Miss USA menjadi Miss Universe 2022. - Dok. Miss Universe |
Gelaran Miss Universe 2022 telah usai.
R’ Bonnie Gabriel Nola asal Amerika Serikat berhasil menjadi
juara. Bonnie – sapaan akrabnya – juga mentahbiska Amerika Serikat sebagai
negara dengan jumlah kemenangan Miss Universe terbanyak untuk saat ini dengan 9
gelar. Kemenangan Bonnie juga sekaligus sebagai peringatan 10 tahun kemenangan
negeri Paman Sam tersebut sejak terakhir menang tahun 2012 oleh Olivia Culpo.
Meski diiringi kontroversi, nyatanya Bonnie layak menang. Ia
sangat konsisten tampil sejak karantina hingga malam final. Advokasi mengenai
fashion sustainability yang dibawakan juga menarik perhatian. Apalagi, ia juga ikut
mendesain baju gaun malamnya yang tidak dilakukan peserta lain karena memang
kebetulan ia adalah seorang fashion designer.
Kontroversi Pemenang
Kemenangan Bonnie juga memupus harapan wakil Venezuela, Amanda
Dudamel yang juga memiliki kans menjadi juara. Keduanya berada pada posisi two
last standing alias dua besar yang memperebutkan mahkota. Andaikata Venezuela
menang, maka kedua negara tersebut akan sama-sama mengoleksi 8 gelar. Sayang,
negara yang kaya minyak itu harus mengubur impian dan menjadi juara kedua.
Publik Venezuela banyak yak tak terima dengan kemenangan
Amerika Serikat tersebut. Berbagai komentar kurang baik dari fans Venezuela dan
negara Latin lainnya menyerbu akun Miss Universe. Bahkan, Presiden Venezuela
Nicholas Maduro mengatakan mereka – Organisasi Miss Universe – telah merampas gelar
Miss Universe dari negaranya. Ucapan ini malah menjadikan hubungan kedua negara
semakin memanas. Kedua negara memang belum menormalisasi hubungan yang terputus
sejak 2019 akibat AS tidak mengakui pemilu di Venzeuela yang dianggap penuh kecurangan.
Baca juga: Drama dan Catatan Miss Universe Era Trump
Tak hanya pada tahun ini saja kedua negara berada pada
posisi akhir memperbutkan mahkota. Sudah tida kali edisi Miss Universe mereka
saling berpegangan tangan untuk penentuan juara. Amerika Serikat memang lebih
unggul. Dari tiga kali bertemu Venezuela, mereka telah memangkan dua kali yakni
pada 1967 dan 1997. Sementara, Venezuela hanya sekali menang atas Amerika Serikat
pada 1986.
Tidak Ada Top 10
Selain kontroversi pemenang kali ini, format kompetisi yang
diubah drastic juga menuai banyak kecaman. Pada edisi Miss Universe kali ini,
tidak ada lagi babak 10 besar atau biasa disebut second cut. Setelah babak 16
besar atau first cut, maka selanjutnya diadakan babak swimsuit competition dan
evening gown untuk memilih lima wakil terbaik pada babak Top 5. Lalu, mereka
akan melakukan sesi tanya jawab untuk memperebutkan tiga tempat pada babak Top
3. Barulah pengumuman siapa yang menjadi runner up dan pemenang dilakukan.
Baca juga: Berapa Harga Lisensi Kontes Kecantikan Internasional?
Selain Amerika Serikat dan Venezuela, negara latin masih
mendominasi babak 5 besar. Ketiga finalis lain yang berhasil masuk babak ini
adalah Republik Domonika, Kolombia, dan Curacao. Republik Dominika berhasil
masuk babak 3 besar menyisikan dua negara lain. Sementara, Kolombia harus puas
kembali terhenti di babak 5 besar untuk kali kesekian setelah tahun 2019 dan
2021 kemarin.
Unggulan ASEAN Gagal Masuk Top 16
Nah, jika tahun ini negara Latin mendominasi gelaran Miss Universe,
maka tidak bagi negara Asia., terlebih negara Asia Tenggara yang kerap
langganan masuk babak semifinal. Filipina, Indonesia, Thaildand, dan Vietnam,
keempat negara yang kerap masuk babak 16 besar kini harus puas unplaced
berjamaah. Keempatnya gagal lolos masuk ke babak selanjutnya.
Hasil ini cukup mengejutkan karena keempat negara tersebut
juga dianggap konsisten selama karantina dan babak preliminary. Keempatnya juga
sering masuk deretan hotpicks atau kontesntan yang diunggulkan oleh portal
pageant. Namun, keempatnya tidak disebutkan oleh pembawa acara saat pengumuman masuk babak 16 besar.
Ada anggapan bahwa tidak lolosnya keempat negara tersebut
agar dominasi negara latin bisa tetap eksis. Pihak Miss Universe dianggap
memasukkan negara-negara yang dianggap lemah ke dalam babak 16 besar. Dengan begitu,
kesempatan untuk memasukkan negara-negara latin ke babak 5 besar dianggap
terbuka lebar. Makanya, beberapa negara yang dianggap tidak diunggulkan masuk
ke babak 16 besar. Mereka antara lain Laos, Kanada, Haiti, Trinidad &
Tobago, dan Australia.
Masuknya negara-negara tersebut juga dianggap sebagai
kenyataan dari ucapan pemilik Miss Uniberse yang baru, yakni Anne JKN. Transgender
asal Thailand tersebut pernah menyatakan bahwa pada edisi kali ini, negara yang
kerap masuk babak semifinal tidak akan negara yang itu-itu saja. Makanya,
banyak yang menyatakan bahwa pihak MUO sengaja memasukkan negara yang jarang
placed ke babak 16 besar. Meski begitu, ada anggapan bahwa pernyataan tersebut
tidak terbukti karena negara yang masuk babak 5 besar juga negara yang
langganan juara.
Baca juga: Kejutan Thailand Unplaced pada Miss Universe 2021
Meski begitu, beberapa peserta yang masuk babak Top 16 dan
gagal masuk babak Top 5 memang cukup layak. Salah satunya adalah Laos yang
membawa advokasi sekolah bahasa Inggris gratis di negaranya guna menaikkan
kemampuan bahasa asing tersebut. Ia yang merupakan guru bahasa Inggris sangat
konsisten memberikan pelayanan prima pada sekolah yang ia buka. Ia mengatakan
bahwa kemampuan bahasa Inggris di suatu negara sangat penting dalam bersaing di
era global. Negaranya memang salah satu negara dengan tingat penguasaan bahasa
Inggris yang cukup rendah. Makanya, ia melakukan advokasi tersebut.
Menarik memang mencari formula yang tepat agar suatu negara
bisa masuk Top 16 atau bahkan Top 5. Advokasi masih menjadi kunci karena
bagaimanapun kriteria ajang ini adalah mencari wanita yang mampu berdaya dan
berdampak bagi lingkungan sekitar.
Salah satu advokasi yang bisa jadi dilakukan di Indonesia
adalah pencegahan pelecehan seksual terhadap wanita di transportasi umum. Dengan
banyaknya kasus yang terjadi, maka advokasi iji sebenarnya penting. Selain membuat
wanita aman, advokasi ini juga membuat kaum wanita bisa leluasa untuk
beraktivitas dan tentunya ada kesadaran naik angkutan umum. Dampaknya pun cukup
besar karena berhubungan dengan mengurangi angka kemacetan. Semoga saja ada advokasi
semacam ini yang bisa dibawa oleh perwakilan Indonesia nanti.
Meski gagal, wakil Indonesia Laksi Shari Suardana tampil memukau. Banyak pujian yang diberikan padanya. Mungkin masih belum rezeki Indoneisa untuk kembali masuk ke babak semifinal.