Eyang Didi Nini Thowok saat berperan dalam Mbarang. - Dok YT DNT |
Siapa sih yang tak kenal dengan penari serba bisa Didi Nini Thowok.
Eyang Didi – panggilan akrabnya – sudah melalangbuana hingga
ke macanegara untuk menari berbagai tarian. Mulai tarian tradisional, tari
kontemporer, bahkan tarian dari luar negeri. Seniman pria yang kerap berdandan
seperti wanita ini juga sudah mendapatkan berbagai penghargaan baik dari
pemerintah, LSM, atau badan lainnya.
Saya sendiri tahu sang maestro ini malah sejak duduk di
bangku TK. Saat itu, ada guru saya yang begitu mengidolakan Eyang Didi. Beliau terus
bercerita ketika kami diajar menari bahwa ada orang yang bisa menari dengan gemulai
dan lincah.
Saat itu memang belum banyak alat yang bisa menampilkan
gambar berupa video. Jadi, saya sering bertanya-tanya bagaimana sih sosok Eyang
Didi yang katanya menari hingga ke luar negeri. Saya bertanya kepada ibu saya mengenai
sosok tersebut dan beliau berkata bahwa sosok itu memang mahir menari. Kata ibu
saya Eyang Didi juga orangnya lucu karena suka memakai topeng ketika menari.
Untungnya, beberapa waktu kemudian saat saya juga masih TK,
saya bertemu dengan Eyang Didi di sebuah pemandian bernama pemandian Senaputra.
Pemandian tersebut merupakan pemandian yang sangat ramai dikunjungi warga
Malang. Tak seperti pemandian lain, di pemandian tersebut ada sanggar tari yang
kerap menampilkan atraksi ketika hari Minggu.
Nah kebetulan, saat saya selesai renang, saya selalu melihat
pertunjukan tersebut. Biasanya sih pertunjukan kuda lumping atau tari remo. Entah
memang kebetulan, saat itu ada Eyang Didi Nini Thowok yang menjadi bintang
tamu.
Saya masih gak ngeh karena mengira beliau seorang wanita. Ternyata
beliau adalah seorang pria yang mampu menari dengan sangat atraktif. Saya masih
ingat dengan topeng bergigi gingsul yang membuat saya terpingkal-pingkal.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai sering melihat Eyang
Didi tampil di televisi. Kalau tak salah ada satu acara di ANTV yang dipandu
oleh almarhum Rina Gunawan yang kerap menampilkan Eyang Didi. Saya lupa nama
acaranya apa yang jelas Eyang Didi tampil dalam acara tersebut dengan berbagai
pernak-pernik unik terutama topengnya. Sejak saat itu, di berbagai kesempatan
yang ada Eyang Didi tampil, saya hampir tak pernah absen unuk menonton.
Sayang, beberapa waktu belakangan saya jarang menonton Eyang
Didi di televisi. Eh ndilalah, ketika saya naik bus, tiba-tiba ada pengamen
yang bernaynyi dengan topeng seperti yang dipakai pleh Eyang Didi. Saya pun
langsung teringat dengan beliau dan mencari kondisi terkini dari beliau. Ternyata,
beliau sudah memiliki channel You Tube sendiri yang berisi karya-karya beliau.
Kebetulan lagi, saat itu beliau baru saja mengunggah mini
seri berjudul Mbarang. Wah, saya langsung melihat mini seri tersebut. Saya penasaran
bagaimana jika Eyang Didi bermain peran sambil menari. Pasti akan asyik sekali.
Baru beberapa detik menonton video tersebut saya langsung
terpingkal-pingkal. Olah tari yang beliau bawakan sangat apik berpadu dengan
olah akting yang diperankan. Kebetulan memang mini seri ini adalah mini seri
komedi. Jadi, banyak sekali jokes-jokes ringan tetap mengena yang ditampilkan
oleh Eyang Didi.
Cerita ini sendiri berkisah tentang Eyang Didi yang mulanya
sebagai pemeran Tobong atau kesenian ludruk khas Yogyakarta. Lantaran pandemi,
maka Tobong menjadi sepi dan tak ada pementasan sama sekali. Makanya, Eyang
Didi pergi keluar untuk mengamen dan mencari uang agar tetap hidup.
Nah di tengah perjalanan, banyak sekali kejadian yang
membuat Eyang Didi menemui sial. Mulai dari mengamen di tempat yang tuan
rumahnya malah memintanya membayar karena sudah disuguhi makan dan di minum. Ada
pula saat mengamen di kampung yang orangnya hampir sama tetapi hanya beda
jumlah tahi lalat.
Celotehan yang diberikan Eyang Didi pada lawan mainnya
sungguh mengocok perut. Apalagi, beliau melakukannya sambil memakai sanggul
dengan sanggul superbesar. Saya jadi terkesan dan tak menyangka bahwa Eyang
Didi juga pandai bermain akting. Bahkan sudah seperti orang yang lama berseni
peran. Tak terlihat kaku dan sangat luwes menghayati perannya.
Pun demikian saat ada konflik pada cerita tersebut. Semuanya
tampak mengalir apa adanya dan dekat dengan kehidupan masyarakat. Salah satunya
adalah konflik antara dia dengan pemain tobong lain yang menganggapnya tidak
tanggung jawab meninggalkan tobong.
Eyang Didi mengemasnya dengan unik dan masih memberikan gerakan
dasar tarian saat berkelahi dengan pemain tersebut. Penonton pun akan dibuat
terpingkal-pingkal dengan aksi ini karena tidak pernah terpikirkan berkelahi dengan
cara seperti itu.
Makanya, banyak orang yang terpikat dengan serial Mbarang
ini meski saying hanya sampai 5 episode saja. Barangkali, Eyang Didi masih
ingin berfokus pada menari dan menjadikan Mbarang sebagai pengisi saat covid
kemarin yang kita ketahui banyak acara seni dibatalkan.
Karya yang tak kalah hebat lain ketika ramai challenge Lathi
di Tiktok. Challenge ini menampilkan berbagai perubahan ekspresi wajah dengan
cepat. Eyang Didi juga ambil bagian dalam challenge tersebut dan amat memukau. Beliau
menampilkan berbagai bentuk karakter wajah mulai dari yang lucu, kalem, hingga
menyeramkan. Transisi wajah dan gerakan tarian yang pas dengan iringan music membuat
jutaan orang berdecak kagum.
Banyak komentar menyatakan sebaiknya anak-anak Tiktok
minggir dulu karena sang maestro sedang turun gunung. Komentar itu tak
berlebihan karena memang karya yang dihasilkan Eyang Didi luar biasa. Beliau ternyata
juga mampu melakukan seni transisi video yang kini digandrungi generasi
penerus. Beliau juga membuktikan bahwa seorang seniman juga harus mengikuti
perkembangan zaman.
Saya masih belum menemukan orang yang begitu berdedikasi
seperti Eyang Didi. Yang mampu menyatukan beberapa macam seni dalam satu kesatuan
yang pas.
lama nggak denger kabar dari Eyang Didi, juga lama banget nggak pernah muncul di tv nasional. Ternyata ada di platform yutub ya.
ReplyDeletePrestasinya nggak diragukan lagi, keren banget pokoknya, sampe keluar negeri
dulu waktu aku masih kecil, ngiranya Didi ini ya cewek ternyata cowok :D