Saya tak tahu berapa jumlah blogger di Indonesia.
Kebanyakan blogger tak lagi aktif dengan berbagai alasan. Semisal ada pekerjaan lain hingga beralih platform yang dirasa lebih menguntungkan, mulai You Tube hingga Tiktok. Perlahan tapi, untuk mengkikuti tren dan agar tidak tertinggal zaman, maka banyak blogger yang kini beralih menjadi You Tuber dan Tiktokers.
Semua memang kembali kepada hak masing-masing blogger. Meski begitu, dengan menurunnya jumlah blogger saat ini, maka menjadi blogger di Indonesia menjadi tantangan tersendiri. Tantangan yang dirasa cukup berat.
Selain menghilangnya satu per satu teman blogger yang berganti platform, penilaian masyarakat sekitar terhadap blogger saat ini memang tidak begitu menguntungkan dari sisi blogger. Blog dianggap sudah tak lagi relevan dengan perkembangan zaman. Masyarakat menilai bahwa saat ini, media lain seperti You Tube dan Tiktok jauh lebih menjanjikan. Terlebih, dengan menjamurnya penggunaan dua media sosial tersebut.
Jika bertemu orang baru atau orang terdekat, seringkali muncul pertanyaan:
Hah, kamu masih ngeblog? Hari gini?
Pertanyaan itu cukup menusuk. Memang, jika dimasukkan ke dalam hati, sebagai blogger cukup menyakitkan. Namun, saya teringat kata-kata dari Sheila Intan Permatasari, Puteri Indonesia NTB yang masuk Top 11 Puteri Indonesia 2022. Ia mengatakan:
“Di Era Revolusi Industry 4.0 Di Tengah Society 5.0 banyak yang menggunakan teknologi tapi belum bijak. Hal ini mendorong munculnya cyber bullying melalui hate comment. Satu konsep mindfulness yang saya percaya: kata kata itu tidak akan menyakiti saya jika saya tidak mengijinkanya".
Pernyataan tersebut menyiratkan bahwa selama kata-kata dari orang sekitar tidak kita izinkan untuk masuk dalam hati kita, tentu tak akan menyakiti kita. Makanya, jika ada orang sekitar meremehkan peran kita sebagai blogger, anggap saja mereka tidak tahu peran blogger yang sesungguhnya.
Kata-kata dari Intan juga menyiratkan di era revolusi industry 4.0 sekarang, sesungguhnya penggunaan media sosial lebih banyak digunakan untuk menimbulkan cyber bullying. Menimbulkan sesuatu yang merugikan orang lain. Menggunakannya untuk konten unfaedah demi menghasilkan viewrs atau cuan semata. Bukan pada kebermanfaatan bagi banyak orang.
Coba kita renungkan, saat ini banyak sekali konten di media selain blog, semisal You Tube, TikTok, Twitter, dan Facebook yang begitu mudah menyakiti hati orang lain. Dengan jumlah pengguna yang begitu besar, begitu mudahnya mereka membuat tulisan dan video yang menyakiti hati orang lain guna menarik minat khalayak agar melihat konten tersebut. Lalu, apa faedah dari kegiatan itu semua?
Berbalik dengan blog, meski dianggap remeh tetapi tetap menjadi media untuk memberikan infromasi yang bermanfaat bagi banyak orang. Blog tetap pada ruhnya untuk menuangkan pikiran yang komperhensif dengan berbagai ekspresi asyik di dalamnya. Blog masih menjadi tempat yang menyenangkan untuk melakukan blogwalking, saling bertukar pendapat melalui kolom komentar yang panjang. Dan yang paling penting, arsip blog pada masa lampau dengan mudah ditemukan tak seperti media sosial lain.
Pemikiran ini kerap saya jawab ketika ada orang sekitar yang menanyakan fungsi blog saat ini dan mengapa saya masih ngeblog. Kadang, saya memberikan link tulisan blog saya agar mereka baca. Saya lebih suka memberi apa yang sudah saya kerjakan daripada menjelaskan panjang lebar. Barulah mereka akan paham apa saja yang saya kerjakan dan mulai mengerti peran blogger yang masih penting.
Tidak jarang, orang sekitar menanyakan mengenai pengasilan dari seorang blogger. Saya paham sekali bahwa orang Indonesia – tidak semuanya – mengukur kebahagiaan dari uang, kemapanan, dan kepastian. Segala sesuatu yang menghasilkan uang, membuat mapan, dan kepastian hidup dianggap akan jauh lebih membahagiakan.
Apakah dengan menjadi blogger akan menghasilkan tiga standar utama kebahagiaan orang Indonesia itu?
Untuk menjawab itu, saya hanya bisa mengatakan bahwa konsistensi menjadi kuncinya. Jika menjadi blogger tidak konsisten, maka ketiganya tidak akan tercapai. Jika konsisten, walau belum tentu, tetapi jalan ke sana akan terbuka lebar.
Saya pernah menujukkan penghasilan pada Google Adsense saya yang hampir setara dengan UMK Kota Jogja, sekitar 2 juta rupiah per bulan. Penghasilan ini saya dapat dari 4 blog yang saya kelola. Satu blog pribadi berisi macam-macam ide yang saya gunakan ini dan tiga blog lain merupakan blog mengenai pendidikan (latihan soal, materi pembelajaran,. RPP, silabus, dan perangkat pembelajaran). Dari konsisten mengelola 4 blog tadi, meski belum banyak tetapi cukup untuk menabung demi masa depan.
Walau kini banyak orang mencari informasi lewat You Tube atau Tiktok, tetapi saya bisa mengatakan pada mereka bahwa blog masih diperlukan. Makanya, sampai kapan pun blog tidak akan pernah mati.
Memang susah menjadi blogger di Indonesia. Tidak hanya sebagai minoritas, blogger saat ini menjadi ultra-minoritas. Perlu tekad kuat dalam menjalaninya. Sama seperti pemeluk agama ultra-minoritas di berbagai tempat yang kesulitan dalam menjelaskan eksistensi mereka, itulah yang kerap dialami oleh para blogger di Indonesia saat ini.
Meski menjadi ultra-minoritas yang jumlahnya terus menyusut, menjadi blogger tetap memberikan kedamaian dalam hidup. Kedamaian inilah yang bisa jadi tidak akan dimiliki oleh orang-orang di sekitar yang menanyakan eksistensi seorang blogger.
Saya teringat dengan petikan seorang penganut agama ultra-minoritas di Indonesia. Baginya, ia tetap menjelaskan yang ia imani kepada orang sekitar. Begitulah yang akan saya jelaskan kepada orang sekitar mengenai blogger yang ultra-minoritas.
Coba kita renungkan, saat ini banyak sekali konten di media selain blog, semisal You Tube, TikTok, Twitter, dan Facebook yang begitu mudah menyakiti hati orang lain. Dengan jumlah pengguna yang begitu besar, begitu mudahnya mereka membuat tulisan dan video yang menyakiti hati orang lain guna menarik minat khalayak agar melihat konten tersebut. Lalu, apa faedah dari kegiatan itu semua?
Berbalik dengan blog, meski dianggap remeh tetapi tetap menjadi media untuk memberikan infromasi yang bermanfaat bagi banyak orang. Blog tetap pada ruhnya untuk menuangkan pikiran yang komperhensif dengan berbagai ekspresi asyik di dalamnya. Blog masih menjadi tempat yang menyenangkan untuk melakukan blogwalking, saling bertukar pendapat melalui kolom komentar yang panjang. Dan yang paling penting, arsip blog pada masa lampau dengan mudah ditemukan tak seperti media sosial lain.
Pemikiran ini kerap saya jawab ketika ada orang sekitar yang menanyakan fungsi blog saat ini dan mengapa saya masih ngeblog. Kadang, saya memberikan link tulisan blog saya agar mereka baca. Saya lebih suka memberi apa yang sudah saya kerjakan daripada menjelaskan panjang lebar. Barulah mereka akan paham apa saja yang saya kerjakan dan mulai mengerti peran blogger yang masih penting.
Tidak jarang, orang sekitar menanyakan mengenai pengasilan dari seorang blogger. Saya paham sekali bahwa orang Indonesia – tidak semuanya – mengukur kebahagiaan dari uang, kemapanan, dan kepastian. Segala sesuatu yang menghasilkan uang, membuat mapan, dan kepastian hidup dianggap akan jauh lebih membahagiakan.
Apakah dengan menjadi blogger akan menghasilkan tiga standar utama kebahagiaan orang Indonesia itu?
Untuk menjawab itu, saya hanya bisa mengatakan bahwa konsistensi menjadi kuncinya. Jika menjadi blogger tidak konsisten, maka ketiganya tidak akan tercapai. Jika konsisten, walau belum tentu, tetapi jalan ke sana akan terbuka lebar.
Saya pernah menujukkan penghasilan pada Google Adsense saya yang hampir setara dengan UMK Kota Jogja, sekitar 2 juta rupiah per bulan. Penghasilan ini saya dapat dari 4 blog yang saya kelola. Satu blog pribadi berisi macam-macam ide yang saya gunakan ini dan tiga blog lain merupakan blog mengenai pendidikan (latihan soal, materi pembelajaran,. RPP, silabus, dan perangkat pembelajaran). Dari konsisten mengelola 4 blog tadi, meski belum banyak tetapi cukup untuk menabung demi masa depan.
Walau kini banyak orang mencari informasi lewat You Tube atau Tiktok, tetapi saya bisa mengatakan pada mereka bahwa blog masih diperlukan. Makanya, sampai kapan pun blog tidak akan pernah mati.
Memang susah menjadi blogger di Indonesia. Tidak hanya sebagai minoritas, blogger saat ini menjadi ultra-minoritas. Perlu tekad kuat dalam menjalaninya. Sama seperti pemeluk agama ultra-minoritas di berbagai tempat yang kesulitan dalam menjelaskan eksistensi mereka, itulah yang kerap dialami oleh para blogger di Indonesia saat ini.
Meski menjadi ultra-minoritas yang jumlahnya terus menyusut, menjadi blogger tetap memberikan kedamaian dalam hidup. Kedamaian inilah yang bisa jadi tidak akan dimiliki oleh orang-orang di sekitar yang menanyakan eksistensi seorang blogger.
Saya teringat dengan petikan seorang penganut agama ultra-minoritas di Indonesia. Baginya, ia tetap menjelaskan yang ia imani kepada orang sekitar. Begitulah yang akan saya jelaskan kepada orang sekitar mengenai blogger yang ultra-minoritas.
Tags
Catatanku
wah salah satu peserta putri Indonesia quotenya mantab nih..aku setuju...hehhehe
ReplyDeleteaku masih ngeblog, tapi ngeblogku saiki buat sante aja ...ga buat nyari duit
Udah ga pernah melu lomba sama sekali nek dipikir pikir. Bener bener saiki konsepku kukembalikan pada saat aku pertama iseng nulis blog....cuma nulis diary kisah kisah biasa tapi aku seneng nulise, aku dah ga mau ribet mikirin keyword kata kunci ato statistik lagi, anehnya kayake tiap kali aku post cerita dailyku yang ga narget kata kunci apa apa, kok yo ada yang iseng ngira aku serius banget nulis berdasarkan kata kunci lah apa lah...padahal babar blas ora...saiki....soale aku juga ga mudeng hahahhahah. Cuma nulis kebetulan kata katayang keluar dari drijiku saat nulis yo kui..eh dikira serius nulis berdasarkan kata kunci, hahahahhah....
kalau ada yang baca syukur..ga juga gpp...Pengen ngeblog yang bener bener aku bikin happy tok hahahhaha...Uda ga terlalu mentingin siapa yang baca, yang penting aku suka nulis itu aja wkkwkwk. Tapi kalau temen lain di jalur berbeda ya monggo. cuma sekarang aku juga memfilter diri sebagai pembaca misalkan memposisikan diri saat kunjungan ke blog temen, pilihanku sekarang adalah blog sik bacaan bloge asyik asyik aja hihi...biar terbawa aura happy juga abis bacanya hahhahah, kalau ngomenin sesuatu yang aku ga paham aku biasane ga bakal komen soale wedi salah tur ora paham. aku emoh dibilang sok tahu atau gimana, wong aku juga jarang ndelok berita hahhahahahahhahaha..misal temen lagi bahas berita viral atau apa. Blas aku ga pernah mau komen komen gitu..even temen blog ada yang membahasnya di blognya misalkan...
mudah mudahan blog masih tetep fun ya mas ga melu melu platform sing oknume sering bikin berita tapi sarana untuk sebar hoax
kalo begitu ceritanya, aku harus bilang "Alhamdulillah," sudah lbh dari 10 tahun aku gak pernah ninggalin yg namanya ngeblog... meskipun byk sudah tmn2 blog lamaku yg hiatus atau pensiun dari ngeblog, tp aku masih akan ttp eksis di blog selama aku msh bs bernafas di planetku tercinta ini...
ReplyDeletegak usah deh pedulikan mereka yg bilang ini itu mas... aku malah lbh suka ngeblog daripada tiktokan. atau lainnya. Kalo yutub sih punya juga akunnya, tp gak serajin ngeblog... BTW, kita udh kenalan blm ya mas? Kok aku merasa baru pertama kali ke blog ini...
lam knl aja deh, dari blogger Cirebon, hehe... happy blogging mas... ngeblog itu asik kok. Apalagi kalo udh muncul si mbul tuh... makin asik aja...haha
Mantap, penghasilan blog setara umr perbulan. Kapan saya bisa menyusul ya?
ReplyDeleteKeren sih ultra minoritas. Udah kayak agama kepercayaan ajah.
ReplyDelete