Ilustrasi. - Sumber: https://leftunity.org/ |
Entah apa yang membuat saya begitu ingin mengajak orang-orang naik angkutan umum beberapa waktu terakhir.
Mungkin salah satu alasannya adalah saya sudah tidak sanggup
melihat kemacetan jalanan dan segala hiruk pikuk yang menyertainya. Saya merasa
makin lama hidup saya makin sia-sia karena habis di jalan. Jarak perjalanan
yang sesungguhnya pendek dan bisa ditempuh dalam beberapa waktu saja ternyata
kini kondisinya sangat berbeda. Saya harus merelakan waktu berharga untuk
menunggu kemacetan yang tak mengenal waktu. Pagi, siang, sore, dan malam.
Advokasi ala-ala Miss Universe pun saya lakukan selama ini
dengan mengajak orang lain terutama orang sekitar untuk naik angkutan umum. Mulai
dari mengunggah status WA saat naik angkutan umum, memposting foto dan video
perjalanan menggunakan transportasi umu, hingga secara khusus mengunggah video
dalam channel You Tube atau akun Tiktok.
Saya merasa bahwa kampanye naik kendaraan umum semestinya
bisa dilakukan tiap individu. Setiap orang semestinya punya kesadaran tinggi
mengenai isu ini. Penggunaan kendaraan pribadi yang semakin masif tidak hanya
berbahaya pada lingkungan tetapi juga pada hilangnya waktu kita yang amat
berharga. Waktu untuk istirahat, waktu untuk berkumpul bersama keluarga, hingga
waktu untuk bekerja. Semuanya akan sia-sia jika kemacetan di jalan semakin
parah terlebih di kota besar.
Untuk itulah, saya ingin melakukan kebaikan sederhana ini
secara konsisten agar banyak masyarakat yang sadar terutama orang sekitar bahwa
kini kondisi jalan sudah semakin parah. Saya juga ingin melakukan kebaikan ini
atas dasar kemanusiaan. Tak lain, ketika banyak orang naik kendaraan umum, maka
perbaikan terhadap fasilitasnya juga akan dilakukan. Masyarakat yang tidak
memiliki akses terhadap kendaraan pribadi juga akan mendapatkan fasilitas
transportasi yang sama baiknya dengan mereka yang punya kendaraan pribadi.
Prinsip ini saya gunakan karena di negara maju transportasi
umum menjadi tumpuan utama warganya beraktivitas. Pajak kendaraan pribadi
dibebankan sangat tinggi sementara harga tiket transpprtasi umum ditekan
semurah mungkin. Transportasi umum yang memadai dan bisa diandalkan sebenarnya
adalah hak dasar setiap warga negara sama seperti mereka mendapatkan air,
listrik, layanan kesehatan, dan sebagainya.
Sayangnya, apa yang saya lakukan ini terkendala oleh satu
hal utama yakni tidak seriusnya pemerintah terutama pemerintah daerah dalam
menyelanggarakan transportasi umumnya. Dalam hati saya ingin mengajak orang-orang
di sekitar saya naik BRT atau angkot yang layak dan nyaman.
Namun, apa mau dikata. Kondisi yang terjadi malah
sebaliknya. Masih banyak daerah yang tidak sadar bahwa mereka sudah wajib menyediakan
transportasi umum yang mudah, murah, dan nyaman. Akhirnya, saya kadang malu
sendiri ketika saya dihadapkan pada keadaan yang membuat masyarakat mau tidak
mau harus menggunakan kendaraan pribadi.
Contoh nyatanya adalah ketika kampanye naik bus listrik di
Surabaya. Saya sudah antusias untuk mengajak orang-orang menggunakan
transportasi tersebut. Saya begitu semangat karena bus ini melewati rute yang
dilalui banyak orang. Rute tersebut adalah kawasan industri rungkut yang
menjadi kawasan industri utama di Surabaya.
Saat Pemkot Surabaya meluncurkan bus ini dengan seremoni
yang meriah, saya sudah memiliki rencana untuk membuat konten yang menarik
menujun pabrik-pabrik di kawasan tersebut. Apa lacur, bus ini ternyata hanya
beroperasi selama dua minggu.
Setelah itu, bus ini berhenti jalan akibat ruwetnya kontrak
antara pihak DAMRI selaku operator dengan pihak Kemenhub. Akibatnya, banyak
penumpang terlantar pada jalur bus ini setelah kosong. Padahal, ketika jalur
ini dilayani oleh Suroboyo Bus, masih banyak warga yang memanfaatkan.
Atas kejadian ini, saya pun jadi malu karena rasanya seperti
berkata sesuatu yang bohong. Bagaimana tidak, apa yang saya gembar-gemborkan
selama ini ternyata hanya pepesan kosong. Beberapa orang mencibir
ketidakseriusan ini dalam komentar channel You Tube saya. Meski bukan bagian
dari pemerintah atau operator bus, tetap saja saya malu. Toh akhirnya saya juga
mau tak mau menggunakan kendaraan pribadi.
Kadang, saya juga malu ketika ditanya seberapa sering saya
naik angkutan umum. Meski cukup sering, harus diakui kendaraan umum bukan jadi
solusi utama saya dalam berkativitas. Saya memadukan sekiutar 30 persen
menggunakan kendaraan umum dan 70% menggunakan kendaraan pribadi.
Alasannya, saya tidak bisa mengejar waktu jiak 100% naik
angkutan umum. Pekerjaan saya yang amat banyak dan harus berpindah dari satu
tempat ke tempat lain menjadikan ojol dan nebeng teman adalah kunci. Padahal,
saya sendiri malah menggunakan kendaraan pribadi. Rasanya kok malu ya terutama
jika saya ngotot mau mengajak orang sekitar naik di jalur tertentu.
Namun, saya sadar semua itu bukan semuanya kesalahan saya. Saya
hanyalah rakyat biasa yang tidak punya kuasa untuk mengatur wewenang naik
angkutan umum. Maka dari itu, saya hanya fokus untuk mengajak masyarakat yang masih
bisa naik angkutan umum untuk menggunakannya. Terlebih, bagi mereka yang
jalan-jalan ke suatu kota dan tidak membawa kendaraan pribadi. Saya yakin meski
sederhana, kebaikan ini akan ada maknanya dan bisa dipetik kemudian hari.
Aku juga lelah bgt ama kemacetan mas, apalagi tinggal di ibukota gini, kemacetan udah g bisa dihindari.
ReplyDeleteSebenernya kalau aku tinggal di Klp Gading - Jakarta Utara, sebelum merit aku lama kos disana, dan setelah merit juga sempat pindah ke Klp Gading lagi, disana lokasinya strategis, kemana2 naik transportasi umum sgt memadai, enak bgt kmn2 naik transportasi umum.
Sayangnya, diperumahanku skrg di Bekasi, lokasinya mblusuk, kmn2 jauh, misalnya Alfa/Indomaret aja hrs naik motor, jaman tinggal di Klp Gading, ke Alfa/Indomaret tinggal ngesot aja nyampe hahahha
Sing sabar yooo Mas krom
ReplyDeleteSetidaknya dirimu sudah menjadi duta transportasi publik yang muantepp
mengenai feedback tak usah dipikirkan banget Masee
Keep sharing!
aku berpikir kalau pemerintah mencanangkan untuk "naik transportasi publik", tapi masyarakatnya malah semakin banyak yang naik kendaraan pribadi jadi kayak usaha pemerintah sia-sia
ReplyDeletemungkin beberapa orang, lebih nyaman naik kendaraan pribadi dari segi efisiensi waktu juga pastinya
aku kalau keluar kota lebih sering naik transportasi umum juga sebenernya