mengemis 24 jam |
TikTok memang menyajikan aneka macam kehidupan dan banyak diantaranya untuk mencari uang. Saya sangat salut dengan mereka yang live hampir 24 jam untuk berdagang. Mereka seharusnya lebih mendapat tempat dari TikTok sendiri dibandingkan pengemis online. Sayang, beberapa diantara mereka harus rela terkena banned dengan alasan yang kadang tak masuk di akal. Padahal, para pengemis online seharusnya yang lebih layak untuk dibanned.
Salut dengan Pedagang Online
Ssaya salut dengan beberapa penjual di TikTok yang sampai rela begadang. Mata mereka tampak sayu tetapi masih mencoba untuk tersenyum melayani pelanggan. Kadang saya menemukan akun penjual yang hanya saya penontonnya. Ketika melihat etalase jualan mereka, sang penjual tampak gembira dan seakan berharap saya membeli barang mereka. Mereka juga menyapa saya dengan ramah dan bertanya saya ada di mana. Makanya, saya sangat menyesal ketika saya meninggalkan live mereka karena memang barang yang mereka jual belum saya butuhkan.
Tentu, kita semua tahu dengan sosok Kak Jill yang matanya sampai sembab karena setiap hari harus live berjam-jam. Ia sangat sabar melayani pembeli dengan menunjukkan barang yang sedianya akan dibeli. Ia juga telaten memandu calon pembeli untuk memberikan catatan saat check-out barang agar tidak salah.
Bagi Kak Jill pembeloi harus dilayani sebaik-baiknya. Makanya, ia rela melambatkan suara saat memandu seorang pembeli yang akan check-out. Sungguh, model seperti Kak Jill ini sangat layak diapresiasi. Dibadingkan para pengemis online, mereka tentu mengeluarkan daya dan upaya yang luar biasa.
Saya tidak begitu paham algoritma TikTok yang masih menunjukkan pengemis online kepada penggunanya. Kalau semisal ada yang sudah tidak pas, biasanya saya langsung melaporkan akun mereka. Namun, beberapa hari kemudian saya masih menjumpai mereka dan marah-marah kenapa akunnya dilaporkan dengan alasan bla-bla-bla. Persis seperti pengemis di lampu merah yang marah-marah saat terkena razia Satpol PP.
Issssh itulah alasan kenapa aku uninstall TikTok mas. Jijik jujurnya liat tayangan begitu. Kayak ga ada harga diri 😮💨.
ReplyDeleteNash beda cerita kalo penjual barang di TikTok kayak ka Jil dan lainnya, yg beneran jualan . Setuju, kalo itu msh jauh lebih terhormat sih. Bukan tipe pekerja males yg cuma mau terima gampang dan rela diperbudak 😖
Issssh itulah alasan kenapa aku uninstall TikTok mas. Jijik jujurnya liat tayangan begitu. Kayak ga ada harga diri 😮💨.
ReplyDeleteNash beda cerita kalo penjual barang di TikTok kayak ka Jil dan lainnya, yg beneran jualan . Setuju, kalo itu msh jauh lebih terhormat sih. Bukan tipe pekerja males yg cuma mau terima gampang dan rela diperbudak 😖