Halte Trans Semarang dengan dek tinggi |
Video di dalam channel You Tube saya kebanyakan adalah video mengenai perjalanan di dalam bus.
Sebenarnya, saya tidak ingin mengkhususkan video saya dengan
salah satu niche tertentu. Namun, seiring berjalannya waktu ternyata dengan
membuat video dalam niche tertentu, maka jumlah viewers saya bisa meningkat
tajam pun demikian dengan subscribernya.
Alhasil, jika diprosentasekan, jumlah video mengenai
perjalanan di dalam bus pada channel saya bisa mencapai 85 persen lebih. Jauh
lebih banyak dibandingkan video perjalanan kereta api atau tempat wisata yang
menjadi penyeling saja. Makanya, saya pun mau tak mau harus memiliki teknik
tertentu untuk membuat video tersebut.
Lantaran berada dalam perjalanan bus, maka prinsip keamanan
menjadi salah satu faktor utama saya dalam membuat konten. Selama tidak aman
dan tidak nyaman, maka saya tidak akan membuatnya. Contohnya, saya menghindari
pembuatan video di dalam bus ketika bus sedang ramai atau saat jam sibuk.
Selain mengganggu privasi dan kenyamanan penumpang lain,
membuat konten saat bus penuh juga sangat riskan. Ponsel saya bisa saja
terjatuh atau ada hal lain yang tidak diinginkan. Makanya, saya menghindari
membuat video saat jam sibuk. Saya lebih leluasa melakukannya saat bus sedang
sepi sehingga saya bisa duduk dengan nyaman.
Kalau pun harus merekam dalam keadaan ramai, maka saya hanya
melakukannya sepotong-sepotong dan menghindari merekam saat berdiri. Saya tidak
mau terlihat lucu karena terjatuh hanya demi pembuatan sebuah konten.
Namun, kadang saya tetap saja mengalami hal tak terduga
seperti terjatuh saat membuat konten. Salah satunya ketika naik bus Batik Solo
Trans. Kala itu, saya sudah siap dengan ponsel saya. Sebelum turun, saya sudah
membuka aplikasi kamera dan menyetelnya dalam keadaan siap merekam video. Dalam
rencana saya nanti, ketika saya sudah turun dengan sempurna di halte dengan dek
tinggi, saya bisa langsung mundur ke belakang dan merekam bus ketika pintu
belakangnya tertutup kemudian pergi meninggalkan halte.
Momen tersebut adalah momen yang paling saya ketika akan
merekam video di dalam bus. Saya memang mencari dua momen utama. Pertama,
ketika bus datang mendekati halte dan kedua saat bus pergi meninggalkan halte.
Bagi saya, dua momen tersebut adalah momen paling baik untuk membuat video
perjalanan menggunakan bus.
Alasannya, momen tersebut adalah momen yang dinantikan oleh
para penumpang bus. Ada momen yang khas yakni ketika penumpang naik dan turun.
Tak hanya itu, beberapa bus mania kerap menunggu momen tersebut untuk
mengetahui spesifikasi bus yang digunakan. Apakah sama atau berbeda antara satu
rute dengan rute lainnya. Makanya, momen itu adalah momen yang paling saya
cari.
Kembali ke cerita, ketika baru turun dari BST, saya sudah
siap dengan ponsel saya. Dasar terlalu semangat, saya malah tidak pas
menapakkan kaki saat turun. Kaki mulai sakit dan nyut-nyutan. Maklum, halte
tempat saya turun merupakan sebuah portable alias bukan bangunan halte
sebagaimana mestinya. Hanya berupa pijakan tangga untuk naik dan turun.
Lantaran saya kesakitan, maka saya pun gagal untuk merekam
bus. Bus sudah melaju cukup kencang meninggalkan saya yang masih meng-aduh.
Momen tersebut gagal terekam dan saya pun menggantinya dengan bus koridor lain
yang sedang melewati halte tersebut. Yah tak ada rotan akar pun jadi. Yang
penting kan masih ada gambar bus yang berjalan. Daripada tak ada sama sekali
kan?
Kejadian unik lainnya terjadi saat saya berada di dalam bus
Trans Semarang. Saat itu saya harus transit dari koridor 4 menuju koridor 2 ke
arah Ungaran. Saat transit, saya sangat semangat merekam sehingga tidak membaca
bus koridor 2 yang baru datang. Saya pun langsung naik dan merekam kegiatan di
dalam bus.
Semenit dua menit tak ada masalh hingga saya sadar kalau
saya salah naik bus. Bus yang saya naiki malah mengarah ke Terminal Terboyo.
Padahal, kalau saya sadar sedari awal, harusnya bus melewati jalanan yang naik
karena rute ke arah Ungaran adalah menuju ke dataran tinggi melewati Tanjakan
Gombel yang mengerikan itu. Nah, bus yang saya naiki malah datar-datar saja
kontur jalannya.
Alhasil, saya pun mencari halte terdekat untuk turun
daripada nyasar tambah jauh. Saya pun menyeberang jalan untuk naik bus dengan
koridor sama agar sampai ke Ungaran. Meski salah naik bus dan memakan waktu,
tetapi saya senang mendapat tambahan konten berupa petugas bus yang melambaikan
tangan untuk menghentikan bus.
Durasi video saya pun menjadi lebih panjang. Tidak hanya
itu, saya juga mendapatkan insight bahwa ketika transit bus, kita harus benar-benar
konsentrasi penuh. Tidak boleh melamun atau terpecah konsentrasi. Pun demikian
dengan membuat konten. Sebenarnya sih tidak masalah saat transit kita membuat
konten. Asal, ketika bus datang, kita harus benar-benar paham bus apa yang sedang
melintas. Apakah bus tujuan kita atau bukan.
Jangan sampai salah naik bus seperti yang telah saya
lakukan. Salah naik bus saat asyik berkonten. Jika masih ingin tetap berkonten
saat naik bus, maka menggali informasi seputar rute bus sejelas-jelasnya sangat
perlu dilakukan. Semisal, bus apa yang lewat di jalur tersebut. Jika ada bus
yang beririsan jalur, maka sebisa mungkin menghindari merekam ketika ada beberapa
bus yang datang. Ini penting terutama jika kita berada pertama kali atau masih
awam seputar kota tersebut.
Momen membuat konten memang menyenangkan. Saya sendiri
sangat menikmati ketika bisa bertemu banyak orang saat naik bus. Apalagi jika
saya bisa menyampaikan apa yang dibutuhkan oleh orang lain. Lantaran, saya
berprinsip ketika kita membuat konten, sesungguhnya kita sedang melayani orang
lain. Maka, saya pergunakan kesempatan tersebut untuk menghasilkan konten sebaik-baiknya
walau harus bersusah payah untuk mendapatkannya.