Kalau ditanya, mana yang akan saya pilih antara kereta api atau bus, bisa jadi jawaban saya akan berubah-ubah.
Jujur, saya bukan menjadi penggemar fanatik salah satu dari dua moda transportasi darat tersebut. Saya tidak memiliki fanatisme atau bahkan antipati terhadap salah satu dari keduanya. Meski begitu, bagi sebagian orang, rupanya memilih salah satu dari keduanya dan antipati terhadap yang lainnya adalah sebuah keniscayaan.
Fenomena ini saya saksikan ketika melihat lini masa twitter baru-baru ini. Kebetulan, saya memang mengikuti beberapa akun besar yang sering membahas mengenai transportasi. Entah kereta api, bus, atau yang lainnya. Nah, dari interaksi yang terjadi, maka banyak sekali akun yang juga membahas masalah tersebut muncul di beranda saya.
Baca juga: Sering Membawa Petaka, Begini Tips Memilih Bus Pariwisata
Banyak diantara mereka yang membandingkan fasilitas antara kereta api dengan bus beberapa waktu terakhir. Terutama, ketika viral seorang anak yang kecewa dengan layanan PT KAI saat ia naik KA Fajar Utama YK. Kereta yang mulanya memiliki kelas kursi ekonomi premium ini mendadak diganti dengan kursi kelas ekonomi Kemenhub 2-2.
Pengalaman naik KA Majapahit dengan duduk tegak selama 15 jam ke Jakarta. |
Alhasil, pro kontra pun muncul ke permukaan. Pihak yang sudah tidak suka dengan layanan PT KAI menggunakan momen ini untuk mengkritik bahkan menghujat layanan kereta api yang dirasa semakin mahal dan tidak manusiawi.
Adu Dengkul Vs Adu Fasilitas
Kebanyakan – tidak semua – dari mereka adalah para para penggemar bus yang tidak begitu senang naik kereta api. Menurut mereka, layanan kereta api Indonesia saat ini bukan adu fasilitas malah adu dengkul. Bagaimana tidak, saat ini sudah 2022, tapi masih ada saja kelas kereta api - terutama ekonomi - yang mengharuskan penumpang duduk berhadapan dengan penumpang lain.
Adu dengkul yang tak manusiawi dengan harga selangit. Itulah tagline yang diusung oleh mereka pada sisi kontra dengan layanan kereta api. Mereka pun kerap memamerkan fasilitas yang didapatkan saat naik bus. Dengan harga yang sama bahkan lebih murah, mereka bisa mendapatkan tempat duduk lebih lega, selonjoran, dan tanpa harus adu dengkul. Tak hanya itu, dengan naik bus mereka juga memamerkan menu snack dan makanan berat yang didapat gratis. Lengkap dengan aneka menu prasmanan yang menggugah selera.
Calo tiket bus di Terminal Bungurasih Surabaya. |
Tagline roda ban adu fasilitas dan roda besi adu dengkul pun menyeruak dan berujung debat tak berkesudahan di twitter. Tagline ini dibalas dengan mereka yang begitu cinta mati dengan layanan kereta api dengan menawarkan keamanan yang tidak bisa didapatkan saat naik bus. Mereka juga mengunggulkan ketepatan waktu perjalanan kereta api yang tak mungkin bisa disamai oleh layanan transportasi kereta api.
Baca juga: Utak-Atik Kode Kursi Kereta Api Kelas Ekonomi
Mereka yang dalam sisi ini juga mengunggulkan tak adanya calo dan berbagai kemunafikan lain dalam pembelian tiket kereta api. Sebuah kenyamanan yang belum tentu didapatkan jika penumpang memutuskan naik bus dan akan membeli tiket dengan waktu mepet.
Jika dilihat sekilas, kedua kubu ini seperti pertentangan antara Railfans (pecinta kereta api) dengan Busmania (pecinta bus). Nyatanya, persoalannya tidaklah demikian. Baik Railfans dan Busmania memiliki perspektif masing-masing akan moda transportasi andalannya. Mereka akan mengerti sisi kelebihan dan kekurangan bus dan kereta api tanpa harus membandingkannya membabi buta. Sesuatu yang cukup absurd dan tidak apple to apple untuk dibandingkan karena memang tergantung situasi dan kondisi.
Lebih Suka Naik Kereta Api
Saya sendiri memang senang naik kereta api karena beberapa alasan. Pertama masalah keamanan. Selama perjalanan kereta api, keamanan penumpang jadi prioritas. Ada banyak petugas terutama petugas keamanan yang siap menjaga keamanan selama perjalanan. Orang-orang yang berniat jahat tidak akan punya banyak celah untuk melakukan tindakan yang diinginkannya.
Naik Kereta api lebih pasti jadwalnya |
Tidak hanya itu, selama di stasiun pun keamanan juga lebih terjamin dibandingkan di dalam terminal. Tidak ada lagi calo yang berlalu-lalang. Tidak ada penjual makanan keliling, pengamen, pengemis, dan lain sebagainya. Intinya, kita bisa fokus menikmati perjalanan panjang kita.
Masalah ketepatan waktu, naik kereta api juga menjadi salah satu dasar saya memilihnya. Jika saya sedang terburu waktu, saya akan memilih kereta api. Dasar saya naik kereta api karena saya memang senang melihat kereta api berlalu-lalang dengan berbagai aktivitas manusia di dalamnya.
Pencabutan Layanan PSO, Saatnya Beralih ke Bus
Meski demikian, ada beberapa alasan yang menyebabkan saya tidak memilih kereta api. Pertama adalah masalah harga tiket. Beberapa waktu terakhir, pemerintah mencabut layanan Public Service Obligation (PSO) beberapa rangkaian kereta api. Salah satu kereta api yang dicabut layanan PSO-nya adalah Kereta Api Logawa. Kereta ini merupakan kereta api relasi Jember-Purwokerto (PP) yang melewati beberapa kota penting seperti Surabaya, Madiun, Solo, dan Jogja.
Selonjoran di KA Joglosemarkerto. KA ini cukup sepi karena bukan kereta api PSO sehingga harga tiketnya mahal. |
Dengan adanya pencabutan layanan PSO, maka harga tiket KA Logawa menyesuaikan harga pasar. Jika mulanya hanya 70 ribu-74 ribu sekali jalan menjadi sekitar 200 ribuan atau 3 kali lipat. Tentu, dengan adanya kenaikan ini, maka saya pikir-pikir kembali jika naik kereta api terutama jika dana saya terbatas. Eman-eman karena juga tidak mendapat service makan. Meski begitu, saya masih akan naik beberapa kereta PSO yang hingga kini masih bertahan. Diantaranya adalah KA Airlangga (Surabaya-Semarang-Jakarata) dan KA Sri Tanjung (Banyuwangi-Yogyakarta).
Penumpang bus malam mendapatkan layanan makan gratis dan prasmanan. Tidak akan mendapatkan hal serupa di kereta api. |
Moda transportasi bus saya pilih jika tiket kereta api PSO sudah ludes. Biasanya, saya langsung menuju dua agen PO, yakni Rosalia Indah (Rosin) dan Haryanto. Dua PO ini jadi jujugan saya karena saya bisa memilih tempat duduk sesuai keinginan saya. Tidak hanya itu, dua PO ini memiliki waktu keberangkatan yang banyak. Saya juga bisa memilih kapan saya berangkat. Entah pagi atau malam.
Baca juga: Pengalaman Naik Travel Cepat Rosalia Indah Malang-Solo 3 Jam Saja
Dua-duanya juga menawarkan kenyamanan selama perjalanan. Sandaran kursi yang luas, bantal, dan tentunya service makan yang enak. Intinya saya juga merasa mendapatkan kenyamanan walau masalah ketepatan waktu tidak sebaik kereta api. Alasannya, ada beberapa lokasi macet yang membuat perjalanan saya terhambat.
Makanannya juga enak. |
Saya memang menghindari memesan tiket bus langsung di stasiun. Alasannya tak lain banyaknya calo yang berkeliaran membuat saya tak nyaman. Makanya, memesan di agen terdekat atau kini melalui online adalah cara terbaik. Saya masih mendapat harga wajar dan masuk akal. Saya juga masih bisa berhemat beberapa puluh ribu.
Kelemahan bus memang seringkali saat menunggu armada atau turun dari armada. Pool bus tidak selengkap stasiun kereta api. Kadang, saya bingung mencari warung untuk sekadar membeli air mineral. Beberapa pool bus juga tidak menyediakan kamar kecil yang layak. Pun demikian dengan colokan yang tak semua pool menyediakannya. Atas alasan itu, saya kerap memilih naik atau turun di pool besar, bukan pada agen kecil.
Bus Susah Komplain
Kelemahan naik bus adalah kita akan sulit untuk komplain jika ada sesuatu yang tidak nyaman selama perjalanan. Contohnya, beberapa waktu lalu saya kena apes bangku bus yang saya naiki rusak. Kata orang Jawa “jeplok” alias copot. Jadi, ketika saya mau bergerak sedikit saja, saya terjerembab ke depan.
Baca juga: Antara Kelas Bisnis, Ekonomi Premium, dan Ekonomi Kemenhub
Saya sudah komplain ke awak bus dan ia mengatakan tak apa-apa. Saya pun pindah kursi dan lama-lama kursi bus penuh. Akhirnya saya komplain ke pihak PO bus lewat DM Instagram dan mereka menyarankan saya untuk meminta bantuan teknisi jika bus sudah masuk pool tertentu.
Apes ketika dapat bangku yang rusak. |
Masalah ini akan cepat beres jika saya naik KA. Dulu, saya pernah komplain AC bocor dan langsung dibetulkan. Saya juga pernah dapat kursi yang serupa dan mendapatkan ganti tempat duduk yang kosong. Dengan hanya mengirim pesan WA ke kondektur yang bertugas, masalah beres.
Berkaca dari beberapa hal tersebut, saya berprinsip bahwa setiap moda memiliki kelebihan dan kelemahannya. Tergantung kondisi dan preferensi kita akan memilih yang mana. Makanya, fanatic terhadap salah satu moda rasanya sebuah hal naïf.
Kalau kalian lebih suka naik bus atau kereta api?
Tim Bus angkat tangannn... wkwk 😁 Aku kalau ke Semarang atau Temanggung atau Jogja. Pilihan pertama pasti Bus. Kenapa?? Karena merasa lebih simpel kalau berangkat dari Kotaku.. Sedangkan kalau kereta itu mesti harus transit dulu di Jakarta karena semua kereta dari sini maksimum hanya sampai ke Rangkas...
ReplyDeleteSebenarnya naik bis tuh nggak enaknya, karena sering terguncang-guncang. Apalagi kalau supir bus bawanya kek orang kesurupan.. wkwkw 🥹 Udah gitu semisal dapet duduk di kursi paling depan. Pasti sering banget ngeliat Supir Bus marah2 ke penyetir mobil yang lain.. Dan ini mengganggu banget sih.. wkwk 😂
nah tergantung sikon ya mas mana yang lebih enak
Deleteemang setiap moda ada kelebihan dan kekurangan.
yang penting ya nyaman aja selama perjalanan
Utk saat ini saya lebih suka pakai kereta api klo perjalanan di Jawa. Kalau di luar Jawa, naik bus apalagi di daerah tempat tinggal sya gak ada kereta api mas. Hehehe
ReplyDeleteklo orang luar jawa pas ke jawa emang suka naik kereta soalnya buat pengalaman juga ya mas
DeleteKalo pilihannya hanya 2 itu, jelas aku pilih KA mas 😅. Aku trauma naik bus. Pas kecil ada pengalaman ga enak, dan itu masih sangat berbekas sampai skr 😣. Kalo diinget2 pun, aku masih merinding. Jadi kemungkinan untuk naik bus di Indonesia, kecil sih buatku. Ada memang bus tertentu yg aku masih mau naik, kayak bus nya Bluebird, white horse, tapi itukan bus yg disewa bukan bus umum.kalo bus umum aku hanya mau trans J 🤣. Bus jarak jauh ga deh.
ReplyDeleteTapiiiii aku sempet memberanikan diri naik bus jarak jauh pas di singapur, Malaysia, Chiang Mai, Jepang dan Korsel. Itupuuuun, dengan alasan busnya luxury. Tempat duduk 2-1. Ada pramugarinya lagi di dalam 😁. Nah yg begitu aku mau. Tapi mengingat bus di Indonesia blm banyak yg begitu, atau blm ada(?), jadi aku menghindari dulu bus. Mndingan KA deh 😅. Dari segi kenyamanan dan ketepatan waktu juga jam nya banyak, jadi aku prefer KA
waduh trauma masa kecil ya mbak
Deleteaku traumanya itu bemo
duh gasuka suaranya
untung sekarang udah ga ada
kalau di luar negeri busnya lumayan tertata rapi ya
Ada plus minusnya sih mas. Dua2nya punya kelebihan dan kekurangan. Pastinya naik bus maupun kereta sama2 bisa dinikmati.
ReplyDeleteiya mas betul ada kekurangan dan kelebihannya
Deletedua-duanya ada kelebihan dan kekurangannya
ReplyDeletedari zaman kecil bisa dibilang kenyang naik kereta atau bis. Pas udah gede, bisa dibilang 50:50 frekuensi naiknya
kalau sekarang mungkin lebih pilih kereta. Karena kereta sekarang udah lebih nyaman dibanding duluuu, pedagang asongan udah ga masuk lagi, kereta ekonomi udah dipasangi ac juga
waktu kuliah, pas dari sby mau ke malang, di bungurasih pernah dikerubungi calo calo dan seenaknya aja mereka towel pantat, sialan banget tuh orang. Kalau ke Bungurasih memang kudu pasang tampang "galak".
sejak reformasi KA sekarang naik kereta lebih aman dan nyaman cuma klo masih kereta ekonomi ya lumayan capek adu dengkul mbak hehehe
Deletewah sialan tuh aku pernah juga sampe diikutin tapi akhirnya ke kamar mandi hahahah
aku wes sui banget ga naik bus dan kereta api...aduh kangen nyepur deh hahahahahha...biyen aku sering naik kereta api dan senenge cepet nyampe tur bersih...ada restonya juga...paling seneng kih nek wes ngantuk, njur bubuk eh tau tau tekan...nek pas mandeg suwe ning tasiun gede langsung ngematin kira kira di sekirran situ ada kukiner khas apa ya...selalu deh...misalnya neng cirebon en purwokerto...njuk jadi berangan angan nek bisa suatu saat nanti mudun tasiun gede trus jalan jalan ngrandom gitu deh hihihi
ReplyDeletenek bus..iki aku sih oas mahasiswa mas langganane dulu sumber alam hahahahha...nganti apal tumbase tiket neng pol warung jambu tapi alhamdulilah selalu dapat harga standar ga pake calo hahahahha...wes langganan soale...eh ngomongin kenangan naik bus saat biyen masih mahasiswa aku kok jadi pengen nulis juga ya hahahhahaha...solae biyen liwate jalur sing subang kae loh mas sing belom tol alus kayak sekarang...biyen ki jalur pantura ya e hahahahhahaha...
wakakak sama mbak dulu punya keinginan mandeg diluk terus mangan
Deletetapo kereta dari timur klo ke Jakarta biasane mandeg suwe ndek cirebon
nah iki kesempatan gae njajan ambek mangan
aku tau mangan tuku sego ndek kono kapan kapan tak tulise
lek stasiun liyo jarang mbak