Saya tidak bisa berkata-kata alias no word-word melihat pemberitaan sepekan terakhir.
Pasti Anda semua yang menggunakan media sosial juga no word-word melihat pemberitaan sebuah kasus pembunuhan yang terjadi di sebuah rumah oknum jendral polisi. Mungkin kalau menyatakan oknum rasanya sudah capai karena begitu banyak kasus kejahatan yang malah dilakukan oleh para penegak hukum.
Mereka yang seharusnya melindungi, mengayomi masyarakat, serta membuat rasa aman terhadap warga yang dilindunginya malah melakukan tindakan yang membuat takut. Apalagi kalau bukan insiden pembunuhan berencana yang menimpa seorang Brigadir.
Kasus ini menyita perhatian publik karena memang seperti pada cerita film thriller pembunuhan. Begitu kompleks, masih tersingkap tabu, dan dilakukan oleh mereka yang punya kedudukan penting. Masyarakat awam yang biasanya acuh terhadap berbagai isu yang mengemuka akhirnya ikut larut dalam pusaran badai yang menimpa instutusi Polri.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Itulah pertanyaan yang hingga kini belum bisa terjawab meski perlahan tapi pasti petunjuk di dalamnya mulai terkuak. Puncaknya, beberapa hari lalu, Kapolri secara gamblang menyatakan bahwa oknum Jendral tersebut sebagai tersangka kasus pembunuhan berencana terhadap ajudannya. Tak hanya itu, Kapolri juga menyatakan ada sekitar 31 polisi dengan berbagai tingkat kepangkatan juga dijadikan tersangka atas kasus ini.
Mereka disangka ikut membantu dan merencanakan tindakan keji tersebut. Mereka juga dianggap menghalangi proses penyidikan dengan menghilangkan barang bukti seperti CCTV di lokasi kejadian. Mereka pun akhirnya harus ikut bertanggung jawab atas apa yang dilakukan oleh sang oknum jendral tersebut.
Bola pun kemudian bergulir kepada seorang polisi berpangkat cukup rendah yang disangka menembak sang ajudan. Ia mulai membuka sedikit demi sedikit tabir yang awalnya gelap. Pasti, ia mulanya dipaksa tutup mulut dan mengarang cerita serta dikorbankan oleh para atasannya. Cerita pun mulanya beredar bahwa sang polisi muda tersebut menembak sang ajudan tanpa ampun hingga terkapar tak berdaya meregang nyawa.
Satu-satunya CCTV yang masih menyala dan bisa memberikan kesaksian. - Dok. Istimewa |
Di balik cerita mengerikan tersebut, satu hal yang patut dijadikan catatan. Kejahatan ini dilakukan oleh oknum jenderal yang memiliki jabatan penting. Ia bisa dikatakan sebagai polisinya polisi. Jabatan tidak main-main karena jika ada polisi yang melanggar maka mereka akan berhadapan dengan badan yang ia pimpin. Artinya, ia menjadi salah satu benteng terakhir dari institusi penting ini.
Bukannya menegakkan aturan dan memberi contoh yang baik, ia malah melakukan perbuatan keji dna terencana. Alhasil, masyarakat pun akhirnya begitu menyorot kasus ini karena dilakukan oleh seseorang yang menjadi tulang punggung kepolisian untuk menegakkan institusi Polri.
Karma Kasus Kebakaran Kejaksaan Agung?
Meledaknya kasus ini rupanya juga berkaitan dengan beberapa kasus sebelumnya yang ditangani oleh oknum jendral tersebut. Salah satunya adalah kasus kebakaran yang terjadi di Kantor Kejaksaan Agung 2020 silam. Saat itu, kepolisian menyatakan bahwa beberapa kuli yang bekerja di kantor tersebut bertanggung jawab atas kelalaian yang menyebabkan gedung tersebut terbakar.
Mereka pun akhirnya dijerat beberapa pasal sehingga mendapatkan hukuman. Meski kasus ini ditutup, tetap saja kejanggalan terhadap pihak kepolisian yang begitu saja menyatakan mereka bersalah masih mengemuka. Terlebih, CCTV di lokasi kejadian yang mati menjadi misteri besar. Sama dengan apa yang terjadi saat pembunuhan tersebut berlangsung. Pola CCTV yang mati di lokasi kejadian menjadi slaah satu pola yang unik dari kasus kala oknum jendral tersebut terlibat.
Beberapa orang yang mengikuti jalannya kasus tersebut menyatakan bahwa kasus yang menimpa oknum jendral saat ini merupakan karma dari apa yang ia perbuat terhadap para kuli yang tidak bersalah. Bagaimana bisa mereka menyatakan bekas punting rokok yang sudah mati di dalam air bisa menyebabkan kebakara besar? Belum lagi waktu antara para kuli mematikan puntung rokok dengan awal mula munculnya api cukup lama.
Semenjak kejadian itu, sang oknum jendral pun namanya meroket dan akhirnya menjadi pimpinan lembaga “polisinya polisi”. Jabatan yang tidak main-main dan seakan sulit untuk didongkel oleh siapa saja. Mana berani polisi lain terutama polisi biasa berhadapan dengannya kecuali atasannya sendiri yakni Kapolri?
Namun, ada kehendak Tuhan yang tidak bisa disangkal. Serapi apa pun ia menyembunyikan kejahatannya, pastinya akan terkuak dengan sendirinya. Tak butuh waktu lama, kejahatan itu akhirnya bisa disaksikan oleh masyarakat.
Ia memang licik begitu apik menutupi pembunuhan yang dilakukannya. Baru tiga hari, kasus ini muncul ke permukaan. Ia juga lihai dalam melakukan taktik dan konsolidasi dengan oknum-oknum lainnya sehingga seakan kasus ini tertuju pada polisi berpangkat rendah yang dipersalahkan. Untung saja, Kapolri benar-benar tak mau main-main. Saat beliau mengatakan bahwa ia tak segan memotong kepalanya, maka ia benar-benar melakukannya.
Saksi Kunci yang Ditunggu untuk Berbicara
Bola panas kemudian kini bergulir kepada polisi berpangkat rendah. Meski spekulasi ia dipaksa untuk menembak sang ajudan ada, sesungguhnya ia juga berada di posisi sulit. Jika tidak melakukan tindakan yang diminta atasannya, bisa saja ia yang terbunuh. Namun, saat ia melakukan hal keji itu, ia sudah melanggar kode etik Polri sesuai pasal 7 ayat 3.
Setiap anggota Polri Wajib menolak perintah atasan yang melanggar norma hukum dan untuk itu anggota tersebut wajib mendapat perlindungan hukum. Maka, kini negara harus benar-benar bisa melindungi polisi tersebut agar kasus ini bisa terkuak jelas. Belum lagi, ia mau menjadi justice collabolator. Jangan sampai ada yang mencelakakannya karena perannya sangat penting.
Kondisi kepolisian saat ini yang banyak dikuasai oknum jahat. - Dok. Istimewa |
Bak kisah fantasi, kini kumpulan malaikat bersayap yang seharusnya melindungi tersebut justru sedang dikuasai Lucifer. Setan jahat dengan kekuatan mengerikan yang mampu melakukan apa pun yang dikehendakinya. Mampukah para arkhangel yang tersisa di institusi tersebut melawan dan memberishkan Lucifer? Atau mereka justru tak berdaya dan kembali dikuasai oleh kekuatan jahat itu?
Kita lihat saja hasilnya.
Aku juga tadinya bingung, sebenarnya kasus apa itu yang terjadi dengan polisi nembak polisi, mana di rumah seorang ternama lagi. Sepertinya ada udang di balik gorengan ya mas.
ReplyDeleteSemoga saja benar Kapolri akan mengusut tuntas kasus tersebut.
Jujur ya ketika beritanya muncul pertama kali, saya menduga itu masalah kek di film-film, terjadi anu-anu di pihak istri, lalu kepergok suami dan kemudian dor dor, wkwkwkw
ReplyDeleteTapi ternyata dugaan itu terpatahkan dengan beberapa bukti, terlebih sekarang makin banyak skenario yang bikin puyeng udah berasa nonton sinetron tersandung eh :D